Anda di halaman 1dari 38

REFERAT: PNEUMONIA, PPOK

DAN ASMA
Pembimbing : dr. Miko Galastri, Sp.PD
Penyusun : Kartika Sanra Dila (406181084)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TARUMANAGARA
PERIODE 14 OKTOBER 2019- 22 DESEMBER 2019
Anatomi Paru
Fungsi utama paru: Fungsi paru non respiratorik:

 Salah satu saluran terjadinya  Rute panas dan air


proses respirasi dieliminasi
 Meningkatan aliran balik
vena
 Membantu
mempertahankan
keseimbangan asam-basa
 Berbicara, menyanyi dan
vokalisasi
 Sistem pertahanan terhadap
benda asing yang terhirup

Fisiologi Paru
PNEUMONIA
 Pneumonia adalah peradangan yang
mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat
yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, protozoa).
PNEUMONIA
 Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk.
 Sedangkan peradangan paru yang
disebabkan oleh nonmikroorganisme
(bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik,
obat-obatan dan lain-lain) disebut
pneumonitis.
EPIDEMIOLOGI
 Pneumonia merupakan salah satu penyakit
infeksi saluran nafas yang terbanyak di
dapatkan dan dapat menyebabkan kematian
hampir di seluruh dunia.
 Berdasarkan umur, pneumonia dapat
menyerang siapa saja, meskipun lebih banyak
ditemukan pada anak-anak
 UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak
di dunia meninggal karena penyakit
pneumonia setiap tahun.
 Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan
menurun dengan bertambahnya usia anak
EPIDEMIOLOGI
 Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia
oleh karena Streptococcus pneumoniae dan
Staphylococcus aureus
 Di Indonesia berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
menunjukkan, prevalensi nasional ISPA:
25,5%, angka kesakitan ( morbiditas )
pneumonia pada bayi: 2,2%, balita: 3%,
angka kematian ( mortalitas ) pada bayi
23,8% dan balita 15,5%.
ETIOLOGI
 Penyebab tersering  bakteri gram positif
◦ Streptococcus pneumonia
◦ Haemophillus influenza, Staphylococcus aureus,
Streptococcus group B, serta kuman atipik
klamidia dan mikoplasma.
 Virus  Respiratory syncytial virus (RSV),
parainfluenza virus, influenza virus dan
adenovirus.
KLASIFIKASI PNEUMONIA
 Menurut sifat
◦ Pneumonia primer
◦ Pneumonia sekunder
 Berdasarkan kuman penyebab
◦ Pneumonia bakterial/tipikal  Klebsiella, Staphylococcus
◦ Pneumonia atipikal  Mycopasma, Legionella dan
Chlamydia
◦ Pneumonia virus  RSV, influenza virus
◦ Pneumonia jamur
 Berdasarkan klinis dan epidemiologi
◦ Pneumonia komuniti (CAP)
◦ Pneumonia nosokomial (HAP)
◦ Pneumonia aspirasi
KLASIFIKASI PNEUMONIA
 Berdasarkan lokasi infeksi
◦ Pneumonia lobaris
◦ Bronkopneumonia (pneumonia lobularis)
◦ Pneumonia interstisial
 Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenzae
Moraxella catarrhalis
Staphylococcus aureus
Legionella pneumophila
Enterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas spp.
 Community-acquired atypical pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Chlamydia spp. (C. pneumoniae, C. psittaci, C. trachomatis)
Coxiella burnetii (Q fever)
Viruses: respiratory syncytial virus, parainfluenza virus (children); influenza A and B (adults);
adenovirus
(military recruits); SARS virus
 Hospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods, Enterobacteriaceae (Klebsiella spp., Serratia marcescens, Escherichia coli)
and
Pseudomonas spp.
Staphylococcus aureus (usually penicillin resistant)
 Pneumonia kronis
Nocardia
Actinomyces
Granulomatous: Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria, Histoplasma capsulatum,
Coccidioides immitis, Blastomyces dermatitidis
PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
DIAGNOSIS PNEUMONIA
 Gejala klinis
◦ Gejala mayor:
 Batuk
 Sputum produktif
 Demam (suhu >380c)
◦ Gejala Minor:
 Sesak napas
 Nyeri dada
 Konsolidasi paru
 Jumlah leukosit >12.000/L
DIAGNOSIS PNEUMONIA
 Pemeriksaan Fisik
◦ Inspeksi  Dada terlihat bagian yang sakit
tertinggal waktu bernafas,
◦ Pada palpasi  fremitus dapat mengeras,
pada perkusi redup,
◦ Auskultasi  terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronchial yang
kadang-kadang melemah. Mungkin disertai
ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi
basah kasar
DIAGNOSIS PNEUMONIA
 Pemeriksaan laboratorium
◦ Peningkatan jumlah leukosit, biasanya >10.000/ul
kadang-kadang mencapai 30.000/ul
◦ Pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran
ke kiri serta terjadi peningkatan LED.
◦ Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.
◦ Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita
yang tidak diobati.
◦ Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik.
DIAGNOSIS PNEUMONIA
 Gambaran radiologi
◦ Perselubungan/konsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan
lobus atau segment paru secara anantomis.
◦ Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
◦ Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru
mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada
atelektasis.
◦ Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas
lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan
jantung atau di lobus medius kanan.
◦ Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
◦ Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang
paling akhir terkena.
◦ Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
◦ Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya
udara pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus).
TATALAKSANA
TATALAKSANA
TATALAKSANA
ASMA BRONKIAL
 Sindrom: obstruksi saluran napas yang dapat mereda
dengan atau tanpa terapi
 Triad asma:
◦ Obstruksi saluran napas
◦ Hipersensivitas
◦ inflamasi
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan
mengenai lebih dari
300 juta penduduk
dunia

