Anda di halaman 1dari 19

Avenda Cahya

(P17230181005)
Nadia Fitrianingrum
(P17230181011)
Nabela Nur Azizah
(P17230182020)
Ayu Cahyani
(P17230183033)
Silvia Nurfadila Trisnawati
(P17230183055)

KELOMPOK 2
Hyperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi)
adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium
darah lebih dari 5 mEq/L. Hyperkalemia adalah
suatu kondisi di mana terlalu banyak kalium
dalam darah. Sebagian besar kalium dalam
tubuh (98%) ditemukan dalam sel dan organ.
Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak
mengeluarkan kalium dengan baik. Penyebab
paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan
obat yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal,
seperti triamterene, Diuretik hemat kalium
(spironolactone) dan ACE inhibitor. Hiperkalemia dapat
juga dapat terjadi akibat sejumlah besar kalium secara
tiba-tiba dilepaskan dari cadangannnya di dalam sel.
Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium dengan baik.
Mungkin penyebab paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan obat yang
menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti triamterene, spironolactone dan
ACE
inhibitor. Hiperkalemia juga dapat disebabkan oleh penyakit Addison, dimanakelenjar
adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan kalium oleh
ginjal
dalam jumlah cukup. Penyakit Addison dan penderita AIDS yang mengalami kelainan
kelenjar adrenal
semakin sering menyebabkan hiperkalemia.Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa
menyebabkan hiperkalemia berat.
Karena itu orang-orang dengan fungsi ginjal yang buruk biasanya harus menghindari
makanan yang kaya akan kalium. Hiperkalemia dapat juga dapat terjadi akibat
sejumlah besar
kalium secara tiba-tiba dilepaskan dari cadangannnya di dalam sel. Hal ini bisa terjadi
bila:
Sejumlah besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi pada cedera tergilas) terjadi
luka
bakar hebat Overdosis kokain.
Banyaknya kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui kemampuan
ginjal untuk membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia yang bisa berakibat
fatal.
a. Neuromaskuler:
kelemahan otot yaitu paralisis flasid pd tungkaibawah lalu ke
badan dan lengan
Parestesia wajah, lidah, kaki, dan tangan
b. Saluran cerna:
Mual, diare, kolik usus
c. Ginjal:
Oliguria
Anuria
a. Komplikasi akut
1. Komplikasi metabolik
toasidosis diabeticma hiperglikemik hiperismoler
non ketotik poglikemia idosis lactate
2. Infeksi berat
Atasi penyebab utamanya, Apabila kadar kalium kurang 2,5 mmol/L atau < 3 mmol/L
pada pasien dengan resiko aritmia (misalnya pada pasien pasca infark miocard) , berikan
kalium klorida IV (Intra vena) sebagai infus dengan kecepatan tidak melebihi 20 mmol/jam
pada konsentrasi yang tidak melebihi 40 mmol/jam, karena kalium yang pekat dapat
merusak
perifer, apabila kadar kalium diantara 2,5 dan 3,5 mmol/L, berikan terapi penggantian
oral
(kecuali apabila pasien dalam keadaan puasa atau muntah-muntah) dengan dosis 80-120
mmol/hari yang terbagi dalam beberapa dosis.
Pada hiperkalemia ringan (kalium < 6 mmol/L ), asupan kalium melalui oral atau intra
vena perlu dibatasi. Hiperkalemia berat (kalium > 6,5 mmol/L) atau perubahan EKG
hiperkalemik) merupakan suatu kegawatdaruratan medis. Pasien perlu mendapat kalsium
glukonat intravena yang dapat menstabilkan miokardium. Tindakan untuk mengurangi kadar
kalium diperlukan, yaitu dengan pemberian glukosa bersama insulin Intravena (50 mL berisi
50 % glukosa 1 unit Insulin dengan masa kerja pendek), resin pengikut kalium, kalium
resonium, dan dialisis mungkin diperlukan.
• Kalsium Klorida atau glukonat - meminimalkan efek dari
hiperkalemia pada jantung
• Natrium bikarbonat - mempromosikan pergeseran kalium dari
darah ke sel-sel
• Agonis beta - mempromosikan pergeseran kalium dari darah ke
sel-sel
• Diuretik - menyebabkan ekskresi kalium dari ginjal
• Resin Binding - mempromosikan dan pertukaran kalium natrium
dalam sistem pencernaan
• Insulin - mempromosikan pergeseran kalium dari darah ke sel-
sel
Kalium merupakan salah satu dari banyak elektrolit dalam tubuh
Anda. Hal ini ditemukan di dalam sel. Tingkat normal kalium
sangat penting untuk pemeliharaan jantung,
dan fungsi sistem saraf.
Hipokalemia adalah ketidakseimbangan elektrolit dan
diindikasikan oleh tingkat rendah
kalium dalam darah. Nilai dewasa normal untuk kalium 3,5-5,3
mEq / L.
Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh Anda.
Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang
dapat menyebabkan
hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti
Furosemide). Obat lain
termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin, dan antibiotik
tertentu.
Ginjal (ginjal) disfungsi - ginjal tidak dapat bekerja dengan baik
karena suatu kondisi yang
disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan
terlalu banyak kalium.
a CNS dan neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon
dalam menghilang.
b Pernapasan; otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal
(lanjut)
c Saluran cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual
mmuntah.
d Kardiovaskuler; hipotensi postural, disritmia, perubahan pada
EKG.
e Ginjal; poliuria,nokturia.
1. Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.
2. Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
3. Glukosa serum : agak tinggi.
4. Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.
5. Osmolalitas urine : menurun.
6. GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit metabolik).
• Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L. Diet yang mengandung
cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari
(contohmakanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot,
jeruk, advokat, kacangkacangan, dan kentang).
• Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam
botol infus.
• Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L) dapat
diberikan melalui jalur sentral bahkan pada hipokalemia yang
sangat berat, dianjurkan bahwa pemberian kalium tidak lebih dari
20-40 mEq/jam ( diencerkan secukupnya) : pada situasi semacam ini
pasien harus dipantua melalui elektrokardigram (EKG) dan
diobservasi dengan ketat terhadap tandatanda lain seperti
perubahan pada kekuatan otot.
• Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang
hati-hati dapat menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak
diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan.
• Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam
pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang
memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam
pembuluh darah.
• Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada
keadaan hipokalemia terutama
• bila mendapat obat digitalis.
• Ileus paralitik.
• Kelemahan otot sampai kuadriplegia.
• Hipotensi ortostatik.
• Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang
tubulus distal.
• Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.
• pH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.
• Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L.
• Pemberian K melalui oral atau Intravena untuk penderita berat.
• Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah.
• Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L,
sedangkan
• pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5
mEq/L. Bila ada intoksikasi digitalis, aritmia, atau kadar K serum Bila kadar
kalium dalam serum > 3 mEq/L,
• koreksi K cukup per oral.
• Monitor kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama
pada pemberian secara intravena.
• Pemberian K intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang
besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali disertai aritmia atau
kelumpuhan otot pernafasan, diberikan dengan kecepatan 40-100 mEq/jam.
KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc NaCl isotonik.
• Acetazolamide untuk mencegah serangan.
• Triamterene atau spironolactone apabila acetazolamide tidak memberikan efek
pada orang tertentu.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai