Anda di halaman 1dari 28

PPT CLAW HAND

RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

DISUSUN OLEH :
1. ERIKA AMALIA K 1703034
2. JAUHAR ADIB 1703049
3. LATIFA NURYATI 1703052
4. SITI WAHIDAYANTI 1703083
BAB I
PENGERTIAN

Kusta merupakan suatu penyakit infeksi kronis yang secara primer


menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit kusta disebut juga sebagai
penyakit Morbus Hansen disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2-3 minggu.
Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari diluar tubuh manusia.
Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2-5 tahun bahkan juga dapat
memakan waktu lebih dari 5 tahun (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan Data dari World Health Organization (WHO) , Klasifikasi
kusta dibedakan menjadi 2 yaitu:

1.Pausi Basiler (PB) yang termasuk PB


• Bercak kurang dari lima
• Penebalan saraf hanya 1
• BTA negatif
2. Multi Basiler (MB) yang termasuk Multi Basiler
• Bercak lebih dari lima
• Penebalan saraf lebihdari I
• BTA positif
REAKSI KUSTA

adalah episode akut dalam perjalanan kronis penyakit kusta merupakan reaksi
kekebalan cellular response atau reaksi antigen antibodi humoral response yang
merugikan terutama jika mengenai saraf tepi karena menyebabkan gangguan fungsi
(cacat).

Reaksi dibedakan menjadi 2 yaitu : kemerahan


1. Reaksi kusta tipe 1 bengkak,nyeri
ciri khas yaitu timbulnya inflamasi akut dari lesi kulit dan panas.
atau saraf ataupun keduanya.

2. Reaksi kusta tipe 2


merupakan komplikasi imunologi yang sulit diatasi,
Reaksi tipe 2 sering timbul dengan gejala Eritema
mengkilap
lesi menjadi lebih eritema menghilap sebagian kecil
dan nodule
berupa nodul ukuran bermacam-macam
PRAVELENSI KUSTA

Data dari World Health Organization (WHO), jumlah


kasus baru kusta yang terdeteksi di seluruh dunia
selama tahun 2015 sebanyak 244.796 kasus. Di Asia
Tenggara yaitu sebanyak 120.456 kasus baru kusta
yang terdeteksi pada awal tahun 2015.
penemuan kasus baru kusta di Jawa Tengah
meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2018
dilaporkan 2.133 kasus baru kusta, lebih banyak
dibandingkan tahun 2017 yang sebanyak 1.918
kasus.
Sebesar 93,01 persen kasus di antaranya
merupakan tipe Multi Basiler. Sedangkan menurut
jenis kelamin, kasus terbanyak terjadi pada laki-
laki 64,1%.(Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah).
BAB II
A. DEFINISI OPERASIONAL
Claw hand atau jari kriting terjadi akibat kerusakan saraf
ulnaris, dimana kita ketahui bahwa saraf tersebut
mempersarafi otot-otot pada jari-jari tangan.

Dalam kasus tersebut menyebabkan terjadinya


hiperekstensi pada sendi metacarpophlang dan fleksi
dari sendi interphalang.Hal tersebut disebabkan fungsi
sebagian otot intrinsik tangan hilang, kekakuan sendi
dan adanya penebalan saraf ulnaris (Gunawan dkk,
2011).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Struktur anatomi dari pergelangan tangan terdiri atas
tulang, otot dan persendian sebagai berikut :
Tulang
Tulang radius
Tulang ulna
Tulang carpal
 Otot
 Abduktor policis
 Abduktor digitiminimi Brevis
 Abduktor policis brevis
 Flexor policis brevis
 Felxor digitiminimiBrevis
Syaraf
Nervus medianus ( penggerak jari 1,2,3)
Nervus ulnaris (penggerak jari 4, 5 )
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit Kusta adalah salah satu penyakit menular yang sifatnya kronik
penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh GH.Armauer
Hansen pada tahun 1873.
Waktu pembelahan sangat lama sekitar 2-3 minggu, masa inkubasi rata-rata 2-
5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun

D. ETIOLOGI
Infeksi kuman Mycobacterium leprae, Kontak langsung, Pernafasan, Melalui
kulit, Lingkungan, Sistem imun. Yang mengakibatkan kecacatan. Kusta
disebabkan oleh Mycobacterium leprae, Dan dapat menyerang sistem saraf
yang terinfeksi akan mengalami Lesi atau kelemahan.
Mycobacterium leprae berukuran panjang 1-8 mikron dan diameter 0,3 mikron
dengan sisi paralel dan ujung yang membulat. Replikasi memerlukan waktu 11
hingga 13 hari tumbuh maksimal pada suhu 270°C hingga 300°C
E. PEMERIKSAAN PENGUKURAN

Pemeriksaan saraf tepi

•Perabaan (palpasi) saraf tepi


Berikut adalah prosedur umum pemeriksaan perabaan saraf:
•Pemeriksa berhadapan dengan pasien.
•Perabaan dilakukan dengan tekanan ringan

•Pada saat meraba saraf, perhatikan:


•Apakah ada penebalan atau pembesaran?
•Apakah saraf kiri dan kanan sama besar atau berbeda?
•Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf?
•Saat melakukan palpasi saraf perhatikan mimik pasien, apakah ada
kesan kesakitan tanpa menanyakan sakit atau tidak.
Berikut ini syaraf yang di raba :
Saraf Auriqularis magnus
Saraf radialis
Saraf radial cutaneus
Saraf ulnaris
Saraf peroneus
Saraf tibialis posterior

Pemeriksaan MMT
Manual muscle testing (MMT) merupakan salah satu bentuk
pemeriksaan kekuatan otot yang paling sering digunakan. Hal
tersebut karena penatalaksanaan, interprestasi hasil serta
validitas dan realibilitasnya telah teruji. Namun demikian tetap
saja, manual muscle testing tidak mampu untuk mengukur
otot secara individual melainkan group/kelompok otot
Pemeriksaan fungsional aktivitas menggunakan WHDI
Dengan kriteria kemampuan sebagai berikut

• Intensitas nyeri
• Rasa tebal tebal dan kesemutan
• Perawatan diri
• Kekuatan
• Toleransi menulis atau mengetik
• Bekerja
• Menyetir
• Tidur
• Pekerjaan rumah
• Rekreasi/olahraga
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

Berdasarkan anamnesis yang dilakukan secara langsung dengan pasien


(autoanamnesis ) didapatkan hasil :
Nama : Tn.S
Umur : 57 tahun
Tanggal lahir : 20 Oktober 1963
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa manggar wetan, grobogan
• Keluhan Utama Pasien
Pasien mengeluhkan tebal pada telapak tangannya dan jari-jari ke 4 dan
5 terlihat kaku dan kesemutan pada tangan sebelah kanan.

• Riwayat penyakit sekarang


Pasien merasakan muka terasa merah muda kelelahan tangan kanan
dan kiri pegal-pegal, kesemutan menjalar hingga jari tangan kanan sejak
tahun 2016. Pasien pernah berobat ke rs tugurejo lalu divonis sehat.
terjadi reaksi dan di bawa ke rsud purwodadi,divonis positif kusta
setelah itu pasien berinisiatif pergi ke rs kusta donorojo. Setelah
diberikan perawatan obat berupa MDT pasien mengeluhkan jari tangan
kanan bengkok. Sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami sakit serupa.
• Riwayat peyakit dahulu
Tidak ada

• Riwayat pribadi
Dahulu pasien adalah seorang pekerja wiraswasta

• Pemeriksaan
Tekanan Darah : 120/ 70 mmHg
Denyut Nadi : 83×/ menit
Pernafasan : 20 × / menit
Temperatur : 36 0 C
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 51 kg
• Inspeksi
Statis: jari- jari pasien tampak bengkok dan keriting

• Dinamis:
pasien tidak dapan meluruskan jari 4 dan 5 tangan kanannya

• Palpasi
Nerve Ulnaris sebelah kanan dan kiri tebal (T)

• Pemeriksaan gerak
Gerak Aktif
Pola menggenggam pasien distal ke proksimal
Gerak Pasif
Dapat dilakukan gerakan full ROM
Resisted Melawan Tahanan
Tidak dilakukan
Pemeriksaan intrapersonal
Baik, dan pasien memiliki motivasi yang kuat untuk sembuh
Kemampuan fungsional dasar :
Kesulitan saat hendak menggenggam gelas dan menjangkau benda-benda
lain.
• pola memegang pasien dari distal ke proksimal
Pemeriksaan spesifik
• Palpasi saraf

KANAN SARAF KIRI

KANAN SARAF KIRI

Tebal - Ulnaris - Normal


Sensoris
√ = Terasa x = Tidak terasa
kanan kiri
Pengukuran Khusus
• Manual Muscle Test

KANAN OTOT KIRI


3 Lumbrical 4
3 dorsal interosei 4
0 palmar interosei 4
0 Abduktor digiti 4
minimi

Pengukuran atopometri
Wrist dextra 30 cm
Wrist sinistra 28 cm
Pengukuran LGS

Jari Bidang Gerak


Aktif Pasif
II S 0° 75° 95° 0° 25° 100°
III S 0° 40° 90° 0° 0° 100°
IV S 0° 40° 90° 0° 0° 100°
V S 0° 75° 95° 0° 25° 100°
Pengukuran Kemampuan Fungsional Dapat Menggunakan WHDI
Pengukuran Kemampuan Fungsional Dapat Menggunakan WHDI

