Anda di halaman 1dari 21

Depresi Post Partum

Kelompok 2 A
Jumia Asamsa Andawa 11151040000007
Dwi Murtiningsih 11151040000015
Nilna Camelia Rahmah 11151040000016
Nurfika Mustika Dewi 11151040000023
Rachmawati Dewi 11151040000034
Rutfika Aiman Hidayat 11151040000036
Alda Husna Alfita 11151040000038
Rifqiyani Audah 11151040000041
Nida Fadhilah Haq 11151040000042
Tamara Nur Putri 11151040000046
Siti Patmawati 11151040000108
Alhidayah1 11151040000111
Sri Nuraeni 11151040000112
Desi Rahmawati Dewi 11151040000113
Definisi
Depresi postpartum merupakan istilah yang
digunakan pada pasien yang mengalami berbagai
gangguan emosional yang timbul setelah melahirkan,
khususnya pada gangguan depresi spesifik yang terjadi
pada 10%-15% wanita pada tahun pertama setelah
melahirkan.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV), sebuah
depresi postpartum dimulai selama empat minggu
setelah kelahiran. gejalanya: Mood yang tertekan,
hilangnya ketertarikan atau senang dalam beraktivitas,
gangguan nafsu makan, gangguan tidur, pelambatan
psikomotor, lemah, merasa tidak berguna, susah
konsentrasi, keinginan untuk bunuh diri, ini gejala-gejala
yang sering dijumpai pada ibu dengan depresi
postpartum.
Etiologi Depresi Post Partum
 Faktor konstitusional.
riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi
dari kehamilan dan persalinan sebelumnya. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena
setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi.
 Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu
pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan
faktor penting.
 Faktor psikologis
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua individu
yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina
dkk, 2001) mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk
memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
 Faktor sosial
Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering
menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
Karakteristik Depresi Postpartum
Depresi postpartum hampir sama dengan postpartum blues, yang
membedakan hanya karakteristik wanita yang mengalami depresi post
partum (Mansur, 2009).
Berikut ini merupakan karakteristik wanita yang mengalami depresi
postpartum menurut Mansur (2009) :
1. Mempunyai riwayat depresi.
2. Berasal dari keluarga yang kurang harmonis.
3. Kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang-orang terdekatnya
selama hamil dan setelah melahirkan.
4. Jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya, misalnya
kurang komunikasi dan informasi.
5. Mengalami komplikasi selama kehamilan.
Manifestasi klinis
Menurut Mansur (2009), gejala-gejala pada depresi postpartum,
yaitu:
• Dipenuhi rasa sedih dan depresi yang disertai dengan menangis
tanpa sebab.
• Tidak memiliki tenaga atau hanya sedikit saja.
• Tidak dapat berkonsentrasi.
• Ada perasaan bersalah dan tidak berharga.
• Menjadi tidak tertarik dengan bayi atau terlalu memperhtikan dan
mengkhawatirkan bayinya.
• Gangguan nafsu makan.
• Adanya perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.
• Gangguan tidur.
Faktor Predisposisi

Faktor resiko terjadinya depresi postpartum diantaranya adalah


adanya anggota keluarga yang menderita penyakit mental;
kurangnya dukungan social dan dukungan keluarga serta teman;
kekhawatiran akan bayi yang sebetulnyasehat; kesulitan selama
persalinan dan melahirkan; merasa terasing dan tidak mampu;
masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan; kehamilan
yang tidak diinginkan (Yulianti, 2010).
Klasifikasi depresi post partum
Menurut Yulianti (2010) yang di kutip oleh, depresi postpartum
dibagi menjadi tiga jenis,yaitu depresi ringan, sedang dan berat.

1. Depresi Ringan
Depresi ini biasanya singkat dan tidak terlalu mengganggu
kegiatan-kegiatan normal. Peristiwa -peristiwa signifikan seperti
hari liburan, ulang tahun pernikahan, pekerjaan baru, demikian juga
kebosanan dan frustasi bisa menghasilkan suatu keadaan hati yang
murung. Pada depresi tipe ini tidak dibutuhkan penanganan khusus,
perubahan situasi dan suasana hati yang membaik biasanya segera
bisa mengubah kemurungan itu kembali ke fase normal kembali.
lanjutan ..
2. Depresi Sedang
Gejalanya hampir sama dengan depresi ringan, tetapi lebih kuat dan lama
berakhirnya. Suatu peristiwa yang tidak membahagiakan seperti meninggalnya
seorang kekasih , hilangnya karier, kemunduran dan lain-lain biasanya merupakan
penyebab dari depresi tipe ini. Orang memang sadar akan perasaan tidak
bahagiaitu, namun tidak dapat mencegahnya. Pada tipe ini bunuh diri merupakan
hal yangpaling berbahaya, karena bunuh diri merupakan hal satu-satunya pemecah
masalah ketika kepedihan itu menjadi lebih buruk. Dalam hal ini pertolongan yang
profesional dibutuhkan.

3. Depresi Berat
Kehilangan interes dengan dunia luar dan perubahan tingkat laku yangserius dan
berkepanjangan merupakan karakteristik dari depresi tipe ini. Kadanggangguan
yang lain seperti schizophrenia, alkoholisme atau kecanduan obat sering berkaitan
dengan depresi ini. Demikian juga gejala fisik akan menjadi nyata dirasakan.
Dalam keadaan ini, penanganan secara profesional sangat diperlukan.
Komplikasi Pasca Melahirkan
Jika tidak dirawat, depresi pasca melahirkan dapat mengganggu ikatan ibu-
anak dan menyebabkan masalah keluarga.
• Untuk ibu. Depresi pasca melahirkan yang tidak dirawat dapat bertahan
selama berbulan-bulan atau lebih, kadang-kadang menjadi gangguan
depresi kronis. Bahkan ketika dirawat, depresi pasca melahirkan
meningkatkan resiko seorang wanita dari rangkaian kejadian depresi berat
di masa depan.
 Untuk ayah. Depresi pasca melahirkan dapat memiliki efek menular,
menyebabkan ketegangan emosional bagi semua orang dekat dengan bayi
baru. Ketika seorang ibu baru tertekan, resiko depresi pada ayah si bayi
juga dapat meningkat. Dan ayah baru sudah pada peningkatan resiko
depresi, baik pasangan mereka terpengaruh atau tidak.
• Untuk anak-anak. Anak-anak dari ibu yang memiliki depresi pasca
melahirkan yang tidak dirawat lebih mungkin untuk memiliki masalah
emosional dan perilaku, seperti kesulitan tidur dan makan, menangis
berlebihan, dan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD).
Keterlambatan perkembangan dalam bahasa umum terjadi juga.
Penatalaksanaan Depresi Post Partum
1. Farmakologis
diberikan pengobatan dengan antidepressant. Pemberian selective serotonin reuptake inhibitor
(SSRIs). SSRIs bisa membantu pasien yang tidak mempunyai respon bagus terhadap tricylic
antidepressant, golongan antidepressant lainnya dan cenderung ditoleransi lebih baik dengan
dosis yang rendah. Bagaimanapun, jika pasien sebelumnya mempunyai respon baik terhadap
obat antidepressant jenis lainnya, obat tersebut secara kuat dipertimbangkan untuk dibeeikan
kembali.
Golongan obat lainnya yang digunakan pada pasien depresi post partum adalah tricylic
antidepressant (TCAs). Cara kerja obat golongan untuk menurunkan gejala depresi tidak
diketahui tetapi jenis obat ini dapat menghalangi re-uptake berbagai neurotransmiter termasuk
serotonin dan norepinehrine pada membran neuronal.
lanjutan....
2.Psikoterapi
terfokus pada perubahan peran dan pentingnya suatu hubungan sangat efektif
untuk meredakan gejala depresi dan meningkatkan fungsi psikososial. mencegah
terjadinya depresi postpartum psikoterapi sebagai tambahan dikombinasikan
dengan fluoxetine tidak meningkatkan pengobatan daripada dengan fluoxetine
saja.
3.Hormonal replacement therapy
Estradiol telah dievaluasi sebagai pengobatan untuk depresi postpartum. Pada
studi yang membandingkan transdermal estradiol dengan plasebo, grup yang
diobati dengan estradiol mempunyai penurunan skot depresi yang signifikan
selama bulan pertama.
4.Profilaksis treatment
Pasien yang mengalami riwayat depresi setelah kehamilannya dapat beresiko
menjadi depresi postpartum setelah melahirkan. Terapu preventif setelah
melahirkan harus dipertimbangkan pada pasien sebelumnya dengan riwayat
depresi sebelumnya.
Hubungan Dukungan Suami terhadap Ibu Depresi
Postpartum Dukungan Suami

Menurut Rohani & Reni (2007), dukungan suami adalah respon


suami terhadap isteri yang dapat menyebabkan tekanan batin
dan perasaan senang dalam diri isteri. Suami adalah orang
pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada isteri
sebelum pihak lain turut memberi dorongan. Dukungan itu
tidak hanya berupa dukungan psikologis tapi dukungan
fisiologis, penilaian, informasi dan finansial sangat dibutuhkan
oleh istri, jadi dukungan yang diberikan itu dikemas secara utuh
sehingga istri merasa nyaman dan menjalani proses pasca
bersalin dengan baik.
Aspek dukungan suami

Aspek dukungan suami keterangan


Dukungan emosional ekspresi rasa empati, perduli, dan fokus pada
orang tersebut. Memberikan seseorang tersebut
rasa nyaman, dilindungi, dimiliki, dan dicintai.

Dukungan penghargaan penilaian positif pada seseorang, setuju dengan


ide dan perasaan seseorang tersebut, umpan
balik dari individu

Dukungan instrumental bantuan benda, waktu, untuk meringankan


beban seseorang. kontribusi nyata berupa
bantuan atau tindakan fisik dalam
menyelesaikan tugas.

Dukungan informasi pemberian saran, perintah, nasehat, atau


bimbingan yang berhubungan dengan
kemungkinan penyelesaian suatu masalah
Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Ibu
Postpartum

Alavi dan Jannati (2011) meneliti hubungan antara dukungan sosial


yang dirasakan dan harga diri menemukan bahwa dukungan sosial
khususnya oleh keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan
harga diri dan kemampuan diri dan dukungan sosial memainkan peran
penting dalam kesehatan, kemajuan mental dan peningkatan kualitas.
Menurut hasil tersebut di atas kita dapat mengatakan bahwa
pengurangan atau kurangnya dukungan sosial menurunkan harga diri
seseorang dan kemampuan diri sehingga mempengaruhi kesehatan
mentalnya secara negatif sehingga menempatkan dirinya di risiko
depresi.
Pencegahan Depresi Post Partum
• Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga
harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan
ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk : Beristirahat
dengan baik, berolahraga yang ringan, berbagi cerita dengan orang lain,
bersikap fleksible, bergabung dengan orang-orang baru, sarankan untuk
berkonsultasi dengan tenaga medis jika ada kendala

• Adapun bagi suami dapat memotivasi istri dengan cara :Dorong istri untuk
berbicara dan tunjukkan kalau suami mengerti. Buat batasan kunjungan dan
beritahu teman-teman “tidak bisa” ketika istri tidak ingin dikunjungi, terima
pertolongan dari orang-orang yang sukarela membantu menyelesaikan
pekerjaan rumah, izinkan teman-teman mengemong bayi agar istri punya
waktu untuk dirinya sendiri dan sementara jauh dari bayi, bertindak setia dan
penuh kasih sayang secara fisik tanpa minta dilayani secara seksual
Askep depresi post partum
Pengkajian
1. Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan
lain-lain
2. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
3. Riwayat Kesehatan
-Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih – murung,
mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik,
sulit konsentrasi, melukai diri
-Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien
-Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
4. Riwayat Persalinan
No Diagnosa NOC NIC
keperawatan
Koping individu Dalam 1x24 jam, diharapkan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
tidak efektif kriteria hasil: selama 1X24 jam diharapkan:
berhubungan Koping peningkatan koping hargai
dengan stress 1. Menunjukan fleksibilitas 1. pemahaman pasien tentang proses
kelahiran, konsep 2. Melibatkan anggota keluarga dalam penyakit dan konsep diri
diri negative, membuat keputusan 2. hargai dan diskusikan substitute
system pendukung 3. mengekspresikan perasaan dan respon terhadap situasi
tidak adekuat kebebasan emosional 3. hargai sikap klien terhadap perubahan
4. menunjukan strategi untuk peran dan hubungan
memanage masalah 4. dukung penggunaan sumber spiritual
5. menggunakan strategimenentukan jika diminta
jadwal untuk rutinitas dan aktivitas 5. gunakan pendekatan yang tenang dan
keluarga berikan jaminan
6. sediakan pilihan yang realistis tentang
aspek perawatan saat ini
7. dukung penggunaan mekanisme
defensive yang tepat
2 Koping Dalam 1x24 jam, diharapkan Setelah dilakukan tindakan
keluarga yang dengan kriteria hasil: keperawatan selama 1X24
tidak efektif, 1.Hubungan pemberi Asuhan jam diharapkan
ketidaknyama Pasien : interaksi dan 1. :Bantu ketuarga dalam
nan hubungan yang positif antara mengenai masalah (misalnya
berhubungan pemberi dan penerima penatalaksanaan konflik
dengan asuhan kekerasan, kekerasan seksual)
depresi 2.Performa Pemberi Asuhan 2. Dorong partisipasi keluarga
mental dan 3.Perawatan Langsung : dalam semua pertemuan
efek pada Penyediaan perawatan kelompok
keluarga kesehatan dan perawatan 3. Dorong keluarga untuk
personal yang tepat kepada memperlihatkan kekhawatiran
anggota keluarga oleh dan untuk membantu
pemberi perawatan k merencanakan perawatan
pascahospitalisasi
4. Bantu memotivasi keluarga
untuk
Daftar Pustaka

 Asmayanti. 2017. Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian Depresi


PostPartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Yogyakarta :
PSIK-STIKES Jenderal Achmad Yani.
 Haryani, Nofi Ika & Uly Gusniarti. 2007. Hubungan Antara Dukungan Suami
dengan Depresi Pasca Melahirkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya - Universitas Islam Indonesia.
 Wijaya, Budi Andri. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Depresi pada Ibu Postpartum di Poliklinik Obsgyn RSUD Dr. Moewardi.
Surakarta : FIK – Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sekian
&
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai