Anda di halaman 1dari 33

PRESENTASI KASUS

Dermatologi Venereologi 19108


Amila Yashifa
Claudia Gunawan
Maulidiannisa Rianti
IDENTITAS PASIEN

Nama :
Usia : tahun
Tanggal lahir :
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Klaten
No RM : 1070xxx
Tanggal masuk : 12 Desember 2019
Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama :
HMRS : OS mengeluhkan
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa (-)


Riwayat asma (-)
Riwayat alergi makanan (-)
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa (+) adik pasien memiliki keluhan serupa pada
kulit kepala
Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : baik, kesadaran Compos Mentis (E4M6V5)


Vital sign
• Nadi: 90 x/menit
• Resp: 20 x/menit
• Suhu: 36.2
STDV
Pada kulit kepala regio
occipitoparietal tampak plak
eritem tertutup skuama
pekat diameter 15cm dengan
kerontokan rambut dan
canitis
Diagnosis Banding

• Tinea kapitis
• Dermatitis seboroik
Pemeriksaan Penunjang

Wood lamp (+) – fluoresensi kuning kehijauan


Pull test (+) tanpa akar rambut
Diagnosis

• Tinea kapitis tipe endothrix / blackdot


Terapi

R/ Kaps Griseofulvin 125mg No VII


s. 1dd . Kaps I
R/ Cr Ketokonazol 2%
Tinea Kapitis
Defisini

Dermatophytosis merupakan penyakit infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh


jamur kelompok Dermatofita (Trichophyton sp., Epidermophyton sp. dan Microsporum
sp). Terminologi “tinea” atau ringworm secara tepat menggambarkan dermatomikosis,
dan dibedakan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Klasifikasi menurut lokasi:
1. Tinea kapitis
2. Tinea korporis
3. Tinea kruris
4. Tinea pedis
5. Tinea manum
6. Tinea unguium
7. Tinea imbrikata
Etiopatogenesis
Epidemiologi
Manifestasi Klinis
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Terdapat tanda kardinal untuk menegakkan diagnosis tinea kapitis


• Populasi risiko tinggi
• Terdapat kerion atau gejala klinis yang khas berupa skuama tipikal,
alopesia dan pembesaran kelenjar getah bening.
Tanda kardinal tersebut merupakan faktor prediksi kuat untuk tinea
kapitis.
Penegakan Diagnosis

Anamnesis :
Gatal, kulit kepala bersisik, alopesia
Penegakan Diagnosis (Cont’)

Pemeriksaan Fisik sesuai etiologic


1. Noninflammatory, human, atau epidemic type (“grey patch”)
Inflamasi minimal, rambut pada daerah terkena berubah warna menjadi abu-abu
dan tidak berkilat, rambut mudah patah di atas permukaan skalp. Lesi tampak
berskuama, hiperkeratosis, dan berbatas tegas karena rambut yang patah.
Berfluoresensi hijau dengan lampu Wood.
2. Inflammatory type, kerion
Biasa disebabkan oleh patogen zoofilik atau geofilik. Spektrum klinis mulai dari
folikulitis pustular hingga furunkel atau kerion. Sering terjadi alopesia sikatrisial.
Lesi biasanya gatal, dapat disertai nyeri dan limfadenopati servikalis posterior.
Fluoresensi lampu Wood dapat positif pada spesies tertentu.
3. “Black dot”
Disebabkan oleh organisme endotriks antropofilik. Rambut mudah patah
pada permukaan skalp, meninggalkan kumpulan titik hitam pada daerah
alopesia (black dot). Kadang masih terdapat sisa rambut normal di antara
alopesia. Skuama difus juga umum ditemui.
4. Favus
• Bentuk yang berat dan kronis berupa plak eritematosa perifolikular
dengan skuama. Awalnya berbentuk papul kuning kemerahan yang
kemudian membentuk krusta tebal berwarna kekuningan (skutula).
Skutula dapat berkonfluens membentuk plak besar dengan mousy odor.
Plak dapat meluas dan meninggalkan area sentral yang atrofi dan
alopesia
Penegakan Diagnosis (Cont’)

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit atau kuku menggunakan
mikroskop dan KOH 20%: tampak hifa panjang dan atau artrospora.
Pengambilan spesimen pada tinea kapitis dapat dilakukan dengan
mencabut rambut, menggunakan skalpel untuk mengambil rambut dan
skuama, menggunakan swab (untuk kerion) atau menggunakan cytobrush.
Pengambilan sampel terbaik di bagian tepi lesi.
2. Kultur terbaik dengan agar Sabouraud plus (Mycosel, Mycobiotic): pada
suhu
28C selama 1-4 minggu (bila dihubungkan dengan pengobatan, kultur
tidak harus selalu dikerjakan kecuali pada tinea unguium).
3. Lampu Wood hanya berfluoresensi pada tinea kapitis yang disebabkan
oleh Microsposrum spp. (kecuali M.gypsium).
Diagnosis Banding

