Pembimbing:
dr. Hotma Marintan, Sp.KJ
dr. Dini Mirsanti, Sp.KJ
NArkotik, NARkotik,
Psikotropik dan psiKOtropika
Zat Adiktif lain dan BAhan-
bahan (atau
obat-obatan, zat
adiktif lain)
berbahaya
NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan(4,5) :
◦ Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi
serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain,
ganja)
◦ Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : morfin, petidin)
◦ Narkotika Golongan III :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).
Psikotropika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf
pusat dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan prilaku
(mind and behavior altering drugs), digunakan untuk terapi gangguan
psikiatrik (psychotherapeutic medication).
PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut(4,5) :
PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu
pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta m3mpunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip,
Dum, MG).
WHO (Technical Report series no.561) 1973
“dependence-producing drugs”
alcohol-
amphetamine cannabis
barbiturate
volatile
opiate
solvents
(morphine)
(inhalant)
Opiat atau morfin dan
opioid heroin
Snyder (1983)
Neuroleptik khlorpromazin,
(antipsikotik) haloperidol
amfetamin dan
Stimulans kokain
terhadap SSP
Anti- amitriptilin,
depresan imipramin
psychoactive
drugs Sedatif-
hipnotik
fenobarbitol,
kloralhidrat
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang
ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan menjadi
tiga golongan (4):
◦ Golongan Depresan (Downer)
◦ Golongan Stimulan(Upper)
◦ Golongan Halusinogen
ADIKSI, KETERGANTUNGAN DAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA
mengurangi
kapasitasnya sebagai
ADIKSI ketagihan atau manusia untuk
(inggris : addiction) kecanduan berfungsi
sebagaimana
mestinya
mengganggu
hubungannya perubahan perilaku
dengan orang lain
Gangguan mental dan prilaku tersebut dapat bermanifestasi
dalam bentuk sebagai berikut : (3)
◦ Intoksikasi Akut ( tanpa atau dengan komplikasi)
◦ berkaitan dengan dosis zat yang digunakan ( efek yang
berbeda pada dosis yang berbeda ).
◦ gejala intoksikasi tidak selalu mencerminkan efek primer dari
zat (dapat terjadi efek paradoksal).
Di dalam otak, dengan jumlah atau dosis yang tepat, NAPZA tersebut
dapat:
◦ mengkunci dari dalam (lock into) reseptor memulai reaksi
berantai pengisian pesan listrik yang tidak alami neuron
melepaskan sejumlah besar neurotransmitter miliknya.
◦ Beberapa jenis NAPZA lain mengunci melalui neuron dengan
bekerja mirip pompa neuron melepaskan lebih banyak
neurotransmitter.
◦ Ada jenis NAPZA menghadang reabsorbsi atau reuptake
kebanjiran yang tidak alami dari neurotransmitter.
Memahami Adiksi sebagai Gangguan Otak (4)
Neurotranmitter opioid memiliki ukuran dan bentuk yang sama
dengan endorfin, sehingga ia dapat menguasai reseptor opioid.