Anda di halaman 1dari 8

Administrasi Cairan Setelah Resusitasi

Awal
◉ Resusitasi awal bertujuan mengoptimalkan hemodinamik dan perfusi organ
◉ Namun, di hari-hari selanjutnya setelah periode tersebut, banyak pasien
mendapat konsekuensi negatif karena terjadi :
• peningkatan tekanan intrakardiak,
• edema organ,
• vasodilatasi arteri,
• dan kerusakan endotel glikokaliks

2
◉ Pasien dalam kelompok EGDT dari percobaan Rivers rata-rata menerima 13
liter cairan dalam 72 jam pertama.
◉ Analisis retrospektif dari Vasopressin in Septic Shock Trial (VASST) yang
mencakup 778 pasien dengan syok septik pada norepinefrin menunjukkan
bahwa pasien rata-rata 11 liter bersih positif setelah 4 hari perawatan.
◉ Setelah mengoreksi usia dan skor Acute Physiology and Chronic Health
Evaluation (APACHE II), peningkatan keseimbangan cairan bersih pada 12
jam dan 4 hari berkorelasi dengan peningkatan mortalitas.
◉ Studi retrospektif pada 2632 pasien ICU dengan sepsis berat dan syok septik
menyebutkan bahwa setiap 1L peningkatan keseimbangan cairan kumulatif
pada 72 jam secara independen terkait dengan peningkatan angka kematian
di rumah sakit (rasio odds yang disesuaikan [aOR]: 1.06; P<.001).

3
◉ Apakah pasien dengan sepsis mendapat manfaat dari strategi
pemberian cairan yang restriktif atau terbatas setelah periode
resusitasi awal ?

4
◉ Pada kelompok dengan manajemen cairan konservatif, pasien tanpa syok
dalam 12 jam sebelumnya diberi furosemide untuk mencapai CVP<4 mmHg.
Keseimbangan cairan kumulatif rata-rata selama 7 hari pertama adalah 136
mL pada kelompok konservatif dan 6992 mL pada kelompok liberal (P<0.001).
◉ Pasien dalm kelompok manajemen cairan konservatif mengalami lebih banyak
hari bebas ventilator (14,6 vs 12,1 hari; P<0,001) dan hari bebas ICU (13,4 vs
11,2 hari; P<0,001) selama 28 hari pertama. Tidak ada peningkatan syok atau
penerimaan terapi penggantian ginjal dengan strategi manajemen cairan
konservatif.
◉ Sebuah analisis sekunder FACTT menemukan bahwa diantara pasien dengan
CVP rendah (≤8 mmHg), pengunaan manajemen cairan konservatif
meningkatkan angka mortalitas di rumah sakit dibandingkan dengan
manajemen cairan liberal (17% vs 36%; P=.005)

5
◉ Percobaan Conservatife vs Liberal Approach to Fluid Therapy of Septic Shock
in Intensive Care (CLASSIC) yang dilakukan secara acak pada 151 pasien
dengan syok septik setelah resusitasi awal untuk strategi resusitasi konservatif
yang terdiri dari 250 hingga 500 mL bolus kristaloid untuk tanda-tanda
hipoperfusi berat dibandingkan dengan strategi liberal dari bolus kristaloid
diizinkan selama variabel hemodinamik terus membaik dengan cairan.
◉ Volume cairan resusitasi pada hari ke 5 lebih rendah pada kelompok restriktif
(perbedaan rata-rata 1,2L; P<0,001), tetapi total cairan yang diterima serupa
diantara kedua kelompok.

6
◉ Parameter statis pernah digunakan untuk memprediksi respon hemodinamik
pasien terhadap pemberian cairan (misalnya CVP, saturasi oksigen vena
campuran), yang saat ini telah digantikan oleh variabel dinamis.
◉ Variabel dinamis adalah perubahan hemodinamik terukur (curah jantung,
stroke volume, dan sebagainya) yang menyertai ventilasi mekanik, small fluid
challenges, atau passive leg raise, dan lebih akurat dalam mengidentifikasi
pasien yang akan mengalami peningkatan curah jantung atau stroke volume
sebagai respon terhadap pemberian cairan.

7
◉ Meskipun pengukuran respon cairan semakin mampu mengidentifikasi pasien
yang akan mengalami peningkatan curah jantung atau stroke volume dengan
pemberian cairan IV bolus, pemberian cairan IV kepada pasien dengan
“responsif terhadap cairan” hasilnya tetap belum diketahui sepenuhnya.
◉ Pedoman SSC saat ini merekomendasikan pemantauan terus menerus
terhadap hemodinamik dan penggunaan variabel dinamis yang dapat
diprediksi “respon terhadap cairan” untuk memandu cairan resusitasi.

Anda mungkin juga menyukai