Negara maju @30


tahun terakhir, jumlah
penderita me↑ pada
dewasa10-12% dan
15% pada anak.

Pada anak kejadian


biasanya dua kali
lipat daripada
dewasa
FAKTOR RISIKO
Atopik
Predisposisi Genetik
Infeksi
Diet
Polusi udara
Alergen
Paparan pada pekerjaan
Obesitas
Dan faktor lainnya
FAKTOR PENCETUS
Alergen
Infeksi virus
Penggunaan obat
Olahraga
Makanan dan diet
Hormon
Stres
PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA
 Mengi
 Dipsneu,
 Batuk
 Napas otot pernapasan tambahan.
 Ronki dan hiperinflasi.
 Mudah Lelah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Spirometri  penurunan FEV1, FEV1/FVC
dan PEF
 Laboratorium darah
 Radiologi
 Skin Prick Test
TATALAKSANA
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
KRONIK (PPOK)
 Hambatan aliran udara di saluran napas
yang bersifat progressif nonreversibel
atau reversibel parsial
EPIDEMIOLOGI
64 juta jiwa
mengidap PPOK

Sebanyak 3 juta
jiwa meninggal
akibat PPOK.

WHO memperkirakan
posisi PPOK penyebab
ketiga kematian
tersering tahun 2030
FAKTOR RISIKO
 Kebiasaan merokok
 Riwayat terpajan polusi udara di
lingkungan tempat kerja maupun tempat
tinggal
 Hiperaktivitas bronkus
 Riwayat infeksi saluran napas bawah
berulang
 Defisiensi antitripsin alfa-1, umumnya
jarang terdapat di Indonesia
PATOGENESIS
TANDA DAN GEJALA
TATALAKSANA
 Secara umum:
◦ Bronkodilator  inhalasi, kecuali eksaserbasi
◦ Anti inflamasi
◦ Antibiotik
◦ Mukolitik
◦ Antitusif

Anda mungkin juga menyukai