No Indikator Score
1 Intensitas 0
nyeri
2 Rasa tebal- 2
tebal dan
kesemutan
3 Perawatan diri 0
4 Kekuatan otot 5
5 Toleransi 4
menulis dan
mengetik
6 Bekerja 3
7 Menyetir 5
8 Tidur 2
9 Pekerjaan 2
rumah
10 Rekreasi/olahr 0
aga
Jumlah 23
F. DIAGNOSA FISIOTERAPI
• Body function and body structure
• Adanya keterbatasan LGS pip joint
• Adanya kelumpuhan group otot intrinsik jari tangan
• Activities
• Kesusahan saat memegang benda
• Kesusahan saat momotong kuku
• Participation
• Pasien mampu bersosialisasi dengan pasien lainnya seperti
berbincang dengn pasien lain.

G. TUJUAN FISIOTERAPI
• Tujuan jangka pendek
• Meningkatkan LGS
• Menjaga elastisitas group otot intrinsik jari tangan
• Tujuan jangka panjang
• Melanjutkan tujuan jangka pendek.
• Mengembalikan kapasitas fungsional tangan dan jari-jari tangan
H. TINDAKAN FISIOTERAPI

• Teknologi Fisioterapi

• Terapi Latihan :
• Pasif exercise
• Streching
• Active exercise
• Tindakan promotif / preventif
• Pasien diharapkan melakukan latihan yang diberikan terapis
• Pasien tidak boleh terlalu lelah
I. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
 Terapi latihan
• Pasif Exercise
Posisi pasien : duduk dibed
Posisi terapis : beridiri menghadap pasien
Pelaksanaan : terapis memegang pergelangan tangan pasien (fiksasi), dan
tangan satunya menggerakan jari-jari pasien dengan hitungan 10-12 kali hitungan
kemudian istirahat, ulangi 3 kali
• Aktif Exercise
Posisi pasien : duduk dibed
Posisi terapis : berdiri menghadap pasien
Pelaksanaan : terapis memberikan instruksi kepada pasien untuk
menggerakkan jari tangan seperti membuka dan menggenggam, kemudian
menginstruksikan pasien untuk menggerakan seperti yang telah di contohkan.
• Streaching jari- jari
Posisi pasien : duduk dibed
Posisi terapis : berdiri di depan pasien dengan memegang tangan pasien di
pergelangan tangan dan siku
Pelaksanaan : terapis memegang telapak tangan pasien atau di sendi
metacarpo phalang (fiksasi), dan tangan satunya memegang jari pasien kemudian
meluruskan jari secara bergantian.
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan 3 kali terapi pasien tidak mengalami perubahan apapun


karena kerusakan yang dialami pasien sudah lama.
Setelah dilakukan terapi sebanyak 3 kali, dan dilakukan pemeriksaan
menggunakan Kemampuan Fungsional Wrist Hand Dissability Indeks bahwa
tidak ada peningkatan.
Pengukuran Lingkup Gerak Sendi menggunakan goniometer
T1 (4 februari 2020)

Jari Bidang Gerak


Aktif Pasif
II S 0° 75° 95° 0° 25° 100°
III S 0° 40° 90° 0° 0° 100°
IV S 0° 40° 90° 0° 0° 100°
V S 0° 75° 95° 0° 25° 100°
T3 (17 februari 2020)

Jari Bidang Gerak


Aktif Pasif
II S 0° 75° 95° 0° 25° 100°
III S 0° 40° 90° 0° 0° 100°
IV S 0° 40° 90° 0° 0° 100°
V S 0° 75° 95° 0° 25° 100°

Dari tabel di atas tersebut tidak adanya peningkatan dan penurunan


lingkup gerak sendi secara pasif pada saat posisi awal atau jari
dalam keadaan diam tanpa kontraksi. Pada T1 terlihat bahwa
Lingkup Gerak Sendi pasif sendi PIP jari ke II S = 0°-75°-95° dan
Lingkup Gerak Sendi pasif sendi PIP jari ke V S = 0°-75°-95°, pada
T3 yakni Lingkup Gerak Sendi pasif sendi PIP jari ke II S = 0°-75°-
95° dan Lingkup Gerak Sendi pasif sendi PIP jari ke V S = 0°-75°-
95°. Sedangkan untuk gerakan fleksi dan ekstensi tidak ada
perubahan sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai