Anda di halaman 1dari 28

SINUSITIS MAKSILARIS TERKAIT INFEKSI

ODONTOGEN
TUTORIAL KLINIK - RS UNS

Lastry Wardani G99172101


Endah Augina Budiarti G99172068
Riska Larasari G99172142
Anthony Wirawan S G99172041
Adika Putra Pangestu G99172022
Putra Priambodo W G99172135

Pembimbing:
drg. Filumena Titis Rahutami
DEFINISI, ETIOLOGI, PATOFISIOLOGI
DEFINISI

 Sinusitis  inflamasi mukosa sinus paranasal, yang dapat menyebabkan


pembentukan cairan atau kerusakan tulang di bawahnya1
 Sinusitis maksilaris yang berasal dari odontogenik atau gigi, juga dikenal
sebagai sinusitis maksilaris kronis dari gigi, atau sinusitis maksilaris
odontogenik (Odontogenic Maxillary Sinusitis/OMS)2,3
ETIOLOGI

 Faktor pejamu penyebab sinusitis maksilaris  genetik, kondisi


kongenital, alergi dan imun, abnormalitas anatomi.2
 Terjadinya sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi hidung (rhinogen),
gigi dan gusi (dentogen), faring, tonsil serta penyebaran hematogen
meskipun jarang. Sinusitis juga dapat terjadi akibat trauma langsung,
barotrauma, berenang atau menyelam.2
 Faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya sinusitis  kelainan
anatomi hidung, hipertrofi konka, polip hidung, dan rhinitis alergi.2,4
Lesi
Ekstrasi gigi Lesi radicular
dentoalveolar

Infeksi akar
Karies dentis Gigi impaksi
gigi

Gigi molar (47,68%) berperan dalam terjadinya sinusitis.


- Molar 1 (22.51%)
- Molar 3 (17.21%)
- Molar 2 (3.97%)
Premolar ikut serta dalam sinusitis sebesar 5.96%, dan caninus sebesar 0.66%
PATOFISIOLOGI

 Keadaan sinus dipengaruhi oleh patensi


ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar (mucociliary clearance)
didalam kompleks osteo-meatal.2
 Fungsi cairan mucus yang dihasilkan sinus
 antimikroba dan mekanisme
pertahanan terhadap kuman yang masuk
bersama udara pernafasan. Cairan mukus
secara alami menuju ke ostium untuk
dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan.2
 Obstruksi ostium dari sinus 
hipooksigenasi  fungsi silia berkurang
dan epitel sel mensekresikan cairan
mukus dengan kualitas yang kurang baik.1,4
 Disfungsi silia ini akan menyebabkan
retensi mukus yang kurang baik pada
sinus.1,2

Obstruksi Tekanan Bakteri


Sinusitis
dari ostium negatif masuk
• Sinusitis maksilaris akibat infeksi gigi rahang
atas terjadi karena infeksi bakteri (anaerob)
 karies profunda  jaringan lunak gigi
dan sekitarnya rusak.
• Pada pulpa terbuka, kuman masuk dan
mengalami pembusukan  gangren pulpa.
Infeksi meluas dan mengenai selaput
periodontium  periodontitis dan iritasi 
pus.
• Abses periodontal meluas dan mencapai
tulang alveolar  abses alveolar. Tulang
alveolar membentuk dasar sinus maksila 
inflamasi mukosa sinus. Disfungsi silia,
obstruksi ostium sinus, serta
abnormalitas sekresi mukus 
akumulasi cairan dalam sinus  sinusitis
maksila.2,5
KLASIFIKASI, MANIFESTASI, DIAGNOSIS
KLASIFIKASI 6

Odontogen Rhinogen
Penyebab Infeksi gigi/ karies terutama di Septum deviasi
M1 M2 Rhinitis
Kelainan konka
Cavum oris Ada karies dbn
Cavum nasi dbn Septum deviasi
Mukosa pucat + discharge
(rhinitis alergika)
Pemeriksaan penunjang SPN + Panoramic SPN
Tatalaksana Atasi masalah gigi Hindari pencetus
MANIFESTASI
 Gejala klasik sinusitis odontogen
 Obstruksi hidung unilateral dan
 Rinore purulent
 Ditemukan pada 66,7% pasien OMS 7
 Bau dan rasa busuk
 Ditemukan pada 26% pasien OMS 7

 Sakit kepala
 Nyeri tekan maksila anterior unilateral
 Postnasal drip.
 Nyeri gigi
 Terjadi pada 29% pasien sinusitis odontogenic 8 -> tidak spesifik
DIAGNOSIS

 Anamnesis
 Kriteria EP3OS 9

≥ 2 gejala.
 Gejala utama:
Minimal 1 gejala utama
 Obstruksi nasal
 Discharge nasal
 Gejala tambahan:
 Gangguan penghidu,
 Nyeri wajah
DIAGNOSIS
 Kriteria Task Force
 Gejala mayor (skor=2)  Gejala minor (skor=1)
 Nyeri sinus  Nyeri kepala
 Hidung buntu  Nyeri geraham RS ringan < 8
RS sedang-berat ≥ 8
 Discharge purulent  Nyeri telinga
 Post nasal drip  Batuk
 Gangguan penghidu  Demam
 Halitosis (bau mulut)
DIAGNOSIS

 Pemeriksaan Fisik 6

 Rhinoskopi anterior/ endoskopi


 Polip nasi
 Discharge mukopurulen meatus media
 Edema meatus media
 Pemeriksaan Gigi
DIAGNOSIS

 Pemeriksaan Penunjang
 CT scan (gold standard)
 Case series oleh Patel mengungkapkan bahwa
semua pasien dengan sinusitis odontogenik
menunjukkan tanda-tanda penyakit gigi pada CT
scan, dengan 95% pasien menunjukkan abses
periapikal pada CT 7
DIAGNOSIS

 Pemeriksaan Penunjang
 Foto panoramik
 Identifikasi akar, gigi, atau benda asing di dalam
sinus. Kurang akurat dibanding Water’s view
dalam mengidentifikasi MS, tetapi memberikan
informasi yang lebih rinci tentang bagian bawah
sinus 10
TATALAKSANA, KOMPLIKASI
TATALAKSANA AWAL

Irigasi nasal yang dikombinasi dengan dekongestan

Apabila terdapat polip nasal, diberikan steroid topikal/sistemik

Bila ada retensi kista mukus dapat dihilangkan dengan endoskopi11


TATALAKSANA

Eliminasi sumber infeksi (pencabutan akar gigi eksternal dari kavitas sinus, ekstraksi, atau terapi
kausatif pada akar kanal gigi)

Eksplorasi dari sinus untuk chronic maxillary sinusitis


of dental origin (CMSDO).

Rekonstruksi tulang pada sinus maksilaris

Functional endoscopic sinus surgery (FESS), Caldwell luc operation (CLP), modified endoscopy-assisted
maxillary sinus surgery MESS12
Gambar skematik pendekatan bedah pada sinusitis maksilaris odontogen CLP (a), FESS (b), and MESS (c, d, e)13
KOMPLIKASI

Oroantral
Oroantral fistula
communication
(OAF)
(OAC)14

Osteomielitis Selulitis orbita


PENUTUP

Insidensi sinusitis maksilaris odontogen berkisar


Penyebab yang paling umum adalah iatrogenik
30-40% dari semua kasus sinusitis maksilaris
dan periodontitis marginal/apikal
kronis
PENUTUP

Endoskopi dan radiografi dibuat menggunakan CLP, FESS, dan MESS konvensional
panoramik atau foto Waters pada pasien CRS dipertimbangkan sebagai piihan bedah karena
kronis. tingkat komplikasi yang lebih rendah
DAFTAR PUSTAKA

1. Slavin RG, Spector SL, Bernstein IL, Workgroup SU, Kaliner MA, Kennedy DW, Virant FS, Wald ER, Khan DA,
Blessing-Moore J, Lang DM (2005). The diagnosis and management of sinusitis: a practice parameter update.
Journal of Allergy and Clinical Immunology, 116(6):S13-47.
2. Kim SM (2019). Definition and management of odontogenic maxillary sinusitis. Maxillofacial plastic and
reconstructive surgery, 41(1):1-1.
3. Brook I (2006). Sinusitis of odontogenic origin. Otolaryngol Head Neck Surg 135:349–355.
4. Longhini AB, Ferguson BJ (2011) Clinical aspects of odontogenic maxillary sinusitis: a case series. Int Forum
Allergy Rhinol 1:409–415.
5. Legert KG, Zimmerman M, Stierna P (2004) Sinusistis of odonyogenic origin: pathophysiological implications of
early treatment. ActaOtolaryngol 124:655–663.
6. Kolegium ilmu kesehatan THT-KL. 2015. Buku acuan rinologi. Modul II 3 Rinosinusitis Edisi II. Jakarta: PERHATI-KL
7. Patel NA, Ferguson BJ. Odontogenic sinusitis: an ancient but under-appreciated cause of maxillary sinusitis. Curr
Opin Otolaryngol Head Neck Surg 2012;20:24-8.
DAFTAR PUSTAKA

8. Longhini AB, Ferguson BJ. Clinical aspects of odontogenic maxillary sinusitis: a case series. Int Forum Allergy
Rhinol 2011;1:409-15.
9. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2012. Rhinology. 2012. Suppl.23:1-299
10. Nah K. The ability of panoramic radiography in assessing maxillary sinus infl ammatory diseases. Korean J Oral
Maxillofac Radiol 2008;38:209-13.
11. Kang IG, Kim ST, Jung JH, Paik JY, Woo JH, Cha HE, Chi MJ, Jin SM, Lee KC (2014) Effect of endoscopic
marsupialization of paranasal sinus mucoceles involving the orbit: a review of 27 cases. Eur Arch Otorhinolaryngol
271:293–297
12. Bell GW, Joshi BB, Macleod RI (2011) Maxillary sinus disease: diagnosis and treatment. Br Dent J 210:113–118
13. Simuntis R, Kubilius R, Vaitkus S (2014) Odontogenic maxillary sinusitis: a review. Stomatologija 16:39–43
14. Kale P, Urolagin S, Khurana V, Kotrashetti S. Treatment of oroantral fi stula using palatal fl ap - a case report ant
technical note. J Int Oral Health 2010;2:78-82.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai