1.Kolesistektomi terbuka
Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera
duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang
dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%.
2. Kolesistektomi laparaskopi
Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat
sayatan kecil di dinding perut
Prognosis
Untuk penderita dengan ukuran batu yang kecil, Pengobatan
pemeriksaan serial USG diperlukan untuk mengetahui
perkembangan dari batu tersebut. Batu bisa menghilang • Ranitidin
secara spontan. Untuk batu besar masih merupakan
masalah, karena merupakan risiko terbentuknya karsinoma • Buscopan
kandung empedu (ukuran lebih dari 2 cm). Karena risiko (analgetik /anti nyeri)
tersebut, dianjurkan untuk mengambil batu tersebut. Pada • Buscopan Plus
anak yang menderita penyakit hemolitik, pembentukan batu • NaCl
pigmen akan semakin memburuk dengan bertambahnya • dll
umur penderita, dianjurkan untuk melakukan
kolesistektomi.
Pengertian • Kolesistitis adalah radang dinding kandung empedu yang
disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan
demam
Klasifikasi
• Kolesistitis kalkulus, yaitu kolesistitis yang disebabkan batu
kandung empedu yang berada di duktus sistikus.
• Kolesistitis akalkulus, yaitu kolesistits tanpa adanya batu empedu.
• Berdasarkan onsetnya, kolesistitis dibagi menjadi kolesistitis akut
dan kolesistitis kronik..
Etiologi
• Umumnya kolesistitis disebabkan oleh batu empedu yang menyebabkan sumbatan pada duktus
sistikus seningga terjadi distensi kandung empedu dan gangguan aliran darah dan limfa.
Faktor yang mepengaruhi timbulya serangan kolesistitis akut adalah satatis cairan empedu,
infeksi kuman, dan iskemi pada dinding kandung empedu.
• Penyebab lain :iskemia vesika bilaris.
1. Obtruksi duktus sistikus dengan distensi dan Sumbatan batu empedu pada duktus sistikus
2. Kolelitiasis terdapat lebih dari 80%
3. Cedera kimia (empedu) dan atau mekanik (batu empedu) pada mukosa.
4. Infeksi bakteri dan kuman seperti E. coli, salmonela typhosa, cacing askaris, atau karena
pengaruh enzim-enzim pankreas.
Epidemiologi
• Distribusi jenis kelamin untuk kolesistitis adalah 2-3 kali lebih sering pada wanita
dibandingkan pada pria. Prevalensi kolelitiasis (faktor risiko predominan
kolesistitis) lebih tinggi pada orang-orang keturunan Skandinavia, Pima, India, dan
populasi Hispanik
• Di Amerika Serikat, orang kulit putih memiliki prevalensi lebih tinggi daripada orang
kulit hitam (Pridady, 2009).
• Sejauh ini belum ada data epidemiologis penduduk di Indonesia, insidens kolesistitis
di Indonesia relative lebih rendah di banding negara-negara barat.
Faktor Resiko
• Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita, usia tua dan lebih sering
terjadi pada orang kulit putih. Pada wanita, terutama pada wanita-wanita
hamil dan yang mengkonsumsi obat-obatan hormonal, insidensi kolesistitis
akut lebih sering terjadi. Beberapa teori mengatakan hal ini berkaitan
dengan kadar progesteron yang tinggi yang menyebabkan stasis aliran
kandung empedu (Lambou, 2008)
Gejala Klinis
• Kolik perut di sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan, takikardia serta
kenaikan suhu tubuh. Keluhan tersebut dapat memburuk secara progresif. Kadang
– kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung
sampai 60 menit tanpa reda.
• Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan
inflamasi yang ringan sampai dengan gangren atau perforasi kandung empedu
• Tanda peradangan peritoneum seperti peningkatan nyeri dengan penggetaran atau
pada pernapasan dalam dapat ditemukan. Pasien mengalami anoreksia dan sering
mual. Muntah relatif sering terjadi
Diagnosis
• Biasanya terjadi leukositosis yang berkisar antara 10.000 sampai dengan
15.000 sel per mikroliter
• Bilirubin serum sedikit meningkat [kurang dari 85,5 µmol/L (5mg/dl)] pada 45
% pasien, sementara 25 % pasien mengalami peningkatan aminotransferase
serum. Pemeriksaan alkali phospatase biasanya meningkat pada 25 % pasien
dengan kolesistitis. Pemeriksaan enzim amilase dan lipase diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan pankreatitis, Urinalisis diperlukan untuk
Foto polos abdomen, tampak menyingkirkan kemungkinan pielonefritis.
batu – batu empedu • Apabila keluhan bertambah berat disertai suhu tinggi dan menggigil serta
berukuran kecil
leukositosis berat, kemungkinan terjadi empiema dan perforasi kandung
empedu
• Adapun gambaran di USG yang pada kolesistitis akut diantaranya adalah cairan
perikolestik, penebalan dinding kandung empedu lebih dari 4 mm dan tanda
sonographic Murphy. Adanya batu empedu membantu penegakkan diagnosis
Patogenesis
• Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan empedu,
infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalah
batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan
empedu, sedangkan sebagian kecil kasus kolesititis (10%) timbul tanpa adanya batu empedu.
Kolesistitis kalkulus akut disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu yang
menyebabkan distensi kandung empedu. Akibatnya aliran darah dan drainase limfatik menurun
dan menyebabkan iskemia mukosa dan nekrosis. Diperkirakan banyak faktor yang berpengaruh
seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak lapisan
mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
• Pasien-pasien dalam kondisi kritis lebih mungkin terkena kolesistitis karena meningkatnya
viskositas empedu akibat demam dan dehidrasi dan akibat tidak adanya pemberian makan per
oral dalam jangka waktu lama sehingga menghasilkan penurunan atau tidak adanya rangsangan
kolesistokinin untuk kontraksi kandung empedu
Komplikasi
• Empiema, terjadi akibat proliferasi bakteri pada kandung empedu yang tersumbat.
tingginya demam dan leukositosis.
• Ileus batu kandung empedu, jarang terjadi, namun dapat terjadi pada batu berukuran
besar yang keluar dari kandung empedu dan menyumbat di ileum terminal atau di
duodenum dan atau di pilorus.
• Kolesistitis emfisematous, terjadi ± pada 1% kasus dan ditandai dengan adanya udara di
dinding kandung empedu akibat invasi organisme penghasil gas seperti Escherichia coli,
Clostridia perfringens, dan Klebsiella sp.
• Perforasi dapat terjadi pada lebih dari 15% pasien.
• Komplikasi lain diantaranya sepsis dan pankreatitis.
Penatalaksanaan Bedah
• Open Kolesistektomi
Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu empedu simtomatik.
Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh
kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan
infeksi.
• Kolesistektomi Laparoskopik
Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal, pemulihan lebih
cepat, menyingkatkan perawatan di rumah sakit dan biaya yang lebih murah. Indikasi tersering
adalah nyeri bilier yang berulang
• Early Cholecystectomy
Merupakan kolesistektomi awal yang dilakukan dalam kurun waktu 72 jam setelah
pasien masuk rumah sakit.
Interval Cholecystectomy
Merupakan kolesistektomi yang dilakukan setelah prosedur konservatif dengan
antibiotik selama 6 minggu, setelah peradangan akut membaik. Hal ini diyakini jauh lebih aman
dan juga tingkat konversi berkurang
Prognosis
Virus RNA rantai Virus DNA Virus RNA untai Virus RNA untai Virus RNA untai
Agen
tunggal terselubung ganda tunggal tunggal tunggal tak berkapsul
Tidak membutuhkan pengobatan, Hepatitis B yang akut Antivirus akan diberikan Belum ada Belum ada
karena umumnya dapat sembuh tidak memerlukan baik untuk hepatitis C akut antivirus yang pengobatan khusus
dengan sendirinya dan hanya pengobatan yang maupun kronis tersedia untuk untuk Hepatitis E
Pengobatan berlangsung sesaat spesifik,hepatitis B kronis mengobati hepatitis
akan mendapatkan obat D.
