Anda di halaman 1dari 37

 Upaya peningkatan mutu pelayanan

kesehatan rumah sakit bukanlah hal baru


lagi.
 Pada tahun (1820 – 1910) florence
nightingale seorang perawat dari inggris
menekankan pada aspek-aspek
keperawatan pada peningkatan mutu
pelayanan.
 Salah satunya “hospital should do the
patient no harm” rumah sakit jangan
sampai merugikan atau mencelakakan
pasien.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan;
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit;
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit.
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2012 Tentang Rahasia Kedokteran.
 Derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan
dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien, dan
efektif serta di berikan secara aman dan
memuaskan sesuai norma, etika, hukum dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan
pemerintah dan masyarakat konsumen
 Konsumen.
 Pemberi Jasa Kesehatan.
 Pembayar/Pihak II/Asuransi.
 Manajemen rumah sakit.
 Karyawan rumah sakit.
 Masyarakat.
 Pemerintah.
 Ikatan Profesi.
 Untuk memantau jalannya mutu di rumah sakit maka dibuatlah
indikator untuk penilaian.
 Apa itu indikator ?
 Suatu cara yang sensitif dan spesifik untuk menilai penampilan
dari suatu kegiatan, atau dengan kata lain merupakan variabel
yang digunakan untuk menilai perubahan.
 Pada standart KARS (Badan Akreditasi Rumah Sakit) terdapat 4
jenis indikator ada yang harus dinilai sehubungan dengan
berjalannya program peningkatan mutu, meliputi :
1. Indikator klinis
2. Indikator manajemen
3. Indikator sasaran keselamatan pasien
4. Indikator International library measure
 Ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan
pasien yang berdampak terhadap pelayanan.
Indikator tidak dipergunakan secara langsung
untuk mengukur kualitas pelayanan, tetapi dapat
dianalogikan sebagai "bendera" yang menunjuk
adanya suatu masalah spesifik dan memerlukan
monitoring dan evaluasi.
 Indikator Klinis ada 11 yaitu
1. Assesmen Pasien
2. Pelayanan Laboratorium
3. Pelayanan radiology dan diagnostic imaging
4. Prosedur Bedah
5. Penggunaan anibiotika dan medikasi lain
6. Medication errors dan near misses
7. Penggunaan anestesi dan sedasi
8. Penggunaan darah dan produk darah.
9. Ketersediaan, konten dan penggunan RM
10. Pencegahan dan pengendalian infeksi, survilens dan
pelaporan.
11. Penelitian klinis
 Ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas proses
manajerial yang dan berdampak langsung atau
tidak langsung terhadap pelayanan
 Indikator Manajemen ada 9 yaitu
1. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat untuk
memenuhi kebutuhan pasien
2. Pelaporan yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan
3. Manajemen risiko
4. Manejemen penggunaan sumber daya
5. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
6. Harapan dan kepuasan staf
7. Demografi pasien dan diagnosis klinik
8. Manajemen keuangan
9. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat
menimbulkan masalah bagi keselamatan pasien,
keluarga pasien dan staf
 Ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur
dan mengevaluasi enam sasaran keselamatan pasien.
 Indikator Sasaran Keselamatan Pasien ada 6 yaitu
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
 Suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien
lebih aman. (KKP-RS, 2005)
 Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient
safety) adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan pasien yang lebih aman.
 Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi,
dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi
untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya
risiko. (Penjelasan UU 44/2009 ttg RS pasal 43)
Keselamatan Pasien Dalam UU. No 44 th 2009 Tentang Rumah Sakit
 Asas & Tujuan :
 Pasal 2 : RS diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan
kpd nilai kemanusiaan, etika & profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak & anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

 Tujuan :
 Pasal 3 ayat b : memberikan perlindungan terhadap keselamatan
pasien, masyarakat, lingkungan RS dan SDM di RS

 Kewajiban RS :
 Pasal 29 ayat b : memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
anti diskriminasi, & efektif dgn mengutamakan kepentingan pasien
sesuai standar pelayanan RS.
Keselamatan Pasien :
 Pasal 43 :

1. RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien


2. Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa & menetapkan pemecahan masalah dlm rangka menurunkan
angka KTD
3. RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan Menteri
4. Pelaporan IKP pd ayat 2 dibuat secara anonim & ditujukan utk
mengkoreksi sistem dlm rangka meningkatkan keselamatan pasien
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien ayat 1 & ayat 2 
Peraturan Menteri
 PPA (Profesional Pemberi Asuhan)
 Meliputi : Dokter ( Team Leader)
Perawat
Fisioterapi
Radiografer
Analis Laboratorium
Apoteker/Petugas Farmasi
 Dimana setiap PPA harus dilakukan Kredensial.
 Apa Itu Asuhan ? Apa Beda Asuhan Dengan Pelayanan ?
Asuhan adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh petugas medis kepada
pasien sesuai profesi secara profesional.
Sedangkan Pelayanan adalah Segala bentuk tindakan yang diperoleh pasien dari
awal pasien datang sampai pasien kembali pulang.
 Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga kerja/profesi kesehatan untuk
menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis.
 Untuk profesi yang tidak memiliki bagian kredensial perlu di bentuk “Panitia Kredensial
Khusus yang dapat diambil dari bagian unit itu sendiri”
Model Tradisional Asuhan Kesehatan
“Dokter =
Perawat
Fisio Captain of the ship”
terapi Apoteker

Radio Dokter Pasien


grafer

Ahli
Analis Gizi
Lainnya

Pada Model tradisional pelayanan kesehatan,


Dokter merupakan unit sentral/pusat dalam model
pelayanan kesehatan, tetapi…..
Patient safety tidak terjamin !!
17
Model Patient-centered Care
Staf Klinis
Perawat
“Dokter = Fisio
Team Leader” terapis Apoteker

“Interdisciplinary
Dokter Pasien
Team Integrasi Ahli
Model” Gizi

Radio
Kompetensi grafer Lainnya
Analis
yg memadai

 PCC merupakan pendekatan yg lbh modern dan inovatif dlm pelayanan kes
sekarang, diterapkan dgn cepat di banyak RS di seluruh dunia.
 Model ini telah menggeser semua PPK menjadi di SEKITAR PASIEN
 fokus pada pasien  Patient-centered Care
 Sbg tambahan, mereka semua sama pentingnya bila tiba pada kontribusi setiap
profesional dalam pelayanan kesehatan thd pasien dan tim
 “Interdisciplinary team model”  kompetensi-kewenangan yang memadai
 Setiap kejadian atau situasi yang tidak disengaja dan
kondisi yangmengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan kerugian, cidera, kecacatan atau
kematian pada pasien yang tidak seharusnya terjadi.
 Jenis Insiden Keselamatan pasien ada 5 meliputi
1. KPC (Kejadian Potensi Cidera)
2. KNC (Kejadian Nyari Cidera)
3. KTC (Kejadian Tidak Cidera)
4. KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
5. Sentinel
 KPC
1. Kerusakan alat ventilator DC shock, tensi meter
 KTC
1. Pasien minum parasetamol & tidak ada reaksi apapun
tetapi dokter tidak meresepkan parasetamol
 KNC
1. Salah identitas pasien namun diketahui sebelum
dilakukan tindakan
 KTD
1. Tertusuk jarum
2. Pasien jatuh
 Sentinel
1. Salah sisi lokasi operasi
 Apa yang harus dilaporkan :
Kejadian yang sudah terjadi, potensi
terjadi maupun yang nyaris terjadi.
 Siapa yang membuat laporan :
1. Siapa saja atau semua staf RS yang
pertama menemukan kejadian.
2. Siapa saja atau semua staf yang terlibat
dalam kejadian
 laporan dilakukan oleh staf unit kerja
ditujukan ke Kepala unit (1 x 24 jam).
 laporan dari Kepala unit ke komite
keselamatan pasien yang sudah
dilakukan penilaian grading (2 x 24 jam).
 Bila hasil grading warna biru dan hijau
cukup diatasi oleh atasan langsung dan
Bila hasil grading warna merah dan
kuning akan dilakukan analisa RCA
untuk memecahkan masalah secara
terperinci.
6 SASARAN SKP

SKP 1. IDENTIFIKASI PASIEN


SKP 2. PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

SKP 3. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATION)
SKP 4. KEPASTIAN TEPET-LOKASI, TEPAT-PROSEDURE,
TEPAT-PASIEN OPERASI
SKP 5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN

SKP 6. PENGURANGAN RISIKO JATUH


PEMASANGAN GELANG
Macam gelang :

1. IDENTITAS PASIEN (L : Biru/ P: Pink)


2. IDENTIFIKASI ALERGI (Merah)
3. IDENTIFIKASI RISIKO JATUH PASIEN (Kuning)
4. IDENTIFIKASI PASIEN DNR ( Ungu)

SOP :

