0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan36 halaman
Dokumen tersebut merupakan pedoman praktik klinis tentang diagnosis, manajemen, dan pencegahan bronkiolitis. Pedoman ini memberikan rekomendasi tentang diagnosis, penatalaksanaan, dan pencegahan bronkiolitis pada bayi dan anak-anak berdasarkan bukti terkini. Rekomendasi kunci meliputi tidak memberikan obat seperti albuterol, epinefrin, kortikosteroid sistemik, atau antibiotik kecuali terdapat indikasi khusus. Salin hiperton
Dokumen tersebut merupakan pedoman praktik klinis tentang diagnosis, manajemen, dan pencegahan bronkiolitis. Pedoman ini memberikan rekomendasi tentang diagnosis, penatalaksanaan, dan pencegahan bronkiolitis pada bayi dan anak-anak berdasarkan bukti terkini. Rekomendasi kunci meliputi tidak memberikan obat seperti albuterol, epinefrin, kortikosteroid sistemik, atau antibiotik kecuali terdapat indikasi khusus. Salin hiperton
Dokumen tersebut merupakan pedoman praktik klinis tentang diagnosis, manajemen, dan pencegahan bronkiolitis. Pedoman ini memberikan rekomendasi tentang diagnosis, penatalaksanaan, dan pencegahan bronkiolitis pada bayi dan anak-anak berdasarkan bukti terkini. Rekomendasi kunci meliputi tidak memberikan obat seperti albuterol, epinefrin, kortikosteroid sistemik, atau antibiotik kecuali terdapat indikasi khusus. Salin hiperton
JOURNAL READING ILMU KESEHATAN ANAK FK UNJANI - RS. DUSTIRA PENDAHULUAN Bronkiolitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus di saluran pernapasan bawah pada bayi.
Bronkiolitis ditandai dengan peradangan akut, edema, dan
nekrosis sel epitel yang melapisi saluran udara kecil, dan peningkatan produksi lendir.
Tanda dan gejala:
Batuk dan pilek Takipnea Mengi Rales Retraksi dan pernapasan cuping hidung PENDAHULUAN Etiologi yang paling umum dari bronkiolitis adalah Respiratory syncytial virus (RSV).
90% anak-anak yang terinfeksi RSV pada 2 tahun pertama
kehidupan dan hingga 40% akan mengalami infeksi saluran pernapasan bawah selama infeksi awal.
Bronchiolitis adalah penyebab paling umum pada bayi yang
di rawat inap selama 12 bulan pertama kehidupan. Classifying Recommendations for Clinical Practice DIAGNOSIS 1a. Dokter harus mendiagnosa bronchiolitis dan menilai keparahan penyakit atas dasar riwayat dan pemeriksaan fisik. (Bukti Kualitas: B ; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Kuat) 1b. Dokter harus menilai faktor risiko untuk penyakit berat , seperti usia kurang dari 12 minggu, riwayat prematuritas, penyakit bawaan kardiopulmonal, atau imunodefisiensi, ketika membuat keputusan untuk evaluasi dan pengelolaan pada anak-anak dengan bronkiolitis. (Bukti Kualitas: B ; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Sedang) 1c. Ketika dokter mendiagnosa bronkiolitis atas dasar riwayat dan pemeriksaan fisik, studi radiografi atau laboratorium tidak harus dilakukan secara rutin. (Bukti Kualitas: B ; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Sedang) DIAGNOSIS Tujuan utama dalam mencari riwayat dan pemeriksaan fisik pada anak dengan mengi atau gejala saluran pernafasan bawah lainnya adalah untuk membedakan anak dengan bronkiolitis akibat infeksi virus dengan bronkiolitis dengan gangguan lainnya.
Studi besar pada bayi yang dirawat di rumah sakit untuk
bronkiolitis secara konsisten menemukan 60% sampai 75% memiliki hasil tes positif untuk RSV.
Jika infeksi RSV, palivizumab bulanan harus dihentikan karena
kemungkinan sangat rendah untuk terinfeksi RSV yang kedua pada tahun yang sama. PENATALAKSANAAN ALBUTEROL 2. Dokter tidak boleh memberikan albuterol (atau salbutamol) untuk bayi dan anak-anak dengan diagnosis bronkiolitis.
(Bukti Kualitas: B; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Kuat)
Beberapa meta-analisis menunjukkan bahwa bronkodilator
dapat meningkatkan skor gejala klinis, tetapi tidak mempengaruhi resolusi penyakit, indikasi dirawat inap, atau lama tinggal
sebagian besar bayi yang diobati dengan bronkodilator tidak
dapat manfaat dari penggunaannya.
Efek samping potensial (takikardia dan tremor) dan biaya
obat ini lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya. EPINEFRIN 3. Dokter tidak boleh memberikan epinephrine untuk bayi dan anak-anak dengan diagnosis bronkiolitis.
