Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Setiap bangsa memiliki karakter dan identitas masing-masing. Indonesia adalah
negara yang memiliki keunikan dibandingkan dengan negara lain, Indonesia adalah
negara yang memiliki pulau terbanyak didunia, negara tropis yang hanya mengenal
musim hujan dan panas, negara yang emiliki suku, tradisi dan bahasa terbanyak
didunia. Itulah keadaan Indonesia yang bisa menjadi cirri khas yang membedakan
dengan bangsa yang lain. Salah satu untuk memahami identitas satu bangsa dengan
bangsa yang lain dengan mencari sisi-sisi umum yang ada pada bangsa tersebut.
Didalam hidup berbangsa dan bernegara terkadang masyarakat merasa bingung
dimana yang lebih penting antara bangsa dan negara dan terkadang malah
menyepelekan keduanya. Negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan
hidup manusia, sedangkan bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup
manusia. Suatu negara pasti mempunyai identitas nasional masing-masing yang
berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain, karena identitas nasional
suatu bangsa menunjukkan kepribadian suatu bangsa tersebut.
Identitas Nasional merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh bangsa kita untuk
dapat membedakannya dengan bangsa lain. Jadi untuk dapat mempertahankan
keunikan-keunikan dari bangsa Indonesia itu sendiri maka kita harus menanamkan
cinta akan tanah air yang diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan
terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan serta mengamalkan nilai-nilai yang
sudah tertera dengan jelas didalam Pancasila yang dijadikan sebagai falsafah dan
dasar hidup bangsa Indonesia. Dengan keunikan inilah, Indonesia menjadi suatu
bangsa yang tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab dan perjuangan dari
warga Indonesia itu sendiri untuk tetap menjaga nama baik bangsa.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana karakteristik identitas nasional Indonesia?
2. Bagaimana proses perjuangan Indonesia untuk menjadi sebuah bangsa dan
negara?
3. Apa saja pembentuk jati diri bangsa Indonesia ?

1
4. Apa pengertian dari paham nasionalisme Indonesia?
5. Bagaimana perkembangan identitas nasional dalam menghadapi globalisasi?

3. TUJUAN
1. Untuk dapat memahami dan menilai karakteristik dari identitas nasional melalui
asal-usul bangsa, agama, dan budaya Indonesia.
2. Untuk dapat memahami proses perjuangan Indonesia untuk menjadi sebuah
bangsa dan negara.
3. Untuk mengetahui apa saja pembentuk jati diri dari bangsa Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengertian dari paham nasionalisme indonesia.
5. Untuk mengetahui perkembangan identitas nasional dalam menghadapi
globalisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Karakteristik Identitas Nasional


Identitas setiap manusia ditentukan oleh ruang hidupnya yang secara alami akan
berakulturasi dan membentuk ciri khas atau karakter khas dalam norma kehidupan.
Identitas diartikan sebagai ciri/keadaan khusus, dalam antropologi berarti sifat khas yang
menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi, golongan sendiri, komunitas
sendiri, dan negara sendiri. Identitas tidak hanya mengacu pada individu tetapi juga pada
suatu kelompok.
Identitas meliputi nilai, norma, dan simbol ekspresi sebagai ikatan sosial untuk
membangun solidaritas dan kohesivitas sosial yang digunakan untuk menghadapi kekuatan
luar yang menjadi simbol ekspresi yang memberikan pembenaran bagi tindakan pada masa
lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Sedangkan nasional berasal dari bangsa
sendiri atau meliputi diri bangsa. Jadi identitas nasional Indonesia ialah jati diri yang
membentuk bangsa yaitu berbagai suku bangsa, agama, bahasa Indonesia, budaya nasional,
wilayah nusantara, ideologi Pancasila. Identitas nasional tidak terlepas dari nasionalisme
yang berhubungan dengan jati diri bangsa.
Jati diri bangsa berarti totalitas penampilan bangsa yang utuh dengan muatan dari
masyarakat sehingga dapat membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Usaha
mengukuhkan jati diri bangsa sangat diperlukan karena jati diri yang diibaratkan sebagai
akar umbi dan akar tunjang keutuhan hidup berbangsa dan bernegara goyah, akan
menggoyahkan keutuhan bangunan bmgsa.