1. Siapkan gelang , pasang label nama pasien (nama, ttl, no rm, alamat)
2. Ucapkan salam dan sebutkan nama serta peran
3. Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang
4. Pasangkan gelang pada pergelangan tangan yang akan dilakukan tindakan
5. Informasikan kepada pasien dan atau keluarga pasien
a. Gelang selalu digunakan sampai diperbolehkan pulang
b. Selalu mengingatkan petugas untuk mengecek gelang identitas
6. Ucapkan terima kasih
IDENTIFIKASI
Macam Identifikasi :
1. PASIEN AWAL
2. PASIEN DALAM PEMBERIAN OBAT RAWAT INAP
3. PASIEN DALAM PEMBERIAN OBAT RAWAT JALAN
4. PASIEN DALAM PENGAMBILAN DAN PEMBERIAN DARAH
5. PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS
SOP :
1. Siapkan alat dan obat
2. Ucapkan salam dan sebutkan nama serta peran
3. Jelaskan maksud dan tujuan
4. Identifikasi pasien dengan meminta pasien
menyebutkan nama dan TL  cocokan dengan
gelang  cocokan dengan RM nama, TL, dan No RM
5. Lakukan prosedur tindakan
6. Ucapkan Terimakasih
PELEPASAN GELANG

SOP :
1. Ucapkan salam sebutkan nama serta
peran
2. Jelaskan maksud dan tujuan
3. Lepas gelang dengan menggunakan
gunting
4. Simpan dalam box gelang identifikasi
pasien
SPO MELAPORKAN PERINTAH LISAN MELALUI TELEPON
SPO MENERIMA PERINTAH LISAN MELALUI TELEPON

SPO PEMAKAIAN TELEPON

SPO VERIFIKASI KEAKURATAN KOMUNIKASI

Inti dari Komunikasi Efektif adalah


1. Menerima perintah secara jelas
2. Menuliskan isi perintah secara lengkap (Tulis)
3. Membacakan isi perintah (Baca)
4. Mengkonfimasi isi dari perintah kepada pemberi perintah
(Konfirmasi)
5. Verifikasi ulang
Dalam melakukan komunikasi dengan teknik SBAR :
S (Situation): menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada
pasien .
Ex : px mengeluh pusing dan mual
B (Bacground): menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang
menyebabkan timbulnya keluhan klinis.
EX : px post op katarak, usia 70 th, dg TD 180/90, nadi:88/menit, suhu
36,5 . Punya riwayat Hipertensi dan rutin minum captopril 2x50mg
A (Assesment) : penilaian/pemeriksaan terhadap kondisi pasien terkini
sehingga perlu diantisipasi agar kondisi pasien tidak memburuk
EX : pasien hipertensi karna tidak minum obat selama dan sesudah
operasi.
R (Recommended) : usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini
Ex : Kami menyarankan pemberian antihipertensi nifedipin sublingual
untuk mempercepat penuruan TD.
High Alert : Sejumlah obat-obatan yang memiliki
risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar
pada pasien jika tidak digunakan secara tepat
(dosis, interval, dan pemilihannya) .
EX : Insulin, obat-obat gula, lidocain. Fentanyl,
sedacum dll
LASA (Look Alike Soud Alike) : Obat yang terlihat
mirip dan kedengarannya mirip . Memiliki kesamaan
bentuk, tulisan, dan atau nama pengucapan.
EX : Timol >< carpin, Floxa><LFX, Floxa><Pantocain
0,5%, Mydriatil 1% >< Mydriatil 0,5%
SPO PELABELAN DAN PENYIMPANAN OBAT
LASA

SPO KEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATION)

SPO PERESEPAN OBAT-OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATION)

SPO PENYIAPAN OBAT-OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI
(HIGH ALERT MEDICATION)

SPO PEMAKAIAN OBAT LASA DIRAWAT


JALAN

SPO PEMAKAIAN OBAT LASA DI UGD DAN


RAWAT INAP

SPO PENGGUNAAN EMERGENCY KIT

SPO MONITORING EMERGENCY KIT


SPO PENANDAAN LOKASI OPERASI

PENERAPAN IDENITIFIKASI PASIEN DENGAN


WEBCAM PADA SURGICAL SAFETY LIST

PROGRAM WEBCAM UNTUK PASIEN


OPERASI MATA

IDENTIFIKASI PASIEN OPERASI MATA


ELEKTIF DIRAWAT JALAN

IDENTIFIKASI PASIEN OPERASI MATA


ELEKTIF DIRAWAT INAP

IDENTIFIKASI PASIEN OPERASI MATA


NON-ELEKTIF
ASSASMEN RISIKO JATUH RAWAT JALAN

ASSASMEN RISIKO JATUH RAWAT INAP

HUMPTI DUMTY MORSE SCALE ONTARIO

EDUKASI RISIKO JATUH


PENCEGAHAN RISIKO JATUH RENDAH

PENCEGAHAN RISIKO JATUH SEDANG


PENCEGAHAN RISIKO JATUH TINGGI

KEJADIAN JATUH
Setiap pasien rawat inap akan dilakukan assasment ulang risiko
jatuh saat adanya perubahan kondisi pasien, adanya kejadian jatuh
pada pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai