OLEH KELOMPOK 7 DESTIANA SARI 06101181722 ACNES OKTAVIANI 06101381722063 EVA SIANNA SIBURIAN 06101381722067 LATAR BELAKANG Minyak kelapa sawit diperoleh dari mosocarp (daging buah) dari buah kelapa sawit. Minyak ini diekstraksi dari mesocarp dari buah kelapa sawit sehingga menghasilkan CPO (crude palm oil). Crude Palm Oil (CPO) banyak dimanfaatkan di berbagai industri, baik untuk industri pangan atau industri non pangan. Pemurnian minyak sawit kasar melibatkan proses pemucatan atau bleaching. Tujuan pemucatan (bleaching) adalah untuk menghilangkan komponen-komponen yang tidak diinginkan seperti zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Dengan semakin banyaknya jumlah CPO yang dipucatkan maka jumlah tanah pemucat bekas atau spent bleaching earth (SBE) yang dihasilkan akan semakin meningkat, sehingga untuk menangani limbah padat ini dibutuhkan lahan yang lebih luas untuk tempat pembuangannya. Oleh sebab itu penanganan limbah SBE sangat penting dilakukan, mengingat besarnya potensi limbah yang akan dihasilkan, dan juga perkembangan industri pemurnian minyak nabati di Indonesia yang cukup signifikan. Spent Bleaching Earth (SBE) Spent bleaching earth (SBE) atau bleaching earth bekas merupakan limbah yang dihasilkan pada industri refining CPO. Pada industri ini, melalui beberapa tahapan proses Crude Palm Oil(CPO) atau minyak sawit mentah diolah menjadi minyak goreng. Pada umumnya industri refinery minyak nabati akan membuang atau menimbun SBE pada suatu lahan tertentu akan tetapi berdasarkan PP No. 18 tahun 1999 limbah ini dapat dikategorikan sebagai limbah Bahan Buangan Berbahaya (limbah B3). Bleaching earth bekas atau SBE merupakan limbah terbesar pada industri tersebut. SBE mengandung zat warna, gums, trace heavy- metals dll dengan kandungan minyak di level 22-30 % w/w.
Gambar 1.komposisi zat dalam spent bleaching
earth (SBE). Reaksi Kimia dan Dampak Spent Bleaching Earth (SBE) Terhadap Lingkungan SBE tergolong limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dapat menimbulkan permasalahan pencemaran lingkungan diantaranya timbulnya bau busuk. Bau busuk ini disebabkan karena asam lemak yang terkandung dalam SBE dapat mengalami reaksi oksidasi yang dapat berlangsung apabila terjadi kontak antara asam lemak dengan sejumlah oksigen sehingga menimbulkan bau tengik. Gambar 4.Reaksi Oksidasi pada asam lemak atau minyak. Selain itu menurut Pollard (1990) Spent Bleaching Earth (SBE)tergolong bahan fire hazard (mudah terbakar) karena sebagain besar dari SBEtersusun dari senyawa hidrokarbon sehingga apabila dipicu dengan sumber api dapat mengakibatkan kebakaran lahan yang juga berdampak pada kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan dan bahkan manusia. Pemanfaatan Spent Bleaching Earth (SBE) Selama ini ada beberapa upaya pemanfaatan spent bleaching earth yang banyak dilakukan: 1. Recycling sebagai tanah urugan 2. Recycling sebagai pupuk kelapa sawit 3. Reuse spent bleaching earth sebagai adsorben kembali pada proses pemucatan CPO pada industri minyak goreng tersebut 4. Recovery residu CPO dengan Porous Metal Filters menghasilkan minyak sawit kualitas rendah dan derivatnya Adapun inovasi dengan Porous Metal Filters dibagi menjadi tiga tahapan yaitu: 1. mencampurkan spent bleaching earth dengan pelarut sehingga membentuk adonan; 2. memisahkan padatan dan cairan dari bentuk adonan yang terbentuk pada tahap pertama menjadi fraksi padatan dan fraksi cairan dengan porous metal filters dengan beberapa kali ulangan; 3. ekstraksi minyak dari fraksi cairan yang terbentuk pada pemisahan tahap sebelumnya. 4. Recovery residu CPO dengan solvent extraction dan supercriticalfluid extraction menghasilkan metil ester sebagai bahan baku biofuel Kesimpulan Spent bleaching earth(SBE) merupakan limbah padat proses pemucatan dalam pemurnian CPO. SBE tergolong limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sebagian kandungan SBE adalah senyawa hidrokarbon dari CPO. Karena kandungan ini SBE bersifat mudah terbakar sehingga juga berpotensi terjadi kebakaran lahan