1.1 Asal Usul Bangsa, Agama, dan Budaya Indonesia


Setiap manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama,
mereka dikaruniai akal budi dan bergaul dengan sesamanya dalam persaudaraan. Manusia
selalu berhubungan dengan sesame dan dengan lingkungan hidupnya, keduanya
dipertahankanuntuk kelangsungan hidup manusia. Maka masalah geografi menjadi sangat
penting karena mempengaruhi falsafah, pandangan hidup bangsa, budaya, sejarah,
kehidupan sosial (adat istiadat), bahkan politik.Menurut Friedrich Ratzel, tabiat, ambisi,
dan budaya manusia dibentuk oleh alam sekitamya serta adanya kaitan antara iklim dan
budaya.

3
Konstelasigeografi (ciri khusus wilayah yang meliputi bentuk, luas, letak, iklim,
sumber daya) perlu dibahas dalam rangka memahami budaya suatu bangsa. Jika ada
manusia yang telah terpengaruh oleh budaya asing, yang bukan merupakan geografinya,
manusia tersebut akan dihadapkan pada konflik budaya. yang dalam pandangannya budaya
asing membuat martabatnya meningkat tetapi akar budaya aslinya tidak lepas dari dirinya.
Sebaik-baiknya manusia hidup harus selaras dengan lingkungan hidupnya.

1.1.1 Asal Usul Bangsa intlonesia


Berdasarkan sumber tertulis (pasal 46 United Nations ConventionThe Law of The Sea)
terdapat banyak kerajaan Kuna di Nusantara yang dipengaruhi peradaban Hindu. Data
arkeologi dan antropologi menyatakan bahwa masyarakat Nusantara bukan berasal dari
India maupun Cina Selatan/kira-kira provinsi Yuman (Simbolon. 1995:6), kemungkinan
dari wilayah pulau dan daratan sekelilingnya. Perkiraan tradisional, bahwa masyarakat
Nusantara berasal dari Cina Selatan dan dikenal sebagai ras Melayu, mereka datang
bergerombang dan perkiraan pangkal penyebarannya adalah Filipina Selatan, kemudian
menyebar ke Pasifik hingga Madagaskar. Pengaruh peradaban India tersirat pada prasasti
yang mengabsahkan kekuasaan raja dan membudayakan adanya kekuasaan pendeta.
Pendeta mempakan penghubung antara Tuhan/Dewa dengan raja dan umat manusia.
Konsep Pendeta sebagai pengantara membuat pendeta sangat berkuasa.
Dua gelombang yang terpenting adalah pertama, Proto-Melayu (Melayu Polenisia)
datang sekitar 3000 SM dan menyebar dari Pasifik Timur hingga Madagaskar dengan
budaya zaman batu. Kedua Deutro-Melayu yang berbudaya besi datang kira-kira 2000-
1000 SM. Namun, diperkirakan, pangkal penyebaran sekitar Cina Selatan, lautan
Nusantara, teluk Benggala, dan Samudera India, mereka berbaur dan dikenal sebagai ras
Melayu. Pembauran ini dikenal dengan istilah Bhineka Tunggal Ika.
Gambaran pembauran seperti berikut ini, "Di suatu desa tampak penduduk yang jelas
bertampang semit, dan yang lebih tua di antara mereka menyerupai tampang raja-
rajaAssyria yang bajenggot, seperti dalarn patung-patung peningggalan Niniveh. Di desa
tetangga, tampak penduduk yang sama jelasnya, bertampang Negroit. Sungguh tak ada
barang satu pulau pun, betapa kecil pun ukurannya, penduduknya tidak bercampur secara
ras." (H.M. Vlekke dalam Simbolon.1995,375). Melalui pembauran inilah masyarakat di
Nusantara dengan mudah menggunakan bahasa-bahasa Melayu yang berasal dari rumpun
bahasa Austronesia yang kemudian dikenal denganbahasa Indonesia.

4
Sumber tertulispaling tua mengenai Nusantara berupa catatan dari dinasti Han, Cina
sekitar tahun I-6 M, berisi permintaan kaisar Wang Mang berupa upeti seekor badak,
kepada penduduk Huang-ze (sebutan bagi Aceh), yaitu negeri badak laut dan pedagang
batu mulia. Namun sumber tertulis lain, tahun 400 M, berupa empat batu bertulis (yupa/
prasasti) di tepi Sungai Mahakam menyatakan bahwa "Pangeran yang masyhur Kundungga
punya anak yang terkenal bemama Aswawarman, sang pendiri wangsa. Salah satu yang
terhebat dari putra Aswawarman, yang telah mempersembahkan banyak emas, sehingga
untuk mengenangnya didirikanbatu persembahan ini oleh para pemuka yang lahir dua
kali."

