Anda di halaman 1dari 9

KASUS KORUPSI SEBELUM

PRA KEMERDEKAAN DAN


KASUS KORUPSI ORDE
LAMA
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1:
DWI MEGA ASTUTI
ENDAH WINARTI
PUTRI PUJA SARI
1.SEJARAH KORUPSI SEBELUM
PRA KEMERDEKAAN

2. SEJARAH
KORUPSI
ORDE LAMA
TINJAUAN KASUS
Kasus Korupsi orde lama
Korupsi Orde Lama Sejak Indonesia merdeka, pasca 1945, korupsi juga telah
mengguncang sejumlah partai politik. Sejarawan Bonnie Triyana menceritakan, skandal
korupsi menimpa politisi senior PNI, Iskaq Tjokrohadisurjo, yang adalah mantan Menteri
Perekonomian di Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Kasus tersebut bergulir 14 April 1958.
Kejaksaan Agung yang memeriksa Iskaq memperoleh bukti cukup untuk
menyeretnya ke pengadilan terkait kepemilikan devisa di luar negeri berupa uang, tiket
pesawat terbang, kereta, dan mobil tanpa seizin Lembaga Alat-Alat
visa dari Menteri Kehakiman.
Visa tersebut ternyata dibayar dengan imbalan Rp 20.000. Jaksa Agung Muda Abdul
Muthalib Moro menduga uang pemberian pengurusan visa tersebut digunakan untuk
membiayai Partai Rakyat Nasional pimpinan Djody. Partai besar lain, yakni Masyumi,
juga terseret korupsi. Pada 28 Maret 1957, politisi Masyumi, Jusuf Wibisono, ditahan
tentara di Hotel Talagasari, Jalan Setiabudi, Bandung, karena diduga terlibat korupsi.
Bonnie Triyana mengutip harian Suluh Indonesia, 20 April 1957, menceritakan,
Hotel Talagasari dipenuhi tersangka korupsi. Terdapat lima mantan menteri, anggota
konstituante, anggota parlemen, kepala jawatan, komisaris polisi, jaksa, pengusaha, dan
lain-lain. Yang diperiksa mencapai 60 orang. Pembayaran Luar Negeri (LAAPLN).
Iskaq akhirnya mendapat grasi dari Presiden Soekarno. Namun, mobil Mercedes Benz
300 yang diimpornya dari Eropa tetap disita untuk negara.
Kasus lain adalah Menteri Kehakiman Mr Djody Gondokusumo (menjabat 30 Juli
1953-11 Agustus 1955) yang tersandung perkara gratifikasi dari pengusaha asal
Hongkong, Bong Kim Tjhong, yang memperoleh kemudahan memperpanjang
Periode 1950-1965 tersebut memang dipenuhi gonjang-ganjing korupsi dan
pemberontakan. Deskripsi tentang kehidupan penguasa dan politisi korup pada
zaman itu bisa dibaca jelas dalam novel Senja di Jakarta karya wartawan senior
Mochtar Lubis.
 Kasus Korupsi di Zaman Pra Kemerdekaan
sebab pencurinya kenal dengannya sebagai akibatnya pencurinya tidak berhasil
ditangkap. Namun hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa isi surat kaleng tersebut tidak benar.
Surat kaleng itu diperkirakan hanyalah sebuah rekayasa karena merasa benci terhadap Jayeng
Pranawa. Para bekel dan nara karya merasa berat dalam menjalankan program pengembangan
pertanian desa yang Pada zaman kolonial belanda adalah kasus korupsi dana pemberantasan
penyakit pes dan dugaaan korupsi terhadap Demang Jayeng Pranawa. Kasus korupsi dana
pemberantasan penyakit pes ini terjadi salah satunya dengan tindakan yang dilakukan oleh
Mantri Gunung Colo Madu , Raden Mas Ngabehi Harjasasmita telah melakukan tindak korupsi
dalam penggunaan dana untuk perbaikan rumah penduduk dalam rangka pemberantasan
penyakit pes. Tindak korupsi itu antara lain berupa penggelembungan harga pembelian gedek
(dinding dari anyaman bambu). Ini sangat menarik karena menunjukkan bahwa budaya mark
up  (penggelembungan harga) atas suatu pengadaan barang atau jasa sudah dikenal dengan baik
pada zaman kolonial Belanda.
               Mengenai dugaan korupsi terhadap Demang Jayeng Pranawa ini muncul dengan
adanya surat kaleng dimana dalam surat kaleng itu Jayeng Pranawa, wakil kepala desa Jurug
diduga melakukan sejumlah tindakan korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Tindakan tersebut
diantaranya, pertama, tiap hari melakukan turne ke desa-desa yang dianggap menyusahkan para
bekel yang didatangi dan ia meminjam uang kepada para bekel dengan cara memaksa. Kedua, Ia
meminta uang untuk pembuatan surat kitir (surat keterangan) terhadap penduduk yang bernama
Wangsadikroama, dari desa Jomboran sebesar 30 sen yang hendak menjual berasnya ke Kota
Solo. Ketiga, ia melindungi pelaku durjana koyok yang melakukan tindak kejahatan di desa
Klampok, Jagamasan dicanangkannya.
Dalam sejarah Jawa dikatakan oleh Onghokham persoalan pemungutan
pajak dan kesewenangan para pejabat pada tingkat tersebut, seperti para demang
dan khususnya para penjaga pintu gerbang (tool gates) menyebabkan
pemberontakan, antara lain pemberontakan Diponegoro (1825-1830).
Kebanyakan pengikut Diponegoro bukan memprotes sang patih, sultan ataupun
Belanda, akan tetapi pemungut di gerbang jalanan, berdasrkan arsip Belanda,
pada zaman kolonial lebih banyak protes terhadap kesewenangan dan korupsi dari
sang lurah daripada sang bupati.
Van Rossen, Komisaris Besar (hoofdcommissaris) Polisi Batavia, yang
merangkap sebagai komandan wilayah polisi lapangan Batavia dan Banten, yang
ditahan karena dugaan kasus penggelapan.
 Cerita ini ditulis oleh Marieke Bloembergen, Dosen Sejarah Universitas
Amsterdam yang merangkap sebagai peneliti senior di KITLV (Institute
Linguistik dan Antropologi Kerajaan Belanda), dalam bukunya berjudul: "Polisi
Zaman Hindia Belanda Dari Kepedulian dan Ketakutan".
Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya
pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan
lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia,
serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang
diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.  
SARAN
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil
 

Anda mungkin juga menyukai