antivirus
Istirahat, jika mengalami muntah Membutuhkan evaluasi Pemeriksaan lebih lanjut Hepatitis D baru Beristirahat dan
atau diare, maka diperlukan hidrasi medis secara teratur, diperlukan untuk dapat terjadi jika minum dengan
dan nutrisi yang memadai. termasuk untuk respons menentukan pengobatan muncul infeksi cukup,
Anjuran virus terhadap yang terbaik hepatitis B. mengonsumsi
pengobatan cukup nutrisi, serta
menghindari
alkohol.
VIRUS
Gangguan metabolisme gangguan metabolisme gangguan metabolisme gangguan metabolieme gangguan metabolisme gangguan metabolisme
Bilirubin karbohidrat lemak protein vit & mineral empedu
Bilirubin tidak glukosa asam trigliserid asam amino absorbsi vit B12 lemak tidak dapat
Terkonjugasi relatif relatif relatif asam folat menurun diemulsi dan tidak dapat
diserap usus
Feses ikterik urin Kompensasi tubuh
Pucat gelap menggunakan asam lemak penurunan produksi
Sel darah merah
Penumpukan peningkatan
Garam empedu dibawah metabolisme anaerob peristaltik
Kulit
Anemia diare
Pruritius asam laktat meningkat
fatique
Kekurangan volume
Resti kerusakan Cairan dan elekrolit
Integritas kulit
Intoleransi aktivitas
Diet Untuk penyakit Hepatitis diberikan Diet Hati
Tujuan Diet :
1. Mencegah kerusakan jaringan Syarat Diet :
hati lebih lanjut 1. Energi : 40 – 45 kkal/kg BB per hari
2. Mengurangi beban kerja hati 2. Lemak : 20 – 25% dari kebutuhan energi total
3. Memperbaiki jaringan hati 3. Protein : 1,25 – 1,5 g/kg BB.
yang rusak 4. Bila ada anemia diberikan suplementasi vitamin B
4. Memperbaiki/ kompleks, C dan K
mempertahankan status gizi 5. Pemberian garam dibatasi apabila ada oedema dan
pasien asites
5. Menghindari komplikasi. 6. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan
saluran cerna.
Pengertian
Penyalahgunaan alkohol dengan kejadian sirosis hati sangat erat hubungannya. Etanol
merupakan hepatotoksin yang mengarah pada perkembangan fatty liver, hepatitis alkoholik dan
pada akhirnya dapat menimbulkan sirosis. Patogenesis yang terjadi mungkin berbeda tergantung
pada penyebab dari penyakit hati. Secara umum, ada peradangan kronis baik karena racun
(alkohol dan obat), infeksi (virus hepatitis, parasit), autoimun (hepatitis kronis aktif, sirosis bilier
primer), atau obstruksi bilier (batu saluran empedu), kemudian akan berkembang menjadi fibrosis
difus dan sirosis.
Komplikasi
Komplikasi sirosis hepatis menurut Tarigan (2001)
adalah:
• Hipertensi portal
• Coma/ ensefalopaty hepatikum
• Hepatoma
• Asites
• Peritonitis bakterial spontan
• Kegagalan hati (hepatoselular)
• Sindrom hepatorenal
Prognosis
Penderita sirosis hepatis kompensata akan menjadi dekompensata dengan angka sebesr
10 % per tahun. Penderita sirosis hepatis dekompensata mempunyai angka ketahanan hidup
5 tahun, hanya sekitar 20 %, ascites adalah tanda awal adanya dekompensata.
Penderita sirosis hepatis dengan peritonitis bakterial spontan mempunyai angka
ketahanan hidup 1 tahun sekitar 30-45 %, dan yang mengalami ensefalopati hepatik angka
ketahanan hidup 1 tahun sekitar 40 %.
PATHWAY
Pengobatan