(Bukti Kualitas: B ; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Kuat).
Peran epinefrin dalam rawat jalan masih controversial. Review
yang sistematis oleh Hartling dkk menyimpulkan bahwa epinefrin mengurangi lama rawat inap dibandingkan dengan placebo pada hari kunjungan ED tapi tidak secara keseluruhan.
Epinefrin tidak boleh digunakan pada anak-anak dengan
bronkiolitis yang dirawat di rumah sakit, kecuali berpotensi sebagai obat pada penyakit berat, meskipun secara formal diperlukan penelitian penggunaan epinefrin sebelum direkomendasikan akan sesuai kebutuhan. SALIN HIPERTONIK 4a. Nebulisasi dengan salin hipertonik tidak boleh diberikan kepada bayi dengan diagnosis bronchiolitis di bagian emergensi.
(Bukti Kualitas: B ; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi
Sedang)
4b. Dokter mungkin memberikan nebulisasi salin hipertonik untuk
bayi dan anak-anak yang dirawat di rumah sakit untuk bronkiolitis.
(Bukti Kualitas: B ; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi
Lemah [berdasarkan uji coba terkontrol secara acak dengan hasil yang tidak konsisten]) SALIN HIPERTONIK nebulasi Salin hipertonik adalah terapi untuk bronchiolitis akut virus. Bukti fisiologis menunjukkan bahwa saline hipertonik meningkatkan pembersihan mukosiliar pada penyakit paru- paru.
Lebih banyak bukti yang menunjukkan bahwa 3% saline aman
dan efektif menurunkan gejala bronchiolitis ringan sampai sedang setelah 24 jam penggunaan dan mengurangi lama rawat di mana durasi biasanya melebihi 3 hari. KORTIKOSTEROID 5. Dokter tidak boleh memberikan kortikosteroid sistemik pada bayi dengan diagnosis bronkiolitis dalam keadaan apapun (Bukti Kualitas: A; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Kuat).
Meskipun ada bukti yang baik dari manfaat kortikosteroid pada
penyakit pernapasan lainnya, seperti asma dan croup, bukti pada digunakannya kortikosteroid dalam bronchiolitis negatif.
Terapi kortikosteroid dapat memperpanjang pelepasan virus
pada pasien dengan bronkiolitis. OKSIGEN 6a. Dokter dapat memilih untuk tidak memberikan oksigen tambahan jika saturasi oksihemoglobin melebihi 90% pada bayi dan anak-anak dengan diagnosis bronkiolitis. (Bukti Kualitas: D; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Lemah [berdasarkan bukti tingkat rendah dan penalaran dari prinsip-prinsip pertama]) 6b. Dokter mungkin memilih untuk tidak menggunakan pulse oximetry terus menerus untuk bayi dan anak-anak dengan diagnosis bronkiolitis. (Bukti Kualitas: D; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Lemah [berdasarkan bukti tingkat rendah dan penalaran dari prinsip-prinsip pertama]) OKSIGEN Pulse oximetry kurang tepat jika digunakan dalam bronchiolitis sebagai proxy untuk gangguan pernapasan. Akurasi pulse oksimetri kurang signifikan, terutama di range 76% - 90%.
Penggunaan oksigen rumah yang dilembabkan, dipanaskan,
high-flow nasal kanul memberikan bantuan kepada bayi dengan bronkiolitis.
Ada bukti bahwa nasal cannula aliran tinggi dapat
meningkatkan upaya pernapasan dan dapat menghasilkan continuous positive airway pressure, mengurangi kerja pernafasan pernafasan dan dapat menurunkan kebutuhan untuk intubasi. FISIOTERAPI DADA 7. Dokter tidak harus menggunakan fisioterapi dada untuk bayi dan anak-anak dengan diagnosis bronkiolitis.
(Bukti Kualitas: B; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi
Sedang).
Edema saluran napas, peluruhan dari epitel pernapasan ke
dalam saluran udara, dan hiperinflasi pada paru-paru dapat menyebabkan anak bronkiolitis berisiko menderita atelektasis.
Pengisapan nasofaring untuk menghilangkan sekresi
merupakan teknik yang sering dilakukan pada bayi dengan bronkiolitis. Penggunaan rutin “suctioning” mungkin tidak menguntungkan. ANTIBIOTIK 8. Dokter tidak boleh memberikan antibiotik untuk bayi dan anak-anak dengan diagnosis bronkiolitis kecuali ada infeksi bakteri bersamaan, atau adanya kecurigaan yang kuat.
(Bukti Kualitas: B; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Kuat)
Anak dengan bronkiolitis dapat diberikan antibiotik karena
beberapa kondisi seperti demam, usia muda, dan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa demam yang terjadi
pada bayi dan tanpa diketahui penyebabnya memiliki risiko bakteremia setinggi 7%. Namun, bayi dengan infeksi virus seperti bronkiolitis, memiliki risiko yang lebih rendah. GIZI DAN HIDRASI 9. Dokter dapat memberikan cairan secara nasogastrik atau intravena untuk bayi dengan diagnosis bronkiolitis yang tidak dapat mempertahankan hidrasi secara oral.
(Bukti Kualitas: X; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Kuat)
Terdapat penelitian yang mengatakan bahwa asupan
makanan pada bayi yang kurang dari 50% dari normal selama 24 jam dapat dikaitkan dengan nilai pulse oxymetri <95%.
Salah satu penelitian memperkirakan bahwa sepertiga dari
bayi yang dirawat di rumah sakit dengan bronkiolitis membutuhkan terapi penggantian cairan. Penggunaan cairan isotonik, pada umumnya, muncul lebih aman. PENCEGAHAN 10a. Dokter tidak boleh memberikan palivizumab untuk bayi sehat dengan usia kehamilan 29 minggu, 0 hari atau lebih.
(Bukti Kualitas: B; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Kuat).
10b. Dokter dapat memberikan palivizumab selama tahun
pertama kehidupan pada bayi dengan hemodinamik signifikan karena penyakit jantung atau penyakit paru-paru kronis pada bayi prematur didefinisikan sebagai bayi prematur adalah usia kehamilan <32 minggu 0 hari yang membutuhkan > 21% oksigen untuk setidaknya selama 28 hari kehidupan pertama.
(Bukti Kualitas: B; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi
Sedang) 10c. Dokter dapat memberikan obat maksimal 5 bulanan (15 mg/kg/dosis) dari palivizumab selama infeksi RSV untuk bayi yang memenuhi syarat untuk palivizumab di tahun pertama kehidupan.
(Bukti Kualitas: B; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi
Sedang) PREMATURITAS Pemberian profilaksis palivizumab bulanan harus dibatasi untuk bayi yang lahir sebelum 29 minggu, 0 hari kehamilan, kecuali bayi yang mempunyai penyakit jantung bawaan atau penyakit paru-paru kronis prematur.
Bayi dengan usia kehamilan 28 minggu, 6 hari atau kurang
yang akan lebih muda dari 12 bulan pada saat terkena RSV harus menerima maksimal 5 dosis bulanan palivizumab atau sampai sembuh, mana yang lebih dulu. PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Sedikit keuntungan dari palivizumab profilaksis ditemukan dalam studi jantung terhadap anak-anak di dalam kelompok sianosis (7.9 % di dalam grup control vs 5,6% di dalam grup palivizumab, atau 23 pasien lebih sedikit per 1000 pasien). Di dalam grup asianotik (11,8% vs 5,0%), lebih sedikit 68 pasien yang dirawat karena RSV per 1000 pasien penerima profilaksis. PENYAKIT PARU-PARU KRONIS PADA PREMATUR Palivizumab profilaksis harus diberikan kepada bayi dan anak- anak yang berusia kurang dari 12 bulan yang mengidap penyakit paru-paru kronis pada masa kelahiran prematur, hal ini ditandai dengan kondisi bayi yang membutuhkan lebih banyak oksigen yaitu sebesar 21% selama 28 hari sejak hari dilahirkan.
Jika seorang anak memenuhi kriteria tersebut, dalam 24 bulan
pertama kehidupan dan selanjutnya terus membutuhkan oksigen tambahan, terapi diuretik, ataupun terapi kortikosteroid kronis dalam waktu 6 bulan. JUMLAH DOSIS
5 dosis bulanan akan mencukupi kebutuhan serum palivizumab
selama lebih dari 24 minggu, maka pemberian lebih dari 5 dosis tidak direkomendasikan di daratan Amerika Serikat.
Apabila profilaksis mulai diberikan pada bulan Oktober, dosis
kelima dan terakhir harus diberikan pada bulan Februari, dan perlindungan akan berlangsung hingga bulan Maret bagi kebanyakan anak-anak. TAHUN KEDUA KEHIDUPAN Karena rendahnya resiko rawat inap penderita infeksi RSV pada tahun kedua kehidupan, palivizumab profilaksis tidak direkomendasikan bagi anak-anak pada tahun kedua kehidupan dengan pengecualian sebagai berikut: o Anak-anak penderita radang paru-paru kronik yang membutuhkan oksigen tambahan secara terus-menerus, terapi kortikosteroid, atau terapi diuretic selama 6 bulan sejak musim RSV dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan profilaksis tahap kedua. KETENTUAN LAINNYA SINDROM DOWN
Penggunaan rutin dari profilaksis bagi anak-anak pada tahun
pertama kehidupan dengan sindrom down tidak dianjurkan kecuali anak tersebut terkena penyakit jantung atau mengalami prematur.
