SMF RADIOLOGI
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RS R. Syamsudin, SH
2019
DAFTAR ISI:
1. Analisis alat alat radiologi
2. Kasus-kasus emergency pada Radiologi
3. Ekspertise normal bagian thorax
4. Prosedur pemeriksaan radiologi
5. Atelectasis paru
6. Gambaran radiologi tuberculosis paru
7. kriteria pemilihan radiologi (hilmi)
8. FAST dan EFAST
1. ANALISIS ALAT ALAT
RADIOLOGI
Keuntungan : biaya murah, cepat, sederhana,
X-RAY tersedia banyak
Kerugian : terdapat efek paparan sinar, hanya
menampilkan 2 dimensi, gambaran anatomi
• Definisi : Suatu pemeriksaan sederhana tampak tumpeng tindih
menggunakan sinar X-ray dengan berbagai Pemeriksaan radiografi :
posisi. Dapat dilakukan dengan 1. Tanpa kontras : foto thoraks, kepala, tulang
belakang, tulang panggul & ekstremitas, foto
menggunakan kontras atau tanpa kontras. polos abdomen
• Foto Polos dan Foto dengan Kontras 2. Dengan kontras : esofagografi, esofago-maag-
duodenografi, barium follow through, colon
• Memanfaatkan pancaran sinar-X untuk inloop, pielografi, histerosalphingografi
menggambarkan struktur dada,
abdomen, tulang, dsb
• Media kontras yang sering digunakan
adalah barium sulfat
• Prinsip dasar foto polos Sinar X
ditembakkan ke tubuh -> ditangkap oleh
film
• Densitas Foto X-Ray
USG
• Definisi : USG (Ultrasonografi) merupakan salah
satu alat pemeriksaan diagnostik yang
menggunakan gelombang suara ultrasonik untuk
menghasilkan gambaran mengenai bentuk, gerak,
ukuran suatu organ tubuh.
• Menggunakan gelombang suara berfrekuensi
tinggi untuk memperlihatkan berbagai struktur
seperti abdomen, pelvis, leher, dan jaringan lunak
perifer
• Prinsip dasar USG Gelombang suara dipancarkan
ke tubuh -> memantul dan kembali -> ditangkap
oleh monitor
• Pemakaian klinis: Digunakan untuk menemukan
dan menentukan letak massa dalam rongga perut /
panggul, membedakan kista dengan massa padat,
mempelajari pergerakan organ maupun
pergerakan dan pertumbuhan janin.
Kegunaan :
1. Corakan bronkovaskuler
2. Kesuraman homogen
3. Garis-garis fibrotik
4. Kalsifikasi
5. Cavitas
SISTEMATIKA PEMBACAAN FOTO THORAX
e) Mediastinum superior : trakea, bronkus
1. Foto .... Posisi ...
f) Jantung : CTR, bentuk, posisi
2. Layak dibaca / tidak ?
a) CTR = Cardio-Thorax Ratio
3. Periksa : b) CTR = (A + B / C) X 100 %
• Definisi
• Pemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan radiografi dari usus besar dengan menggunakan
media kontras yang dimasukkan per anal
• Indikasi
• Colitis: peradangan pada mucosa colon.
• Polip, lesi, tumor, carsinoma
• Diverticulitis
• Megacolon
• Invaginasi: masuknya lumen usus bagian proximal ke dalam usus bagian distal yang diameternya
lebih besar
• Tujuan : Untuk menggambarkan usus besar yang berisi media kontras sehingga dapat
memperlihatkan anatomi dan kelainan-kelainan yang terjadi baik pada mucosanya
maupun yang tedapat pada lumen usus.
• Metode Pemeriksaan
• Metode kontras tunggal
• Metode kontas ganda
• Metode satu tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah pemasukan
media kontras positif (+) tanpa evakuasi terlebih dahulu.
• Metode dua tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah pemasukan
media kontras positif (+) setelah evakuasi terlebih dahulu
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Metode Kontras Tunggal
• b) Kemudian miring ke arah kiri, sehingga bagian tubuh kanan terangkat dengan kemiringan
35°- 40°, lutut kanan fleksi dan diletakkan di depan lutut kiri yang diatur sedikit fleksi.
• c) Irigator dipasang dengan tinggi kira-kira 24 inci di atas ketinggian anus, volume BaSO₄
kira- kira 2000 mL.
• g) Bila pengisian BaSO₄ telah mencapai illeocaecal, klem ditutup kembali, dibuat foto full filling
dari colon.
• h) Pasien disuruh evakuasi di kamar kecil atau bila menggunakan irigator set disposable, bags
direndahkan sehingga barium akan keluar dan ditampung dengan receiver.
• - Posisi AP/PA
• CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP berada pada MSL setinggi Crista Illiaca
KRITERIA GAMBAR :
• Posisi Pasien : Pasien pada posisi pone atau supine, dengan bantal di kepala.
• Posisi Objek :
• Central Ray :
• Colon bagian transversum harus diutamaka terisi barium.pada posisi PA dan terisi udara pada posisi AP dengan teknik double
contrast.
•
RPO (RIGHT POSTERIOR OBLIQUE)
• Posisi Pasien : 35 to 45o menuju right dan left porterior oblique (RPO atau LPO), dengan bantal pada bantal
• Posisi Objek :
• Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margins kiri dan kanan sama jauhnya dari garis tengah
meja pemeriksaan
• CENRAL RAY :
• Sudutkan CR dengan titik pusat setinggi iliac crest dan sekitar 2,5 cm lateral menuju garis midsaggital plane (MSP).
• LPO – colic flexura hepatic kanan dan ascending & recto sigmoid portions harus tampak terbuka tanpa
superimposition yang significant. RPO- colicflexure kiri dan descending portions harus terlihat terbuka tanpa
superimposition yang significant.
FISTULOGRAPHY
• Definisi
• Fistulografi adalah pemeriksaan radiologi pada fistula dengan menggunakan media
kontras positif.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
• Definisi
• Pemeriksaan Oesofagografi adalah pemeriksaan radiografi dari oesofagus dengan
menggunakan media kontras per oral.
• Media Kontras yang Digunakan
• 1) Media kontras positif (+): BaSO₄ dengan viscositas 1:1 atau 1:2.
• 2) Media kontras negatif (-): kristal-kristal CO₂, misalnya es gas
INDIKASI PEMERIKSAAN
• Definisi
• Pemeriksaan OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi saluran pencernaan
atas dari organ oesofagus maag duodenum menggunakan media kontras barium
swallow dan barium meal,kemudian diamati dengan fluoroscopy.
INDIKASI PEMERIKSAAN
• 1) Ulcus Pepticum: peradangan dari dinding mucosa, biasanya terjadi pada curvatura
major.
• 2) Diverticula: penonjolan keluar dari maag yang membentuk kantung (banyak terjadi
pada fundus).
• 3) Hematemesis: pendarahan.
• 4) Ulcers: erosi dari mucosa dinding lambung (karena cairan gaster, diet, rokok, bakteri)
• 5) Gastritis: peradangan yang terjadi pada gaster (baik akut maupun kronik).
• 6) Tumor: biasanya terjadi pada gaster atau duodenum.
• 7) Carsinoma: tumor, benjolan yang merupakan pertumbuhan jaringan.
• 8) Hernia hiatal: sebagian lambung tertarik ke atas diafragma karena oesofagus yang
pendek.
• 9) Stenosis pylorus: penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus
PROYEKSI PA
• a) Pasien prone di atas meja pemeriksaan dengan posisi kepala rileks.
• b) MSL kira-kira 7 cm di sebelah kanan garis tengah meja pemeriksaan.
• c) CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP setinggi Pylorus, kira-kira setinggi
pertengahan
• Processus Xypoideus dengan Umbilicus.
• d) Bila pasien erect, CP kira-kira 3 inci di bawah titik tersebut.
• Kriteria Gambar:
• - Diafragma harus tergambar untuk memperlihatkan BaSO₄ di dalam oesofagus bagian
distal.
• - Seluruh gambaran gaster dan duodenum harus tercakup.
• - Tidak terjadi rotasi tubuh
PROYEKSI RAO
• a) Pasien diposisikan RAO, dengan sisi kiri oblique 40°-70°.
• b) Sisi kiri tubuh diganjal oleh spons.
• c) Lengan kiri diangkat dan diletakkan di bagian kepala, lengan kanan lurus di samping
tubuh, lutut kiri sedikit fleksi.
• d) MSL berada kira-kira 7 cm di sebelah kanan garis tengah meja pemeriksaan.
• e) CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada Pylorus.
• Kriteria Gambar:
• - Oesofagus distal dan fundus harus tergambar.
• - Antrum Pyloricum, Bulbus Duodeni terisi oleh BaSO₄.
• - Duodenal Loop (lengkungan Duodenal) harus saat posisi terbuka
PROYEKSI LATERAL
• a) Pasien diposisikan lateral recumbent pada sisi kanan tubuh.
• b) Pertengahan antara Mid Axillary Line dan tepi anterior Abdomen diletakkan pada
garis tengah meja pemeriksaan.
• c) Kedua lutut fleksi dan superposisi.
• d) Lengan fleksi pada siku dan diletakkan di atas kepala.
• e) CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada Pylorus.
• Kriteria Gambar:
• - Seluruh lambung tergambar.
• - Antrum Pyloricum dan Bulbus Duodeni terisi BaSO₄.
PROYEKSI LPO
• a) Pasien diposisikan semisupine dengan sisi kanan diangkat kira-kira 20° dan diganjal
spons.
• b) MSL ditempatkan pada garis tengah meja pemeriksaan.
• c) Lengan kiri lurus, lengan kanan di depan dada.
• d) CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP pada crista illiaca.
• Kriteria Gambar:
• - Gambar harus mencakup seluruh gaster, oesofagus bagian distal, Duodenal Loop.
• - Fundus terisi BaSO₄, sedangkan bagian Antrum Pyloricum dan Bulbus Duodeni terisi
media kontras negatif (-)
PROYEKSI AP
• Definisi
• Pemeriksaan secara radiologi organ reproduksi wanita bagian dalam pada daerah uterus,
tuba fallopii, cervix dan ovarium mengunakan media kontras positif. Pemeriksaan ini
biasanya sering dilakukan pada ibu-ibu dengan indikasi Infertil baik primer maupun
sekunder. Akan tetapi juga bisa dilakukan untuk indikasi-indikasi lain yang tentunya
merupakan kelainan pada organ reproduksi wanita.
• Indikasi :
• Menentukan keberhasilan tindakan operasi sterilitas,
• Sterilitas primer maupun sekunder untuk melihat normal tuba (paten tidaknya tuba),
• Fibronyoma pada uteri,
• Hypoplasia endometri,
• Perlekatan-perlekatan dalam uterus,adenomiosis.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
• 1. Pelaksanaan Pemeriksaan HSG
• Sebaiknya pemeriksaan HSG dilaksanakan pada masa Subur / Fertile efektifnya yaitu
10 hari setelah HPHT (Hari Pertama Haid Terahir). Akan tetapi pada prakteknya tidak
pasti sperti itu. Untuk pasien dengan siklus haid Normal ( Haid 7 hari) maka
pemeriksaan dilakukan 10-14 hari setlah HPHT. Dan untuk pasien dengan siklus haid
tidak Normal maka pemeriksaan dilakukan 3-4 hari setelah haid selesai
2. PERSIAPAN PASIEN
• Persiapan penderita untuk pemeriksaan HSG adalah sebagai berikut :
• Penderita sejak hari pertama menstruasi yang terakhir sampai hari kesepuluh tidak
diperkenankan melakukan persetubuhan (koitus) terlebih dahulu.
• Pada pemeriksaan sebaiknya rektum dalam keadaan kosong, hal ini dapat dilakukan
dengan memberi penderita tablet dulcolak suposutoria beberapa jam sebelum
pemeriksaan atau sebelum lavemen.
• Untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit, atas perintah dokter penderita dapat diberi
obat penenang, dan anti spasmodik.
• Sebelum pemeriksaan yang dilakukan penderita untuk buang air kecil terlebih dahulu
untuk menghindari agar penderita tidak buang air selama jalannya pemeriksaan
sehingga pemeriksaan tidak terganggu dan berjalan lancar.
• Berikan penjelasan pada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan,
serta jalannya pemeriksaan agar pasien merasa aman dan tenang sehingga dapat diajak
kerjasama demi kelancaran pemeriksaan.
3.PEMASUKAN MEDIA KONTRAS
• Pemasukan media kontras bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan HSG Set dan dengan Katerer. Media
kontras yang dipakai adalah media kontras positif jenis Iodium water soluble yang sering digunakan adalah
Urografin 60%, Urografin 76 %.
• Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan menggunakan desinfektan, diberi juga obat
antiseptik daerah cervix.
• Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan HSG Set masuk kemudian bagian dalam
vagina dibersihkan dengan betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta
arah uteri.
• Siapkan HSG set yang telah dimasuki media kontras, sebelum dimasukkan terlebih dahulu semprotkan
media kontras sampai keluar dari ujung HSG set..
• Dengan bantuan long forcep, HSG set dimasukan perlahan ke ostium uteri externa.
• Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml
atau lebih
• Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil
radiografinya
• 2. Pemasukan media kontras menggunakan Kateter
• Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan menggunakan desinfektan, diberi juga obat
antiseptik daerah cervix.
• Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan kateter masuk kemudian bagian dalam vagina
dibersihkan dengan betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.
• Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu ujung kateter, sebelumnya kateter diisi terlebih
dahulu dengan media kontras sampai lumen kateter penuh.
• Dengan bantuan long forcep, kateter dimasukan perlahan ke ostium uteri externa
• Balon kateter diisi dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon mengembang diantara ostium interna &
externa, balon ini harus terkait erat pd canalis servicalis, kemudian spekulum dilepas.
• Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau
lebih
• Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil
radiografinya
• Balon dikempeskan dan kateter dapat ditarik secara perlahan
• Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina dibersihkan.
PROYEKSI AP
• Proyeksi AP ini digunakan untuk plan foto, proyeksi setelah dimasukannya media
kontras,dan post miksi. Prosedurnya sebagai berikut:
• Posisi Pasien : pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan untuk plan foto dan post miksi,
lakukan posisi Lithotomi saat pemasukan HSG Set atau kateter dan untuk proyeksi AP
setelah pemasukan media kontras.
• Posisi Objek : Daerah pelvis true AP dan atur MSP tbuh pada pertengahan kaset atau meja
pemeriksaan. Atur kaset pada posisi membujur.
• Central Ray :Vertical tegak lurus film
• Central Point: 5 cm proximal symphisis phubis
PROYEKSI OBIQUE
• Proyeksi Oblique ini digunakan untuk proyeksi setelah dimasukannya media kontras pada vagina.
Prosedurnya sebagai berikut:
• Posisi Pasien: Pasien tidur semi supine ke salah satu sisi tubuh (LPO atau RPO)
• Posisi Objek : Atur daerah pelvis posisi oblik kira-kira 45 derajat. Atur kaset pada posisi membujur.
• Central Ray :Vertical tegak lurus film
• Central Point: 5 cm proximal symphisis pubis
• – RPO : 2 cm kearah kiri dari MSP
• – LPO : 2 cm kearah kanan dari MSP
• Kriteria radiograf:
• Hal berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
• Daerah panggul 2 inci (5 cm) di atas simfisis pubis terpusat pada film radiografi
• Semua media kontras terlihat, termasuk setiap daerah “tumpahan”
• Sebuah skala pendek dari kontras pada radiografi
5. ATELEKTASIA PARU
ATELEKTASIS
• Displacement (shift) dari interlobar fissures (major & minor) ke arah area atelektasis
• Peningkatan densitas pada paru yang terkena
• Displacement (shift) dari struktur moile di thorax.
• Trakea : normalnya berada di midline, biasanya ada deviasi
• Jantung: normalnya min 1 cm border jantung kanan terproyeksi ke spine kanan. Bila atelektasis
biasanya jantung akan shift ke 1 sisi
• Hemidiafragma: normalnya sisi kanan lebih tinggi dari sisi kiri, bila ada atelektasis bisa
“displaced upward”
• Overinflasi pada lobus ipsilateral yang tidak terkena atau paru kontralateral : terjadi
overinflasi karena usaha untuk kompensasi dari volume loss
SHIFT TRACHEA
DISPLACED HEART HEMIDIAFRAGMA
BORDER “UPWARD”
TIPE ATELEKTASIS
1. Subsegmental Atelectasis (discoid
atelectasis / platelike atelectasis)
• Subsegmental A. Menghasilkan densitas
yang berbentuk linear dalam ketebalan
yang berbeda-beda biasanya paralel
dengan diafragma. Tersering di basis paru.
• Sering terjadi pada pasien “splinting”, yang
tidak menarik nafas panjang, seperti pasien
post operasi / nyeri dada pleuritik
• Subsegmental A. Bukan disebabkan
obstruksi bronkial. Lebih dikarenakan
deaktivasi surfaktan kolapsnya airspace
di distribusi nonsegmental / nonlobar.
2. Compressive Atelectasis
• Hilangnya volume karena kompresi pasif
paru yang disebabkan oleh:
• Poor inspiratory effort yang menyebabkan
ada atelektasis pasif pada basis paru
• Efusi pleura besar, pneumotorax besar, lesi
(spt massa besar di paru)
75
3. MILIARY TUBERCULOSIS membesar sampai 2-3 mm jika
dibiarkan tidak diobati. Ketika diobati,
o Onset: perlahan (insidious)
pembersihan cepat
o Jarang terjadi, tetapi jika pernah,
o Hasil penyebaran secara hematogen
sembuh dengan adanya kalsifikasi
yang luas terhadap basil tuberkel
o Manfes umum: demam, menggigil,
keringat malam
o Dapat muncul sebagai manifestasi dari
primary atau postprimary TB, tetapi
tampilan klinis dapat tidak muncul
selama beberapa tahun setelah infeksi
awal
o Miliary nodule ukuran 1 mm, dapat
76
7. KRITERIA PEMILIHAN
RADIOLOGI
X-RAY JANTUNG
PARU-PARU
CT scan
JANTUNG CONT.
CT scan
CT SCAN CONT.
CT SCAN CONT.
CT SCAN CONT.
CT SCAN CONT.
NUCLEAR
8. FAST DAN EFAST
Focused Assessment Sonography in Trauma dan Extended
FAST
FAST
Merupakan pemeriksaan USG serial untuk mengetahui apakah ada atau tidak ada
cairan maupun udara di:
1. Daerah anatomis potensial (pericardium, pleural space, dan kantung morrisson.
2. Daerah anatomis tertentu (pelvis, posteroinferior thorax, recessus splenorenal)
INDIKASI FAST
Posisi pasien
• Posisi pasien sebaiknya diperiksa dalam posisi supine. posisi lain (Trendelenburg, dan dekubitus) dapat memfasilitasi penyatuan
cairan di daerah tergantung, sehingga berpotensi meningkatkan hasil deteksi, dan harus dipertimbangkan jika izin skenario klinis.
Transduser (Probe)
• Pemilihan Probe tergantung pada ukuran pasien. Untuk orang dewasa yang khas, penetrasi gelombang suara harus minimal 20 cm,
oleh karena itu digunakan 2,5-5 MHz, bentuk melengkung pada Probe ini memungkinkan medan pandang jauh lebih luas tetapi
memiliki resolusi yang terbatas. Pada pasien anak, Probe curvilinier dengan frekuensi tinggi memiliki resolusi yang lebih baik dan
masih dapat menghasilkan gelombang suara dengan penetrasi kedalaman yang memadai.
• Longitudinal
Menghadap kepala
• Transverse
menghadap ke arah kanan pasien (jam 9)
LOKASI FAST
EXTENDED FAST
• Hemoperitoneum
• Regio anechoic antara hepar dan ginjal kanan atau pada recessus subdiafragma
• Refio anechoic antara spleen dan ginjal kiri atau pada recessus subdiafragma
• Hemotoraks
• Regio anechoic diatas dari diafragma
• Perempuan
• Vesicouterine space
• Retrouterine pouch (pouch of douglas)
5. METODE : (TRANSVERSAL)
• Indikator transduser diarahkan ke sisi kanan
pasien
• Transduser diletakan 1-2 cm diatas simfisis pubis,
dengan posisi menghadap ke pelvis
• Identifikasi VU (rectangular jika penuh), uterus
(oval hyperechoic) dan rektum
SUPRAPUBIC TRANS
• Review area
• Dinding kandung kemih posterior
TEMUAN ABNORMAL :
• Hemoperitoneum : regio anechoic antara VU dan uterus atau uterus dan rektum
THORAKS (R-L)
• Metode :
• Pasien dalam posisi supinasi
• Disarankan memakai transduser linear
berfrekuensi tinggi, indicator transduser
diarahkan menghadap kepala pasien
dengan posisi koronal
TEMUAN ABNORMAL :
• Hemothoraks
• Regio anechoic diantara pleural line dan struktur lain, jika terdapat bekuan atau materi
lain tampak sebagai bayangan heterogen
• Pneumothoraks
• Identifikasi tandak tidak ada pneumothoraks -> power slide, seashore sign, cornet tail,
stratosphere sign +
APPENDIX
• Powe slide
• Pergerakan pleura yang meningkat tampak sebagai pendaran warna (color flash) dengan
menggunakan power doppler, probe tidak boleh digerakkan untuk menghindari hasil
positf palsu
• Seashore sign
• Pada M-mode, tampak seperti gambaran ombak di pantai jika terdapat pneumothoraks
akan terdapat gambaran hanya garis panjnag terus
• Comet tail
• Ketika kedua permukaan pleura saling bersentuhan satu sama lain, akan terbentuk
dartefak dengan engan bentuk seperti ekor korme