Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN PERAWAT PADA KASUS

PASIEN DENGAN DHF


( DENGUE HAEMORGIC FEVER )
RUANG SHOFA
BANGSAL ANAK
RSI PKU MUHAMMADIYAH KABUPATEN TEGAL
PENGERTIAN
 Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropoda born virus) dan ditularkan

melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2005:368).

 Demam Dengue/DF dan Demam Berdarah Dengue/DBD (dengue haemorhagic fever/DHF) adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi

yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi

perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan

cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah

dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo, 2009:2774).


TANDA DAN GEJALA ( MANIFESTASI KLINIK )
• Gejala demam dengue tergantung dari umur penderita. Pada bayi dan
anak-anak kecil biasanya berupa demam disertai dengan ruam-ruam pada
kulit.
• Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, biasanya dimulai dengan
demam ringan atau tinggi (> 39 ° C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama
2-7 hari, disertai dengan sakit kepala hebat, nyeri dibelakang mata, nyeri
sendi dan otot, muntah-muntah dan ruam-ruam. Bintik-bintik perdarahan
di kulit sering terjadi, kadang-kadang disertai bintik-bintik perdarahan di
tenggorokan dan selaput bening mata. Penderita juga sering mengeluh
nyeri telan, perasaan tidak enak pada ulu hati, nyeri tulang rusuk kanan
atau kiri seluruh perut.
• Tanda-tanda perdarahan pada DHF dimulia dari test tourniquet positif dan
bintik-bintik perdarahan dikulit (petechi). Petechi ini bisa terlihat diseluruh
anggota gerak, ketiak, wajah, dan gusi. Juga bisa terjadi perdarahan hidung,
gusi dan perdarahan dari saluran cerna dan perdarahan dalam urin
(Suryana, 2005:113).
KLASIFIKASI ( PENGELOMPOKAN )

• Menurut WHO (1986) Soegijianto (2002:55) penyakit DBD dibagi menjadi 4


kategori penderita menurut derajat beratnya sebagai berikut:
1. Derajat I: adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi
perdarahan hanya berupa torniket tes yang positif
2. Derajat II: gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya
berupa perdarahan dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainya
3. Derajat III: adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,
penyempitan tekanan nadi (<20 mmHg), atau hipotensi, dengan disertai
akral dingin dan gelisah.
4. Derajat IV: adanya shock berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
yang tidak terukur.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Menurut (Mansyoer, 2001:431) pemeriksaan penunjang pada kasus DBD/ DHF adalah:
1. Trombositopenia ( penurunan Jumlah Trombosit ) , Nilai Normal ( 150-350 rb
2. Hemokonsentrasi ( Peningkatan Hematokrit darah ) , Nilai Normal
• Bayi baru lahir : 55% sampai 68%
• Usia 1 minggu : 47% sampai 65%
• Usia 1 bulan : 37% sampai 49%
• Usia 3 bulan: 30% sampai 36%
• Usia 1 tahun : 29% sampai 41%
• Usia 10 tahun : 36% sampai 40%
• Dewasa pria : 42% sampai 54%
• Dewasa perempuan : 38% sampai 46%
PENATALAKSANAAN
• Menurut Soegianjo (2002 : 61) tatalaksana DBD sebaiknya berdasarkan
pada berat ringanya penyakit yang ditemukan antara lain:
a. Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan
• Penderita diperkenankan berobat jalan jika hanya mengeluh panas, tetapi
keinginan makan dan minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi
yang mendadak diperkenankan memberikan obat panas Paracetamol 10 -
15 mg/kgBB setiap 3-4 jam diulang jika symptom panas masih diatas
38,5°C. Obat panas salisilat ( xxxrexin , dsb) tidak dianjurkan karena
mempunyai resiko terjadinya perdarahan dan asidosis. Sebagian besar
kasus DBD yang berobat jalan ini adalah kasus DBD yang menunjukan
manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukan penyulit
lainya. Apabila penderita DBD ini menujukan manifestasi penyulit
hipertermi dan konvulsi sebaiknya dianjurkan untuk dirawat Inap.
Kasus DBD derajad I dan II
• Pada hari ke- 3, 4 dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini
mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian syok
tersebut, penderita disarankan di Infus cairan kristaloid dengan tetesan
berdasarkan tatanan 7, 5, 3. Pada saat fase panas, penderita dianjurkan
banyak minum air kelapa muda atau oralit yang bisa untuk mengatasi
diare. Hematokrit yang meningkat lebih dari 20% dari harga normal
merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita
dirawat diruang observasi di pusat dehidrasi selama kurun waktu 12 - 24
jam.
• Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ekstremitas yang teraba dingin,
nyeri perut dan produksi air kemih yang berkurang sebaiknya dianjurkan
rawat inap. Penderita dengan tanda perdarahan dan hematokrit yang tinggi
harus dirawat dirumah sakit untuk memperoleh cairan pengganti dengan
segera.
LANJUTAN Kasus DBD derajad I dan II
• Volume dan macam cairan pengganti penderita DBD sama seperti yang digunakan
pada kasus diare dengan dehidrasi sedang (6 - 10% kekurangan cairan) tetapi
tetesan harus hati-hati. Kebutuhan cairan sebaiknya diberikan dalam kurun waktu
2-3 jam pertama dan selanjutnya tetesan diatur kembali dalam waktu 24-48 jam
saat kebocoran plasma terjadi. Pemeriksaan hematokrit secara seri ditentukan
setiap 4-6 jam dan dianjurkan mencatat data vital setiap saat untuk menentukan
atau mengatur agar memperoleh jumlah cairan pengganti yang cukup mencegah
pemberian tranfusi berulang. Petunjuk pemberian cairan jumlah tetesan harus
jelas. Perhitungan secara kasar sebagai berikut
: (ml/jam) = (tetesan /menit) x 3.
• Jumlah cairan yang dibutuhkan adalah volume minimal cairan pengganti yang
cukup untuk mempertahankan sirkulasi secara efektif selama periode kebocoran
(24-48 jam) pemberian cairan yang berlebihan akan menyebabkan kegagalan faal
pernafasan (efusi pleura dan asites), dan akan terjadi penumpukan cairan dalam
jaringan paru yang berakhir dengan edema.
Penatalaksanaan DBD derajad III & IV
• c. ”Dengue Shock Syndrome” (syndrome renjatan dengue) termasuk kasus
kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh
cairan pengganti secepatnya. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit
(hiponatremia). Dalam hal ini perlu difikirkan kemungkinan dapat terjadinya DIC.
Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
• Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik
(Ringer Laktat, Dekstrose 5% dalam larutan Ringer Laktat atau Dekstrose 5%
dalam larutan Ringer Asetat dan larutan normal garam faal) dengan jumlah 10-20
ml/kg/1 jam.
• Pada kasus yang sangat berat (derajat IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg (1 atau
2x). Jika syok berlangsung terus dengan hematokrit yang tinggi, larutan koloidal
(dekstran dengan berat molekul 40.000 di dalam larutan normal garam faal atau
plasma) dapat diberikan dengan jumlah 10 - 20 ml/kg/jam.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
PERAWAT WAJIB TAHU APA YANG HARUS DI KAJI PADA PASIEN DENGAN
DHF ??
Menurut Hidayat (2006 : 123) pengkajian keperawatan pada anak dengan
DHF yaitu:
• Apakah Ditemukan adanya peningkatan suhu yang mendadak disertai
menggigil, ??
• Adakah perdarahan kulit seperti petekhie, equimosis, hematom,
epistaksis, hematemesis bahkan hematemesis melena. ??
• Pada pemeriksaan fisik adakah adanya nyeri otot, sakit kepala, nyeri ulu
hati, pembengkakan sekitar mata ?? Dan pada pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan adanya trombositopenia,
hemokonsentrasi.
• Apabila ditemukan gejala klinis seperti perdarahan spontan dengan uji
torniquet positif, trombositopenia, hemokonsentrasi maka termasuk
DHF derajat ringan (1).
• Apabila disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain
termasuk derajat sedang (II).
PELAKSANAAN ATAU IMPLEMENTASI

MERUPAKAN INISIATIF DARI RENCANA TINDAKAN


UNTUK MENCAPAI TUJUAN YANG SPESIFIK.

ADAPUN PELAKSANAAN YANG DAPAT DILAKUKAN


PADA PASIEN DENGAN DHF MENURUT HIDAYAT
(2006 :125) ADALAH:
DIAGNOSA & TINDAKAN PERAWAT
HIPERTERMIA BERHUBUNGAN DENGAN PROSES INFEKSI VIRUS DENGUE

TUJUAN
• Menurunkan suhu tubuh serta mempertahankanya dalam fungsi yang
normal.
TINDAKAN
• Perawat memonitor perubahan suhu tubuh, nadi, pernafasan serta
tekanan darah Sesuai Kondisi Pasien ( pengawasan / belum pengawasan )
Memberikan kompres hangat pada bagian , Dahi , aksila, dan lipatan paha.
Pasien di instruksikan menggunakan pakaian yang tipis untuk membantu
penguapan. Perawat berkolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan
antibiotik. Perawat melibatkan keluarga dan mengajari cara melakukan
kompres yang benar serta evaluasi perubahan suhu.
KURANG VOLUME CAIRAN BERHUBUNGAN
DENGAN PENINGKATAN PERMEABILITAS KAPILER.
TUJUAN:
Mengatasi kurangnya cairan serta mempertahankan masukan dan
keluaran.
• Perawat memonitor tanda vital pasien, keadaan umumnya, tanda-
tanda syok, asupan dan keluaran. Perawat juga memberikan cairan
intravena dan mempertahankan tetesan sesuai dengan ketentuan.
Perawat menganjurkan pasien untuk banyak minum, hitung balance
cairan, Perawat mengkaji perubahan produksi urine (produksi urine <
25 ml/jam atau 600 ml/hari).
RESIKO TERJADINYA KOMPLIKASI
(SYOK/PERDARAHAN) BERHUBUNGAN DENGAN
TROMBOSITOPENIA.
TUJUAN:
Mencegah terjadinya syok/perdarahan.
TINDAKAN
• Perawat memonitor penurunan jumlah trombosit, Hb, Ht. Perawat
menganjurkan pasien untuk istirahat, menggunakan sikat gigi lunak,
memelihara kebersihan mulut, memonitor tanda-tanda mungkin
adanya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, perawat
berkolaborasi dalam pemberian obat dan transfusi. Berkolaborasi
dalam pemberian obat antibiotik serta mempertahankan kebutuhan
cairan tubuh.
KURANG NUTRISI (KURANG DARI KEBUTUHAN)
BERHUBUNGAN DENGAN MENURUNYA NAFSU MAKAN,
ADANYA MUAL, DAN SAKIT SAAT MENELAN
TUJUAN:
memenuhi kebutuhan nutrisi.
TINDAKAN
Perawat memonitor perubahan berat badan, adanya mual, muntah.
Kolaborasi dg Gizi Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti
bubur dan menghidangkannya dalam keadaan hangat. Memberikan
makanan sedikit dan sering hingga terpenuhi sejumlah asupan.
Berkolaborasi pemberian obat antiemesis, memberikan alternatif
nutrisi yang dapat meningkatkan kadar trombosit.
Sedangkan menurut Nursalam (2005 : 166)
pelaksanaan yang dilakukan berdasarkan diagnosa
atau masalah DHF adalah :
PENINGKATAN SUHU TUBUH (HIPERTERMIA) BERHUBUNGAN
DENGAN PROSES INFEKSI VIRUS DENGUE.
TUJUAN:
menurunkan suhu tubuh
TINDAKAN
• Perawat mengkaji saat timbulnya demam, mengobservasi tanda vital (suhu,
nadi, tensi dan pernafasan) setiap 3 jam atau lebih sering lagi, memberikan
penjelasan penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh, memberikan
penjelasan kepada pasien atau keluarga tentang hal – hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan kepada
pasien/keluarga untuk bersifat kooperatif. Menjelaskan pentingnya tirah
baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.
Menganjurkan pasien untuk banyak minum sesuai kebutuhan tubuh, dan
menjelaskan manfaatnya bagi pasien. Memberikan kompres dingin pada
daerah aksila dan lipatan paha. Menganjurkan agar pasien tidak memakai
selimut dan pakaian yang tebal. Mencatat asupan dan keluaran cairan,
memberikan terapi cairan intravena dan obat - obatan sesuai dengan
program dokter.
NYERI BERHUBUNGAN DENGAN PROSES INFEKSI

