Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENYAKIT ATRESIA ANI PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

IIS YULI SITI SOFIAH (P17320319319)


TITIN DARKUMI (P17320319349)

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


PRODI KEPERAWATAN BOGOR
Jalan Dr Sumeru No.116 (41,87 km)
Kota Bogor 16111
TAHUN 2020
BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Atresia ani atau anus imperporata adalah
malformasi congenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang ke luar (Wong, 2017).
Sebagian besar prognosis atresia ani biasanya
baik bila didukung perawatan yang tepat dan
juga tergantung kelainaan letak anatomi saat
lahir. Atresia ani bila tidak segera ditangani
maka dapat terjadi komplikasi seperti obstruksi
intestinal, konstipasi dan inkontinensia feses.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
DEFINISI
• Atresia ani atau anus imperforata atau malformasi anorektal
adalah suatu kelainankongenital tanpa anus atau anus tidak
sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesisrekti
dan atresia rekti. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat
muncul sebagai sindromaVACTRERL (Vertebra, Anal,
Cardial, Esofageal, Renal, Limb).

ETIOLOGI

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah


dubur, sehingga bayi lahir tanpalubang dubur.
2. Gangguan organogenesis dalam kandungan
3. Berkaitan dengan sindrom down
ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI FISIOLOGI
1. Motilitas kolon
1. Tidak adanya pembukaan
dubur . a. Absorbsi cairan
2. Anal membuka di tempat yang b. Keluarkan isi feses
salah . dari kolon ke rectum
3. Sambungan , atau fistula ,
bergabung dengan usus dan 2. Fungsi defekasi
sistem kemih . a. Keluarkan feses
4. Sambungan bergabung usus secara intermitten
dan vagina .
5. Pada wanita , usus dapat
dari rectum
bergabung dengan sistem b. Tahan isi usus agar
kemih dan vagina dalam tidak keluar saat
pembukaan tunggal , dikenal
sebagai kloaka . tidak defekasi
TANDA DAN GEJALA JENIS KELAINAN
1. Perut kembung 1. Kelainan kardiovaskuler
2. Muntah 2. Kelainan
3. Tidak bisa buang air gastrointestinal
besar 3. Kelainan tulang
4. Pada pemeriksaan belakang dan medulla
radiologis dengan posisi spinalis
tegak serta terbalik
dapat dilihat 4. Kelainan traktus
sampaidimana terdapat genitourinarius
penyumbatan.
Terjadi stenosis anal (penyempitan pada kanal anorektal)

PATHWAY
Kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan,fusiatau
pembentukan anus dari tonjolan embrionik

Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang

Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka


(bakal genitourinari danstruktur anorektal)

Terjadi stenosis anal (penyempitan pada kanal anorektal)

Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus

Atresia ani

Intestinal mengalami obstruksi

Inkontinensia bowel

• Feses tidak keluar Vistel rektovaginal


• Feses menumpuk Feses masuk ke uretra
PENCEGAHAN

1. Atresia ani dieksplorasi melalui tindakan bedah


yang disebut diseksi posterosagital atau plastic
anorektal posterosagital.

2. Colostomi sementara (anus buatan).

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

1. Pemeriksaan radiologis
2. Sinar X terhadap abdomen
3. Ultrasound terhadap abdomen
4. CT Scan
5. Pyelografi intra vena
6. Pemeriksaan fisik rectum
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
PENATALAKSANAAN

1. Pembuatan kolostomi
2. PSARP (Posterio Sagital Anno Rectal Plasty)
3. Tutup Kolostomi

MANIFESTASI KLINIS

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.


2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada
fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2017)
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. Biodata klien.
b. Riwayat keperawatan.
1) Riwayat keperawatan/ kesehatan sekarang.
2) Riwayat kesehatan masa lalu.
c. Riwayat psikologis.
Koping keluarga dalam menghadapi masalah.
d. Riwayat tumbuh kembang anak.
1) BB lahir abnormal.
2) Kemampuan motorik halus, motorik kasar,
kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami
trauma saat sakit.
3) Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal.
4) Sakit kehamilan tidak keluar mekonium.
e. Riwayat sosial.
Pemeriksaan fisik dan psikososial

PEMERIKSAAN FISIK

• Hasil pemeriksaan fisik yang PSIKOSOSIAL


didapatkan pada pasien atresia
ani adalah anus tampak
1. Konsep Diri dan Persepsi
merah, usus melebar, kadang
Diri
– kadang tampak ileus
obstruksi, termometer yang 2. Peran dan Pola Hubungan
dimasukkan melalui anus 3. Pola Reproduktif dan Sexual
tertahan oleh jaringan, pada 4. Pola Pertahanan Diri, Stress
auskultasi terdengan dan Toleransi, Adanya faktor
hiperperistaltik, tanpa stress lama, efek
mekonium dalam 24 jam hospitalisasi, masalah
setelah bayi lahir, tinja dalam keuangan.
urin dan vagina. (Doengoes 5. Pola Keyakinan dan Nilai
Merillyn, E. 2016).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan
diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini.

2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa


adanya sel-sel epitel mekonium.

