Falen - PEMICU 8 BLOK SIS SARAF DAN JIWA
Falen - PEMICU 8 BLOK SIS SARAF DAN JIWA
JIWA
FALENISSA INCA B
LEARNING ISSUE
1. Menjelaskan kelainan otot LMN
2. Menjelaskan motor neuron LMN
3. Menjelaskan neuromuscular junction LMN
4. Menjelaskan saraf spinal LMN
5. Menjelaskan radikulopati LMN
6. Menjelaskan reffered pain LMN
7. Menjelaskan syndrom horner
LI 1 – KELAINAN OTOT LMN
1. MIOSITIS
http://www.myositis.org/storage/documents/Publications_for_website/2014_-_Myositis_101_ForDocs_small.pdf
• Kata myositis secara harfiah berarti radang
otot.
• Miopati inflamasi idiopatik, penyakit kerangka
langka otot
• Penyakit ini adalah polymyositis,
dermatomiositis, dermatomiositis remaja, dan
inklusi myositis.
Sumber : http://www.myositis.org/storage/documents/Publications_for_website/2014_-_Myositis_101_ForDocs_small.pdf
• Penyebab berbagai bentuk myositis tidak
diketahui.
• Polymyositis dan dermatomiositis (dewasa
dan remaja) diyakini lingkungan yang
menyebabkan autoimun pada individu yang
rentan secara genetis.
Sumber : http://www.myositis.org/storage/documents/Publications_for_website/2014_-_Myositis_101_ForDocs_small.pdf
2. RABDOMIOLISIS
Definisi
• Rabdomiolisis : cedera jaringan otot rangka yang berakibat terlepasnya
komponen serat otot (elektrolit, mioglobin, kreatin kinase, dan protein
sarkoplasma lainnya) ke cairan ekstrasel dan sirkulasi.
Etiologi
• Fisik : cedera otot akibat trauma (contoh: crush injury, latihan fisik yang
berat, cedera listrik bertegangan tinggi)
• Non-fisik : (contoh: obat-obatan dan toksin, infeksi, miopati metabolik,
serta gangguan endokrin dan elektrolit).
• Walaupun penyebab rabdomiolisis sangat bervariasi, gambaran
histologik yang ditemukan umumnya berupa hilangnya inti serat otot dan
corak serat, tanpa disertai adanya sel-sel radang
Sumber : Wangko S. Rhabdomyolisis. Jurnal Biomedik (JBM). Volume 5, Nomor 3, November 2013, hlm. 157-164
Patofisiologi
• Mekanisme yang berperan dalam patofisiologi
rabdomiolisis ialah: perubahan metabolisme
sel, cedera reperfusi, dan sindroma
kompartemen (compartment syndrome)
Sumber : Wangko S. Rhabdomyolisis. Jurnal Biomedik (JBM). Volume 5, Nomor 3, November 2013, hlm. 157-164
Gambaran klinis
• Gejala spesifik : Kelemahan anggota gerak, mialgia, pembengkakan
dan disfungsi otot, kaku dan kesemutan, serta urin berwarna teh
atau coklat kemerahan (mioglobinuria).
• Gejala non-spesifik : diakibatkan oleh nekrosis jaringan otot atau
akibat keadaan yang menyebabkan rabdomiolisis, berupa malaise,
demam, nyeri perut, mual dan muntah, serta koma.
• Gejala awal sulit dikenal pada pasien dengan gangguan mental,
intoksikasi, gangguan elektrolit, atau ensefalopati uremik.
Sumber : Wangko S. Rhabdomyolisis. Jurnal Biomedik (JBM). Volume 5, Nomor 3, November 2013, hlm. 157-164
Diagnosis
• Perlu dipertimbangkan bila berhadapan dengan kasus trauma,
cedera akibat bencana alam (contoh: tertimbun tanah longsor,
crush injury), atau imobilisasi yang berkepanjangan.
PP :
• Kadar mioglobin serum dan urin
• Pemeriksaan elektrolit
• Pemeriksaan enzim : enzim kreatin kinase (CK), laktat
dehidrogenase (LDH)
Sumber : Wangko S. Rhabdomyolisis. Jurnal Biomedik (JBM). Volume 5, Nomor 3, November 2013, hlm. 157-164
LI 2 – MOTOR NEURON LMN
1. POLIOMIELITIS
• Poliomielitis : penyakit infeksi akut yang
menyerang SSP. Kerusakan pada motoneuron di
medulla spinalis memperlihatkan paralisis.
Penyakit ini disebabkan oleh poliovirus.
• Poliomyelitis (polio) adalah penyakit virus yang
sangat menular, terutama pada anak.
• Virus ini ditularkan oleh orang-ke-orang
menyebar terutama melalui jalur fekal-oral atau
kontaminasi air/makanan dan menyerang usus,
dapat pula menyerang sistem saraf dan dapat
menyebabkan kelumpuhan.
• Gejala awal polio demam, kelelahan, sakit
kepala, muntah, kekakuan pada leher, dan nyeri
pada tungkai. Dalam sebagian kecil kasus,
penyakit ini menyebabkan kelumpuhan, yang
sering permanen.
• Tidak ada obat untuk polio & hanya dapat
dicegah dengan imunisasi.
http://emedicine.medscape.com/article/967950-overview#a5
Manifestasi klinik
• Poliomielitis Abortif: tipe yang paling sering timbul. Pasien tampak
sakit minor, dengan gejala demam, malaise, sakit kepala, nausea,
muntah, konstipasi. Pasien sembuh sendiri dalam beberapa hari.
• Poliomielitis Nonparalitik (meningitis aseptik): tambahan seperti
gejala diatas, terdapat kaku dan nyeri pada leher serta punggung.
Penyakit menetap 2-10 hari, sembuh komplit.
• Poliomielitis Paralisik: komplain predominan berupa paralisis karena
kerusakan LMN. Bisa juga karena invasi batang otak. Perbaikan
maksimal hingga 6 bulan.
• Progressive Postpoliomyelitis Muscle Atrophy: kelanjutan dari paralisis
dan kerusakan otot setelah pasien mengalami poliomielitis paralitik.
Pemeriksaan lab
• Spesimen cairan cerebrospinal (CSF), stool, dan tenggorokan kultur
virus
• Pemeriksaan liquor cerebrospinalis:
– Pleositosis (leukosit pada CSF > 7sel/mm3)
– kadar protein LCS ↑ (3-4mgg) berkisar antara 30-120 mg/100ml tapi jarang
melampaui 150 mg/100ml. kadar glukosa dan elektrolit normal
– Pada stadium preparalitik atau paralitik dini banyak ditemukan leukosit PMN
tetapi setelah 72 jam banyak ditemukan limfosit.
• Peningkatan 4 x (igG) titer antibodi / + (igM) titer selama tahap akut
Pencitraan
• MRI berguna dalam menilai sejauh mana lesi.
• MRI mengungkapkan sinyal perubahan bilateral substantia nigra dan
cornu anterior dari sumsum tulang belakang yang menjadi petanda
diagnostik pada anak dengan poliomyelitis.
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/967950-workup#c7
Diferensial diagnosa
• Meningitis TBC (gejalanya mirip poliomielitis nonparalitik)
• Sindroma Guillain-Barre
• Mielitis tranversa
• Encephalitis
• Meningitis purulenta
• Lymphocytic choriomeningitis
• Neurosyphilis
Penatalaksanaan
Tirah baring total pada semua Poliomielitis
• Poliomielitis paralitik bentuk spinal:
– tirah baring total dan pengobatan simptomatis
– Lengan dan tangan di beri splint sedang untuk menghindari
drop foot dan papan penyangga pada telapak kaki agar
selalu dalam posisi dorsoflexi.
– Fisioterapi sebaiknya dilakukan setelah 2 hari demam
hilang.
– Bila terjadi kegagalan pernafasan diperlukan respiratoar
• Paralisis bulbaris:
– kebutuhan cairan diperhatikan
– Sekresi faring dapat menyebabkan aspirasi
– bila ada disfagia diberikan sonde lambung
Prognosis Pencegahan
• Sindrom Vaksin Polio :
postpoliomyelitis (20-
40 tahun kemudian)
• Inactivated poliovirus
vaccine (IPV)
diberikan parenteral
• Bulbar paralytic
poliomyelitis
kematian 60% • Oral attenuated
poliovirus vaccine
• poliomielitis (OPV)
inapparent / abortive
poliomyelitis
sembuh tanpa gejala
sisa yang signifikan
2 macam vaksin polio :
• IPV (Inaktivated Polio Vaccine, vaksin salk)
– mengandung virus polio yang sudah dimatikan dan
diberikan melalui suntikan.
• OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin)
– mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan
dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
– Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua
bentuk polio, dan bentuk monovalen (MOPV)
efektif melawan 1 jenis polio.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/apa-yang-perlu-diketahui-orangtua-tentang-pekan-imunisasi-nasional-polio-20
2. ALS
Sumber : http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/19666/Amyotrophic%20Lateral%20Sclerosis%20%28ALS%29%20%20Sebuah
%20laporan%20kasus%20dan%20tinjauan%20pustaka.p
Diagnostik untuk MND
Sumber : http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/19666/Amyotrophic%20Lateral%20Sclerosis%20%28ALS%29%20%20Sebuah
%20laporan%20kasus%20dan%20tinjauan%20pustaka.p
LI 3 – NMJ LMN
1. MYASTHENIA GRAVIS
Patofisiologi
- Reaksi imun (MG) menurunnya reseptor Ach
- Reaksi Lambert Eato/ Aminoglikosida AB blok Ca
channels
- Reaksi toksin botulinum gangguan pelepasan Ach
• Terapi
– Konservatif
• Bidai (min. 4-6 minggu), farmakoterapi (gol kortikosteroid,NSAID,
injeksi kortikosteroid [langsung atau proksimal]) gejala ringan &
sedang
– Bedah
• Open carpal tunnel release & endoscopic carpal tunnel release
Pemeriksaan
• Manuver Phalen
– Hiperfleksi pergelangan tangan selama 30 –
60 detik
• Tinel’s Sign
– Mengetuk dengan lembut daerah volar
pergelangan tangan, tepatnya pada transverse
carpal ligament
– Abnormal rasa geli di distal n. medianus
• Durkan Compression Test
– Menekan dengan lembut langsung pada
daerah carpal tunnel paresthesia dalam 30
detik / <
3. TTS
Pemeriksaan fisik
• Dapat menunjukkan penurunan kepekaan terhadap sentuhan ringan, tajam,
dan suhu pada pasien dengan neuropati sensorimotor simetris distal.
Pemeriksaan Radiologi
• Hilangnya kepadatan tulang, penipisan falang, atau bukti neuroarthropathy
Treatment
• NSAID.
• Injection of the tarsal tunnel with a corticosteroid and
local anesthetic
• Physical therapy
• If symptoms persist >6 months or muscle weakness
develops, surgical release of the posterior tibial nerve
(tarsal tunnel release) may be indicated. In this
procedure the laminate ligament is cut, allowing the
nerve to expand. Endoscopic tarsal tunnel release may
be an option in some cases.
4. PERONEAL PALSY
Sumber : Baima, J. & Krivickas, L. 2008. Evaluation and Treatment of Peroneal Neurophaty. Curr Rev Musculoskelet Med. 1(2): 147–153
Diagnosis
• Examination of the legs may show:
– Loss of muscle control in the lower legs and feet
– Atrophy of the foot or foreleg muscles
– Difficulty lifting up the foot and toes and making toe-out movements
• Tests of nerve activity include:
– Electromyography (EMG, a test of electrical activity in muscles)
– Nerve conduction tests
– MRI
– Nerve ultrasound
– What other tests are done depend on the suspected cause of nerve
dysfunction, and the person's symptoms and how they develop. Tests
may include blood tests, x-rays and scans
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1141734-overview
Tatalaksana
Gejala
– Paralisis motorik akut dan cepat
– Ascending paralysis
– Glove stocking (sensasi kesemutan pada ekstremitas)
– Refleks fisiologis menurun atau menghilang
– Kadang terjadi paresis nervus kranialis dan atau gangguan
sensoris (hilangnya sensasi nyeri dan suhu)
– Bila mengenai saraf autonom fluktuasi TD yg tinggi, hipotensi
postural dan distrimia jantung
Tanda dan Gejala
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/315632-overview
Diagnosis
• Albuminositologik pada CSS (peningkatan protein tapi tanpa
peningkatan sel)
• Peningkatan protein > 400mg/L , dan terjadi setelah beberapa hari
• Pada lumbar puncture terdapat sel MN >= 10 sel/lpb
• EEG prolonged distal latencies, absent F waves, conduction
block, nerve conduction slowing
DD
• Transverse mielitis
• Myastenia gravis
• Miopati
• Pemeriksaan penunjang
– Lumbal pungsi LCS disosiasi citoalbumin (protein LCS
meningkat tetapi sel nomal)
– EMG : gambaran dimyelinating dan atau gangguan axonal
• Tata laksana
– Intravenous infussion of human Immunoglobulin
(IVIg) : 0,4 g/ kg BB / hari selama 5 hari
• Prognosis
– 75% sembuh total
– 15% kelemahan ringan atau gejala sisa
– 5-7% meninggal akibat gagal napas dan aritmia
– 3% relaps
2. HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)