TUJUAN:
menghilangkan nyeri yang di rasakan klien
TINDAKAN
• Perawat mengkaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan menggunakan
skala nyeri (0–10) / WONG BAKER , membiarkan pasien memutuskan
tingkat nyeri yang di alaminya, tipe nyeri dan respon pasien terhadap nyeri,
memberikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang,
memberikan suasana yang gembira pada pasien, mengalihkan perhatian
pasien dari rasa nyeri (libatkan keluarga) misalnya membaca buku,
mendengar musik, dan menonton TV, memberikan kesempatan pada
pasien untuk berkomunikasi dengan temanya, memberikan obat – obatan
analgetik (kolaborasi dengan dokter).
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN BERHUBUNGAN DENGAN MASUKAN YANG TIDAK
ADEKUAT
TUJUAN:
Memenuhi kebutuhan nutrisi.
TINDAKAN
• Perawat mengkaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang di
alami pasien, memberikan makanan yang mudah ditelan, seperti
bubur dan tim, serta dihidangkan selagi masih hangat, memberikan
makanan dalam porsi kecil dan frekwensi sering, menjelaskan
manfaat makanan terutama saat sakit, mencatat jumlah porsi
makanan yang dihabiskan oleh pasien tiap hari.
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN PERMEABILITAS
KAPILER
Tujuan: mengembalikan kadar keseimbangan cairan dan elektrolit.
TINDAKAN
• Memonitor keadaan umum pasien, mengobservasi tanda-tanda vital
setiap 2-3 jam, memperhatikan keluhan pasien, seperti mata
berkunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin dan sesak
nafas, apabila terjadi tanda-tanda syok hipovolemik, baringkan
pasien terlentang tanpa bantal, Cek cairan infus , kelancaran dan
tetesany , Jenis infuse yang terpasang dan konsultasi ke dokter ,
KURANGNYA PENGETAHUAN TETANG PROSES PENYAKIT, DIET DAN
PERAWATAN PASIEN DHF BERHUBUNGAN DENGAN KURANGNYA
INFORMASI.
• Tujuan: memberikan pengetahuan kepada klien dan keluarga
mengenai penyakit DHF.
• Perawat memberikan kesempatan pada pasien/kelurga untuk
menanyakan hal-hal yang ingin diketahui sehubungan dengan
penyakitnya, menjelaskan/EDUKASI semua prosedur yang akan
dilakukan dan manfaatnya bagi pasien dan keluarga, menjelaskan
tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat- obatan pada
pasien dengan bahasa dan kata – kata yang mudah dimengerti.
GANGGUAN AKTIFITAS SEHARI–HARI BERHUBUNGAN
DENGAN KELEMAHAN FISIK.
• Tujuan: membantu tahapan pemulihan kembali aktifitas sehari – hari.
• Perawat membantu pasien DAN melibatkan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan aktifitas sehari–hari seperti mandi, makan, dan
eliminasi sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien. Memberikan
penjelasan mengenai hal-hal yang dapat membantu dan
meningkatkan kekuatan fisik pasien. Menyiapkan bel di dekat pasien
agar jika pasien memerlukan bantuan bisa memberi tahu lewat suara
bel tersebut.
HASIL EVALUASI YANG DI HARAPKAN
PERAWAT
Evaluasi terhadap hasil yang diharapkan pasien, dilakukan pada setiap rencana keperawatan. Hasil
yang diharapkan pada pasien dan atau keluarga dapat:
a. Menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.
b. Menerima masalah kesehatannya dan menggunakan sumber-sumber mekanisme pemecahan
masalah yang tepat.
c. Menyatakan bagaimana mengatasi peningkatan suhu dan mempertahankanya dalam keadaan
yang tetap normal.
d. Mengenal faktor-faktor resiko dan menyatakan rencana mencegah dan mengatasinya.
e. Mempertahankan keseimbangan nutrisi dan cairan.
• 1). Mengkonsumsi makanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
• 2). Mentoleransi terapi intravena sedikitnya 1,5 liter setiap hari.
• 3). Minum 6 - 8 gelas air setiap hari.
• 4). Mempunyai haluaran urine kira-kira 1 liter tiap hari.
• 5). Menunjukkan turgor kulit yang adekuat.
PERAWAT WAJIB TAHU DAN SEGERA MENANGANI ,
APABILA TERJADI SEPERTI DI BAWAH INI
Renjatan(shock)
• Tanda-tanda renjatan:
• a). Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki.
• b). Penderita menjadi gelisah.
• c). Sianosis disekitar mulut.
• d). Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
• e). Tekanan nadi menurun /SUSAH TERABA
• f). Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
Sebab renjatan :
• a). Karena perdarahan.
• b). Karena kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Anda mungkin juga menyukai