FIBROSIS KISTIK
Penggunaan palivizumab profilaksis secara rutin pada pasien
penderita fibrosis kistik tidak dianjurkan. Pasien dengan fibrosis kistik yang juga didiagnosa menderita penyakit paru-paru kronis pada tahun pertama kehidupanlah yang bisa mendapatkan profilaksis. KETENTUAN LAINNYA PENYAKIT NEUROMUSKULAR DAN KELAINAN PARU-PARU
Sejumlah bayi dengan penyakit atau kelainan kongitenal yang
tidak mampu untuk membersihkan cairan dari saluran napas bagian bawah karena batuk yang tidak efektif dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan profilaksis selama tahun pertama kehidupan.
IMUNODEFISIENSI
Profilaksis bisa diberikan pada pasien yang menjalani
transplantasi atau yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah selama musim RSV. ISU LAINNYA Pemberian profilaksis tidak direkomendasikan untuk pencegahan penyakit RSV pada bayi yang dirawat di unit perawatan intensif atau bagian manapun di rumah sakit.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan
palivizumab merupakan pencegahan yang efektif terhadap mengi atau kelainan pernafasan.
Kelanjutan dari profilaksis bulanan untuk bayi atau anak-anak
yang telah mendapatkan perawatan RSV tidak direkomendasikan. KEBERSIHAN TANGAN 11a. Semua orang harus disinfeksi tangannya sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak dengan benda mati di sekitar pasien, dan setelah melepas sarung tangan.
(Bukti Kualitas: B; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Kuat).
11b. Semua orang harus membersihkan tangan dengan alkohol
untuk dekontaminasi tangan saat merawat anak dengan bronkiolitis. Ketika alkohol tidak tersedia, individu harus mencuci tangan mereka dengan sabun dan air.
(Bukti Kualitas: B; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi Kuat).
KEBERSIHAN TANGAN RSV, serta banyak virus lainnya, bisa bertahan lebih baik pada permukaan yang keras dari pada permukaan berpori atau tangan. Hal ini dapat tetap menular maksimal 6 jam pada permukaan yang keras, pada gaun atau kertas selama 20 sampai 30 menit, dan pada kulit hingga 20 menit.
Ketika merawat pasien anak-anak yang didiagnosa terkena
bronkiolitis, ketaatan yang ketat terhadap kebersihan tangan dan penggunaan alat-alat pelindung diri dapat mengurangi risiko infeksi silang dalam rumah sakit sebesar 39% hingga 50%. ASAP ROKOK 12a. Dokter harus menanyakan tentang pemaparan asap tembakau pada bayi atau anak ketika menilai bayi dan anak untuk bronkiolitis.
(Bukti Kualitas: C; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi
Sedang)
12b. Dokter harus memberikan nasihat tentang paparan asap
tembakau pada bayi atau anak dan berhenti merokok ketika menilai anak untuk bronkiolitis.
(Bukti Kualitas: B; Kekuatan Rekomendasi: Kuat).
ASAP ROKOK
Paparan asap rokok meningkatkan resiko dan perburukan
terjadinya bronkiolitis.
Orang tua secara lengkap diberi pengetahuan mengenai
pentingnya untuk tidak merokok di dalam rumah dan juga untuk asap yang tertinggal pada baju dan pada lingkungan untuk periode yang lama. AIR SUSU IBU (ASI) 13. Dokter harus menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama minimal 6 bulan untuk mengurangi morbiditas infeksi pernapasan.
(Bukti Kualitas: B; Kekuatan Rekomendasi: Rekomendasi
Sedang).
The Agency for Healthcare Research and Quality menunjukan
sebanyak 72% pengurangan resiko dalam perawatan rumah sakit untuk penyakit respiratori pada bayi yang secara eksklusif diberikan ASI selama 4 bulan atau lebih dibandingkan dengan yang diberikan susu formula. AIR SUSU IBU (ASI)
Dalam studi prospektif yang besar di Australia, Oddy et al235
menunjukan bahwa pemberian ASI selama kurang dari 6 bulan akan terkait dengan peningkatan resiko untuk 2 atau lebih kunjungan medis dan rawat rumah sakit untuk wheezing pada penyakit respiratori bawah. EDUKASI KELUARGA 14. Dokter dan perawat harus mendidik personil dan anggota keluarga pada berbasis bukti diagnosis, pengobatan, dan pencegahan untuk bronchiolitis.
(Bukti Kualitas: C; studi observasional; Kekuatan Rekomendasi:
Rekomendasi Sedang).
Mengingat bahwa anak-anak dengan RSV umumnya
mengehasilkan virus selama 1-2 minggu dan 30%-70% dari anggota keluarga akan menjadi sakit, edukasi mengenai pencegahan dari penularan penyakit adalah kuncinya. TERIMA KASIH