• Dermatitis seboroik
• Psoriasis
• Dermatitis atopic
Diagnosis Banding (Cont’)

Tinea Capitis Dermatitis Seboroik Psoriasis


Etiologi
Manifestasi Klinis
Keterlibatan Mukosa -
Exanthematous Drug Infectious Exanthem ( Erythema Multiforme
Eruption
UKK macula atau papul, Tampakan “Slapped Macule → papule (1–2 cm) →
vesicles and bullae
ukuran beberapa mm Cheek” (plak eritem in the center of the papule.
hingga 1 cm, dan edema pada area Dull red. Iris or
berwarna merah malar),  1-4 hari target-like lesions
terang, lesi dapat setelahnya hilang 
berkonfluensi muncul makul atau
membentuk macula papul eritem dengan
besar, eritema lacy appearenace
berbentuk polisiklik,
bias juga membentuk
eritem seperti pada
eritema multiforme.
Terdapat skuama saat
proses penyembuhan.
Exanthematous Infectious Erythema
Drug Eruption Exanthem ( Multiforme
Area Predileksi Symmetric. Almost always Area pipi (area Dorsa of hands, palms,
on trunk and extremities. and
Confluent lesions in malar) lalu soles; forearms; feet;
intertriginous areas, i.e., menyebar ke leher, face; elbows and knees;
axilla, groin, dada, dan area penis (50%) and vulva
inframammary
area. Palms and soles ekstensor
variably involved. In
children,
may be limited to face
and extremities.
Manajemen Steroid, Self limiting Kontrol infeksi
antihistamin disease, NSAID herpes, steroid
Sistemik

Terapi Spesies Microsporum


Obat pilihan: griseofulvin fine
particle/microsize 20-25 mg/kgBB/hari
dan ultramicrosize 10-15 mg/kgBB/hari
selama 8 minggu.
Prinsip : Topikal (tidak Alternatif:

• Menghindari dan disarankan bila hanya o Itrakonazol 50-100 mg/hari atau 5


terapi topikal saja) mg/kgBB/hari selama 6 minggu.
mengeliminasi o Terbinafin 62,5 mg/hari untuk BB 10-

agen penyebab Rambut dicuci 20 kg, 125 mg untuk BB 20-40 kg dan


250 mg/hari untuk BB >40 kg selama 4
dengan sampo minggu.
• Mencegah antimikotik: selenium Spesies Trichophyton:

penularan sulfida 1% dan 2,5% Obat pilihan: terbinafin 62,5 mg/hari


untuk BB 10-20 kg, 125 mg untuk BB 20-
2-4 kali/minggu10 40 kg dan 250 mg/hari untuk BB >40 kg

atau sampo selama 2-4 minggu

ketokonazol 2% 2
Alternatif :
o Griseofulvin 8 minggu
hari sekali selama 2-4 o Itrakonazol 2 minggu
minggu o Flukonazol 6 mg/kgBB/hari selama 3-
4 minggu
Edukasi

• Penjelasan kondisi pasien, diminta menghentikan obat tersangka


penyebab.
• Bila pasien sembuh: berikan kartu alergi, berisi daftar obat yang
diduga menyebabkan alergi, kartu tersebut selalu diperlihatkan
kepada petugas kesehatan setiap kali berobat.
• Pasien diberi daftar jenis obat yang harus dihindarinya (obat
dengan rumus kimia yang sama).
Prognosis

• Baik  akan membaik dalam waktu 48 jam, dan menghilang dalam


waktu 1-2 minggu
Komplikasi

• Erythroderma
• Drug-induced Hypersensitivity Syndrome
Referensi

• Doshi BR, Manjunathswamy BS. Maculopapular drug eruption versus maculopapular


viral exanthem. Indian J Drugs Dermatol 2017;3:45-7.
• Feldmeyer, L., Heidemeyer, K., & Yawalkar, N. (2016). Acute Generalized Exanthematous
Pustulosis: Pathogenesis, Genetic Background, Clinical Variants and Therapy.
International journal of molecular sciences, 17(8), 1214. doi:10.3390/ijms17081214
• Fitzpatrick BT, Richard AJ, Klaus W, Machiel KP, Dick S. Color atlas and synopsis of
clinical dermatology common and serious disease 7th ed. United States of America:
McGraw-Hill Health Professions Division; 2013.p.749-768
• Gejala Klinis dan Terapi Psoriasis Pustulosa Generalisata tipe von Zumbuch, SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Immanuel Bandung, Jawa Barat, Indonesia
• Subcorneal Pustular Dermatosis Treatment & Management, Medscape
• Wolff, K., Goldsmith, L., Katz, S., Gilchrest, B., Paller, AS., & Leffell, D. (2011). Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine, 8th Edition. New York: McGraw-Hill.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai