Rhinosinusitis Kronik, Diagnosa Dan Tatalaksananya
Rhinosinusitis Kronik, Diagnosa Dan Tatalaksananya
KRONIK, DIAGNOSA
DAN TATALAKSANANYA
DEFINISI
Rhinosinusitis merupakan salah satu diagnosa penyakit terbanyak di USA. Sekitar 20 juta kasus setiap
tahunya dari rhinosinusitis akut yang disebabkan oleh bakteri dan 30 juta kasus pertahunnya untuk
kasus rhinosinusitis kronik
Sinusitis kronik dapat didefinisikan merupakan infeksi yang berlangsung berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun, yang dimana bisa menjadi kronik karena kegagalan pada penyembuhan saat masih
aku
Rhinosinusitis kronik merupakan Inflamasi mukosa sinus paranasal dan rongga hidung dengan durasi
lebih dari 12 minggu dan/atau 6 bulan terakhir kambuh lebih dari 3 episode
EPIDEMIOLOGI
13% 16%
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit kronik terbanyak yang ada di USA, yang prevalensinya
tertinggi dari astma, penyakit jantung, diabetes melitus ataupun sakit kepala.
Etiologi Infeksi odontogenic:
streptokokus anerob, bacillus
gram negatif, dan enterobakteria.
Pengeluaran
eksotoksin
Etiologi
Perokok aktif dan pasif
Faktor lingkungan Rokok diidentifikasikan sebagai faktor
komorbid pada Rhinosinusitis kronik
ini. pada penelitian Briggs, et.al
menyatakan bahwa perokok aktif yang
tetap merokok setelah dilakukan
operasi pada sinusitis memiliki
Polutan Rhinitis alergi hubungan yang signifikan dengan
perburukan hasil dan gejala yang
timbul setelah operasi.
Faktor lainnya:
• Keadaan dingin atau lembab
• Lingkungan yang hipoksemia
Etiologi
Faktor Struktur dan Anatomi Inflamasi
Tulang
Dengan adanya beberapa penemuan dari penelitian tersebut penulis mengambil kesan
bahwa inflamasi dan agen infeksi mungkin dapat bisa menyebabkan penyebaran sampai
ke sistem haversian tulang.
Diagnosa • Pada diagnosis ini dapat ditentukan apakah rhinosinusitis ini merupakan
akut, sub-akut atau kronik juga atau
. kah sebuah rekuerensi akut.
Anamnesis
• Eksersebasi akut dari rhinosinusitis kronik merupakan kekambuhan dari
gejala yang timbul secara tiba-tiba pada pasien yang telah didiagnosis
rhinosinusitis kronik setelah diberikan pengobatan dan masih tetap timbul
Pemeriksaan fisik gejala
Pemeriksaan penunjang
Anamnesis
2. Dapat ditemukan bengkak dan nyeri tekan di pipi dan kelopak mata bawah (pada sinus maksila)
3. Dapat ditemukan bengkak dan nyeri tekan di dahi dan kelopak mata atau pada sinusitis frontal.
1. Ct-Scan sinus paranasal potongan koronal aksial soft tissue setting ketebalan 3 mm tanpa kontras
dilakukan, jika:
Setelah pemberian antibiotik selama 2 minggu, tidak memberikan perbaikan terhadap infeksi bakteri dan atau
Setelah pengobatan medikamentosa maksimal selama 6-8 minggu jika terdapat faktor rhinitis alergi atau
refluks laringofaringeal
2. Jika diperlukan pemeriksaan pemeriksaan alergi :
Dapat dilakukan tes cukit kulit dan pemeriksaan eosinophil darah tepi untuk menentukan tipe inflamasi dan
diagnosa faktor rhinitis alergi.
3. Jika diperlukan dilakukan pemeriksaan kultur bakteri dan tes resistensi dari sekret hidung
5. Bila terdapat tanda infeksi bakteri, dilakukan pemeriksaan laju endap darah (LED) dan C-reactive protein
(CRP)
Tatalaksana
Medikamentosa
Cuci hidung dengan larutan garam fisiologis (Nacl 0,9%)
Steroid topical intranasal
Dekongestan, analgetik dan mukolitik
Terapi medikamentosa terhadap faktor risiko yaitu antihistamin dan steroid topical intranasal untuk rhinitis
alergi persisten sedang berat dan PPI (Proton Pump Inhibitor) untuk refluks laringofaringeal.
Tatalaksana
Pemberian antibiotic dengan syarat pemberian jika terdapat 3 dari 5 gejala infeksi berikut ini :
o Ingus mukopurulen satu sisi
o Nyeri wajah satu sisi
o Demam > 38 derajat celcius
o “double sickening”
o CRP dan LED meningkat dan atau
o Sesuai kultur resistensi
o Antibiotika empiric : Amoksisilin Klavulanat/ sefalosporin/ eritromisin/klaritromisin/ azitromisin selama 7-14 hari
Tatalaksana