3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-


rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam
ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah
udara sampai keujung kantong rectal.

4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal


kantong.

5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan


menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika
mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5
cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
DIAGNOSA 1.
Post-Operasi
Nyeri berhubungan dengan
trauma pembedahan/ insisi
luka.
Pre-Operasi 2. Kerusakan integritas kulit
1. Konstipasi berhubungan berhubungan dengan terdapat
stoma sekunder dari kolostomi.
dengan aganglion.
3. Resiko infeksi berhubungan
2. Resiko kekurangan volume dengan masuknya
cairan berhubungan dengan mikroorganisme sekunder
terhadap luka kolostomi.
intake yang tidak adekuat,
muntah. 4. Perubahan pola eliminasi
berhubungan dengan kolostomi.
3. Cemas orang tua
berhubungan dengan kurang 5. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan perawatan
pengetahuan tentang di rumah.
penyakit dan prosedur
perawatan.
Intervensi Pre-Operasi

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1 Konstipasi berhubungan Klien mampu a) Penurunan distensi a) Lakukan enema
dengan aganglion. mempertahankan pola abdomen. atau irigasi
eliminasi BAB dengan rektal.
b) Meningkatnya
teratur.
kenyamanan. b) Kaji bising usus
dan abdomen.

c) Ukur lingkar
abdomen.
2 Resiko kekurangan volume Klien dapat 1) Output urin 1-2 ml/ Kg/ 1) Pantau TTV.
cairan berhubungan dengan mempertahankan Jam.
2) Monitor intake-
menurunnya intake, muntah. keseimbangan cairan.
2) Capillary refill 3-5 detik. output cairan.

3) Turgor kulit baik. 3) Lakukan


pemasangan
4) Membran mukosa
infus dan berikan
lembab.
cairan IV.
3 Cemas orang tua Kecemasan orang tua Klien tidak a. Jelaskan dengan
berhubungan dengan dapat berkurang. lemas. istilah yang
kurang pengetahuan dimengerti oleh
tentang penyakit dan orang tua tentang
prosedur perawatan. anatomi dan fisiologi
saluran pencernaan
normal.

b. Beri jadwal studi


diagnosa pada orang
tua.

c. Beri informasi pada


orang tua tentang
operasi kolostomi.
Intervensi Post-Operasi

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri berhubungan Rasa nyeri 1) Klien tampak tenang 1) Kaji skala nyeri.
dengan teruma teratasi/ dan merasa nyaman.
2) Kaji lokasi, waktu dan intensitas nyeri.
pembedahan/ insisi berkurang.
2) Klien tidak meringis
luka. 3) Berikan lingkungan yang tenang.
kesakitan.
4) Atur posisi klien.

5) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

2 Kerusakan integritas Tidak ditemukan tanda- 1) Penyembuhan luka 1) Kaji area stoma.
kulit berhubungan tanda kerusakan kulit tepat waktu
2) Anjurkan pasien untuk menggunakan
dengan terdapat lebih lanjut
2) Tidak terjadi kerusakan pakaian lembut dan longgar pada area
stoma skunder dari
di daerah anoplasti stoma.
kolostomi
3) Tanyakan apakah ada keluhan gatal
sekitar stoma.

4) Kosongkan kantong kolostomi setelah


terisi ¼ atau ⅓ kantong.

5) Lakukan perawatan luka kolostomi.


3 Resiko infeksi Tidak terjadi infeksi 1) Tidak ada tanda-tanda 1) Kaji adanya tanda-tanda
berhubungan masuknya infeksi infeksi
mikroorganisme sekunder
2) TTV normal 2) Pantau TTV
terhadap luka kolostomi
3) Leukosit normal 3) Pantau hasil laboratorium

4) Kolaborasi dalam
pemeriksaan laboratorium

5) Kolaborasi dalam pemberian


antibiotik

4 Perubahan eliminasi Gangguan pola 1) BAB normal 1) Kaji pola dan kebiasaan
berhubungan kolostomi eliminasi teratasi buang air besar
2) Frekuensi buang air besar
1-2x/hari 2) Kaji faktor penyebab
konstipasi/diare

3) Anjurkan orang tua klien


untuk memberi minum
banyak dan mengandung
tinggi serat jika konstipasi

4) Lakukan perawatan
kolostomi
5 Kurang Pasien dan keluarga Menunjukkan 1) Ajarkan perawatan kolostomi dan
pengetahuan memahami perawatan di kemampuan untuk partisipasi dalam perawatan sampai
berhubungan rumah memberikan mereka dapat melakukan perawatan
dengan perawatan perawatan kolostomi
2) Ajarkan untuk mengenal tanda-
di rumah dirumah
tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan perawat

3) Ajarkan bagaimana memberikan


pengamanan pada bayi dan
melakukan dilatasi pada anak
secara tepat

4) Ajarkan cara perawatan luka yang


tepat

5) Latih pasien untuk lebiasaan


defekasi

6) Ajarkan pasien dan keluarga untuk


memodifikasi diit (misalnya serat)

Anda mungkin juga menyukai