Anda di halaman 1dari 10

 Anak sakit ( TB berat, malnutrisi, pneumonia

berulang, diare kronis )


 Bayi dari ibu HIV dan sudah mendapat profilaksis
 Saudara kandung/orang tua didiagnosis HIV
 Terpajan atau potensial terkena HIV lewat jarum
suntik yang terkontaminasi, transfusi berulang
 Anak yang mengalami kekerasan seksual
 Ijin dari orang tua/wali
1. Uji serologis
 Sensitifitas min 99%, spesifisitas min 98%
 Umur < 18 bulan untuk pajanan HIV
 Umur > 18 bulan untuk konfirmasi
 Anak kurang dari 18 bulan terpajan HIV, bila belum uji
virologis -> Uji serologis. Bila positif lakukan uji virologis.
 Anak < 18 bulan dengan tanda dan gejala diduga infeksi HIV
lakukan uji serologis, bila positif lanjut uji virologis.
 Anak < 18 bulan sakit terduga HIV, bila uji virologis tidak
dapat dilakukan, pakai diagnosis presumtif.
 Anak < 18 bulan yang masih mendapat asi, prosedur
diagnosis tetap dilakukan tanpa stop asi.
 Anak > 18 bulan tes HIV seperti orang dewasa
2. Uji Virologis
 Sensitifitas min 98% dan spesifisitas min 98%
 Anak < 18 bulan
 Dianjurkan HIV DNA Kualitatif atau dried
blood spot, HIV RNA Kuantitatif ( VL )
 Bayi yang terpajan HIV sejak lahir, uji
virologis umur 4 – 6 minggu.
 Pemeriksaan pertama positif, mulai terapi HIV
lanjut uji virologis kedua.
 Hasil pemeriksaan virologis maksimal 4
minggu sejak sampel darah di ambil
Bila ada satu kriteria berikut :
 PCP, Meningitis Kriptokokus, Kandidiasis Esofagus.
 Toksoplasmosis
 Malnutrisi berat yang tidak membaik dengan terapi
standar
Atau,
Ada dua gejala berikut :
 Oral Trush
 Pneumonia berat
 Sepsis berat
 Kematian ibu karena HIV atau HIV lanjut pada ibu
 CD4+<20%
 Kaji status nutrisi dan pertumbuhan
 Pemberian vitamin A berkala
 Kaji status imunisasi
 Kaji tanda dan gelaja IO dan pajanan TB. Bila ada
IO, obati dulu baru terapi ARV.
 Nilai stadium klinis
 Pastikan anak mendapat cotrimoxazole
 Adakah obat lain yang berinteraksi dengan ARV?
 Nilai status imunologis
 Kaji apakah sudah memenuhi kriteria ARV?
 Kaji situasi keluarga
1. Klinis
Stadium WHO : 1) Asimtomatik
2) Ringan
3) Sedang
4) Berat
2. Kelas Imunodefisiensi
3. Indikasi ARV
 < 5 tahun terapi
 > 5 tahun - stadium klinis 3 & 4 terapi ARV
- stadium klinis 2 dengan CD4 < 25 %
pada anak 24 – 59 bulan
- stadium klinis 1 dengan CD4 < 350 pada
anak < 5 tahun
 Pemberian ARV bukan hal gawat darurat. Bila
mulai ARV, harus patuh dan tepat waktu.
 Orang tua atau pendamping harus siap

Rekomendasi ARV1
1. = AZT – 3TC – NVP
= D4t – 3TC – EFV
= TDF – 3TC – EFV
Langkah 1 : 3TC NRTI Pertama
Langkah 2 : 1NRTI
Langkah 3 : 1NNRTI ( NVP/EFV )
2. Bila terapi TB dengan refampisin
Jika sedang terapi OAT berikan AZT atau d4T+3TC+EFV
1. Tentukan beratnya toksisitas
2. Apakah karena interaksi obat?
3. Proses penyakit lain
4. Tata laksana tergantung beratnya reaksi
derajat 4 mengancam jiwa, stop ARV
derajat 3 berat, ganti obat
derajat 2 sedang, ganti atau lanjut dengan
terapi simtomatis
derajat 1 ringan, tidak perlu ganti obat
5. Penting tetap minum obat
 Kerjasama dari tenaga kesehatan, orang tua atau
pengasuh, dan anak.

Pemantauan
1. Klinis
- Kondisi klinis
- BB dan TB
- Dosis ARV
- Interaksi obat
- Kepatuhan
- Efek samping
2. Laboratorium
- DL, SGOT/SGPT, Kimia Darah, Tes Kehamilan pada remaja,
CD4, VL.

Anda mungkin juga menyukai