Anda di halaman 1dari 13

Pharmacotherapy for mood and

anxiety disorders in older people with


intellectual disability in comparison
with general population
Anna Axmon1* , Nadia El Mrayyan2, Jonas Eberhard3 and Gerd Ahlström2

Oleh : Sea Nabilah Wijayanti


Pembimbing : dr. Iffah Qoimatun Sp.KJ
Background

• Orang-orang dengan disabilitas intelektual (ID) memiliki prevalensi didiagnosis gangguan

kejiawaan yang tinggi karena adanya penurunan kemampuan komunikasi dan kesulitan dalam

mendeskripsikan simptom yang dirasakan, dan memiliki tingkat resep obat psikotropika yang

lebih tinggi dibanding orangtua pada populasi umum.

• Orang tua dengan ID mendapatkan treatment yang berbeda untuk nyeri, diabetes, hipertensi,

asma dan cronic respiratory disease.


Tujuan

• Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki, adakah perbedaan diantara
orang-orang tua dengan ID dan orang-orang tua pada populasi umum yang
memiliki diagnosis gangguan mood atau kecemasan dan diberikan resep
antidepresan, anxiolytics, hypnotics, dan obat penenang, atau GABA-agonists.

• Untuk mengetahui efek dari BI, keparahan ID, jenis kelamin dan tahun
kelahiran terhadap peresepan obat-obatan tersebut
Method

Dengan menggunakan daftar nasional swedia, peneliti mengidentifikasi


sekelompok orang-orang tua dengan ID dan diagnosis gangguan mood (ICD-10
codes F32-F39) dan atau kecemasan (ICD-10 code F4) dalam kurun waktu 2006-
2012 (n = 587) dan juga sekelompok orang-orang tua dari populasi umum yang
memiliki diagnosis yang sama dalam kurun waktu yang sama pula (n = 434).
Untuk kedua kelompok,peneliti mengumpulkan informasi tentang resep
anxiolytics, hypnotics, obat penenang, antidepresan, dan GABA-agonists.
Data analysis

• Analisis dilakukan pada data yang dikumpulkan untuk seluruh


periode penelitian.
• Relative risks (RRs) dengan 95% confidence intervals(CIs)
menggunakan generalized linear models (GLMs).
• Data statistic diuji menggunakan SPSS 25.0 dengan Two sided
p-values <0.05 dianggap signifikan secara statistik.
Result
• Orang dengan anxiety dan ID lebih banyak mendapatkan anciolytics dan GABA agonists
• anxiety tanpa mood disorder + ID  antidepressant
• Pasien ID dengan BI + anxiety  anxiolytics dibanding ID +anxiety tanpa BI
• Perempuan dengan ID+mood disoreder/anxiety  lebih banyak mendapat hypnotic dan sedative
• Tidak terdapat hubungan antara tahun lahir dengan penggunaan sedatif dan hipnotik
• Diantara mereka yang di diagnosis dengan kecemasan, orang dengan ID lebih sering diberikan resep
anxiolytics (RR 1.32 95% CI 1.19-1.46) dan GABA-agonists (1.10 [1.08-1.1]) dibandingkan mereka di
gPop

• Diantara mereka yang di diagnosis kecemasan tanpa gangguan mood, ID  peningkatan resep
antidepresan(1.20 [1.03-1.39])

• Dalam kelompok ID, gangguan perilaku dan MSP ID dikatikan dengan meningkatnya resep anxiolytics.

• Selain itu, diantara mereka yang di diagnosis kecemasan  MSP ID  peningkatan resep GABA-
agonists (1.23 [1.10-1.38])

• Wanita dengan ID dan diagnosis gangguan mood atau kecemasan  cenderung diberikan resep
hypnotics dan obat penenang, jika dibandingkan dengan pria dengan diagnosis yang sama (1.23 [1.03-
1.47])
Discussion

• Diantara orang-orang tua dengan diagnosis kecemasan, peneliti menemukan pemberian anxiolytics,

antidepressant dan GABA-agonists yang berlebihan diantara orang-orang tua dengan ID dibandingkan

dengan populasi umum

• Gangguan perilaku dan MSP ID dikaitkan dengan resep anxiolytics yang lebih tinggi pada populasi yang di

diagnosis dengan kecemasan

• Jika orang-orang tua dengan ID cenderung memiliki kecemasan yang lebih besar atau untuk jangka waktu

yang lebih lama. Hal ini menjadi dasar peningkatan pemberian resep terkait dengan diagnosis kecemasan

• Adanya resiko tinggi adverse event dan penurunan kualitas hidup penderita ID yang menggunakan obat

psikotropika
Conclusion

• Resep anxiolytics yang berlebihan dibandingkan dengan antidepresan bisa jadi


menunjukan kurangnya perawatan kesehatan psikiatrik bagi orang-orang tua
dengan ID dan gangguan mood dan kecemasan.

• Psikiatrik disarankan untuk lebih memilih antidepressant dalam menerapi


pasien dengan psychiatric disorder dibanding pemberian obat-obatan dengan
efek sedative (masi diperlukan penelitian lebih lanjut)

Anda mungkin juga menyukai