Pembimbing
dr. Budi Sp.B
14711122
PENDAHULUAN
McGain F, Limbo A, Williams D, Didei G, Winkel KD. Snake bite mortality at Port Moresby General Hospital, Papua
New Guinea 1992–2001. Med J Aust 2004;181:687–91.).
Epidemiologi
20.000 kematian timbul setiap tahunnya di seluruh dunia akibat gigitan ular. Sebagian besar
perkiraan kejadian gigitan ular dijumpai di Asia Selatan dan Asia Tenggara, Sub-Sahara Afrika,
Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Kasus gigitan ular yang bervariasi secara geografik dan musiman, sifat pengobatan yang masih
dibagi kepada pengobatan tradisional yang kadang lebih dipilih dibandingkan pengobatan
medis, berkontribusi terhadap kesulitan untuk mempelajari epidemiologi gigitan ular.
Indonesia
Total snake species : 348.
Venomous snake species:
–Elapidae: 55
–Viperidae: 21
–Colubridae: 1
Non-venomous Snake
Tidak berbisa.
Hanya menggigit /
menyerang jika merasa
terganggu.
Klasifikasi
Memiliki gigi taring Memiliki gigi taring yang Dua spesies penting
pendek di depan cukup panjang yang yang beracun yang telah
(proteroglyph). Famili ini secara normal terlipat diidentifikasi pada
meliputi kobra, raja terhadap rahang atas, regional Asia Tenggara
kobra, kraits, ular koral, tetapi saat menyerang adalah Rhabdophis
ular Australia dan ular akan menjadi tegang. Ada subminiatus berleher
laut. Cukup panjang, viper tipikal (Viperinae) merah dan Rhabdophis
kurus, memiliki warna dan viper pit (Crotalinae). triginus.
seragam dengan sisik Memiliki organ khusus
simetrikal besar halus untuk mendeteksi korban
pada puncak kepala. berdarah panas diantara
hidung dan mata.
Snake families and general
venom effects
Venomous
Snake families
WHO. 2016.Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region.
Patofisiologi
Bisa Ular
Enzim 1. Neurotoksin
protease, 2. Nefrotoksin
kolagenase 3. Hemotoksin
4. Kardiotoksin
5. Sitotoksin
Arginin, ester Hialuronidase,
hydrolase fosfolipase
Disfungsi
organ atau
Trombogenik
Metallo- destruksi.
proteinase,
enzim
endogenase
Patofisiologi
Gigitan ular
berbisa
Bisa ular
LOCAL SYSTEMIC
• Haemostatic abnormality
– Swelling > half bitten
limb/48 hours • Neurotoxic signs
• Cardiovascular abnormalities
– Toes especially fingers
• Acute kidney injury
– Rapid extension within a
• Myoglobinuria/generalised
few hours
rhabdomyolysis/haemolysis
– Enlarged tender • Supporting lab evidence of systemic
lymphnode draining the envenoming
affected area
(A. Khaldun, 2015)
Sindrom
pada
gigitan
ular
TREATMENT (Primary)
• Airway laboratory checking)
• Blood pressure
• 02 Non Re-Breathing Mask 12 lpm
• Pulse
• Laryngeal Mask Airway and Endotracheal
Tube (if needed) • Oxygen saturation by using pulse oxymetri
• Suction if gargling (+), Head tilt and chin • Blood or Fresh Frozen Plasma as indicated
lift if snoring (+)
• Breathing
• Evaluate the respiratory rate
• Circulation
• Make iv access, give Normal Saline 0.9%
(don’t forget to take some blood for
PTOSIS MEASUREMENT
RESULT
A. MILD : 1-2 mm
B. MODERATE : 3 mm
C. SEVERE : 4 mm
Pemeriksaan Penunjang
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2016
TREATMENT (Secondary)
• Immobilize bitten area
• Antivenom : DRUG OF CHOICE
• If the snake that bite the patient include in 3 snakes which are covered by the
SABU, we can give SABU quickly
• 2 vials SABU + 500mml Normal saline 0.9% dripped 0-80 drop permminute
hemotoxin bites
• Repeated every 6 hours. BE AWARE TO RE-ENVENOMATION SIGN!!!
• Symptomatic
• Analgesia : morphine (PS≥7) and paracetamol infusion or oral (PS<7)
• Antibiotic
• When indicated, example : leucocytosis
Prinsip Imobilisasi
1. Imobilisasi kasus neurotoxin: imobilisasi dan pressure bandage
Tujuan u/ compressionpada otot sehingga tidak bergerak. Kedua, inhibisi dari drainage slow lymfogen ke
seluruh tubuh dan menjadikan sistemik. Dalam kondisi ini, kebutuhan elastic bandagedan sejenisnya sangat
berpengaruh. Sehingga teknik ini memang hanya untuk kalangan terlatih serta kasus neurotoxin.
– Anticholinesterase drugs
– Especially for neurotoxin envenoming
– Should give atropine before giving the drugs to prevent
physostigmine intoxication.
– Physostigmine dose
– Adult (>12 yo) : 1.0-2.0 mg
– Children ≤ 12 yo: 0.02 mg/kg/dose (max single dose 0.5 mg)
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2016
Indikasi pemberian antivenom bila :
Envenomasi sistemik
• Abnormalitas hemostatik: perdarahan sistemik spontaneous (klinis); koagulopati (20
WBCT atau tes lain seperti PT), atau trombositopenia (<100.000) (laboratorium).
• Tanda neurotoksik: ptosis, optalmoplegia eksternal, paralisis (klinis).
• Abnormalitas kardiovaskular: hipotensi, syok, aritmia (klinis); abnormal EKG.
• Gangguan ginjal akut: oliguria/ anuria (klinis); peningkatan kreatinin/ urea darah
(laboratorium).
• Hemoglobin-/ Mioglobin-uria: urine coklat gelap (klinis), dipstick urine, tanda lain
hemolisis intravaskular atau rhabdomiolisis menyeluruh (nyeri otot, hiperkalemia)
(klinis, laboratorium).
• Tanda-tanda pendukung laboratorium adanya envenomasi sistemik.
Indikasi pemberian antivenom bila :
Envenomasi lokal
• Pembengkakan lokal meliputi lebih dari setengah tungkai yang
tergigit (tanpa tourniquet) dalam 48 jam pertama.
Pembengkakan setelah gigitan pada jari-jari.
• Ekstensi cepat pembengkakan (seperti dibawah pergelangan
tangan atau kaki dalam beberapa jam setelah gigitan pada
tangan atau kaki).
• Dijumpai pembesaran kelenjar getah bening yang
mendrainase tungkai yang tergigit.
MONITORING
5 cm / 2 hours, so
5 cm RPP = 2.5 cm/hour
Serum Anti Bisa Ular di
Indonesia
SNAKE ANTIVENOM
MONOVALENT POLYVALENT
Naja / Cobra / Ular Sendok gigitan
Any
Question?
40
Any Question?
1. Bagaimana tatalaksana lanjutan
dari hemotoxin, neurotoksin dan
lainnya?
2. Bagaimana cara pemberian
SABU?
3. Berapa kali dosis pemberian
SABU?
4. Bagaimana jika tidak ada SABU?
5. Apakah pasien snake bite harus
diberi ATS?
Bagaimana tatalaksana lanjutan dari
hemotoxin, neurotoksin dan lainnya?
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2016
Bagaimana tatalaksana lanjutan dari
hemotoxin, neurotoksin dan lainnya?
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2016
Bagaimana tatalaksana lanjutan dari
hemotoxin, neurotoksin dan lainnya?
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2016
Bagaimana
cara
pemberian
SABU?
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2016
Berapa kali
dosis
pemberian
SABU?
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2016
Apakah pasien snake bite
harus diberi ATS?
WHO. Guidelines for the Clinical Managementof Snake bite in the South-East Asia Region .2016
TERIMA
KASIH
49