1.1.2 Asal Usul Agama dan Budaya Indonesia


Keterpengaruhan peradaban Hindu bukan berarti Nusantara pernah menjadi koloni
India, tetapi bisa saja masyarakat Nusantara berkunujng ke India dan membawa unsur
budaya India, khususnya Hindu. Hal ini dibuktikan bahwa bahasa Sanskerta yang ada di
Jawa Kuna dan Bali Kuna terbatas pada istilah teknis. Yang terjadi adalah konvergensi
bahwa ada kesamaan masalah kenegaraan yang terjadi di India dan di Nusantara. Atau
lebih karena terjadi pertukaran budaya dengan kedatangan orang Nusantara dan
sebaliknya. Masyarakat Nusantara juga dipengaruhi agama Buddha yang berkembang di
Asia Tenggara, jadi mereka mengakui agama Buddha di samping agama Hindu. Awal
pengaruh agama Buddha diperkirakan oleh adanya kunjungan Buddha ke Jawa dan
Sumatera, pengaruh Buddha terlihatpada kerajaan-kerajaanyang menjadi pusat agama
Buddha. Dua agama yang berbeda ini, menimbulkan konflik antara penguasa/dinasti di
Nusantara.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Identitas Nasional Indonesia adlah Pancasila
yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam arti luas. Salah satu kerajaan yang menerimanya ialah Majapahit yang
pada masa jayanya menghasilkan penulis handal, seperti Mpu Tantular dengan seloka
persatuan dan kesatuan dalam karya Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua;
Mpu Prapanca yang menulis Negara Kertagama (dalam bentuk daun lontar dan ditemukan
di Cakra Negara) yang menyembah dan menyebutkan bahwa Hayam Wuruk sebagai
Betara Abadi dan Ciwa Buddha. Dengan demikian, Raja Mulawarman
sampaiHayamWuruk dipengaruhibudaya India (Hindu dan Buddha). Seperti kita ketahui,
Majapahit menjadi besar setelah menguasai Nusantara berkat Perdana Menteri Gajah

5
Mada. Sepeningggal Gajah Mada, kerajaan ini menjadi lemah bersamaan dengan
kedatangan peradaban Islam.
Peradaban Islam berkembang melalui perdagangan rempah-rempah, dan berasal dari
pantai. Kerajaan yang terpengaruh agama Hindu dan Buddha sulit menerima Islam
sehingga terjadi sinkritisme kepercayaan.Prasasti di Nusantara menyatakan bahwa kerajaan
Islam pertama di Jawa ada di Demak. Pusat peradaban Islam berkembang dan pusat
perdagangan yang umumnya dikuasai pedagang Arab, Persi, dan India. Setelah Islam
menguasai sebagian besar Nusantara, datanglah ras Eropa yang hendak mencari rempah-
rempandengancara menguasai pusat komoditas. Akibatnya, kerajaan-kerajaan kecil yang
Islam menjadi mendua dan saling konflik.
Mereka berusaha melawan ras Eropa dengan senjata teknologi yang kurang memadai
(buatan artis/empu) sedangkan Eropa menggunakan senjata teknologi hasil pertukangan
(craft). Kemampuan sistem senjata sosial yang bersumber adat istiadat, etika, norma, dan
budaya nusantaramulai dilanggar karena pengaruh Eropa. Sementara itu, ras Eropa bangkit
bersamaan dengan zaman renaisance (pencerahan), Nusantara dikuasai
Belanda,Inggris,Portugal,Spanyol. Mayoritas Nusantara dijajah Belanda, yang telah
berhasil menjadikanmasyarakat berkelas-kelas yang menimbulkan primordialisme yang
memungkinkan adanya perpecahan antar negara etnis.
Koentjaraningkrat (1979:301-316) menyatakan, masyarakat Nusantara yang majemuk
diperkirakan terdiri atas 200 suku bangsa yang memiliki bahasa, budaya, adat istiadat dan
sistem nilai yang berbeda meskipun ada juga yang mirip. Letak Nusantara yang berada di
jalan silang dunia menjadi bangsa yang terbuka, dapat menerima konsekuensi kedatangan
bermacam-macam ras/bangsa sehingga terjadi asimilasi bangsa dandengan sendirinya
terjadi asimilasi budaya.
1.1.3 Kebudayaan Indonesia
Ras Melayu yang mendiami Nusantara membentuk kerajaan-kerajaan, yang
menjadikan suku yang selanjutnya membentuk budaya yang dipengaruhi oleh konstelasi
geografi. Kerajaan yang berada di pedalaman menghasilkan budaya, etika, adat istiadat,
norma yang dipenganthi oleh usaha pertanian, sedang kerajaan di pantai dipengaruhi
olehperdagangan.Wilayah yang belum mengenalhindudanBuddha (masih menyembah
berhala) lebih kenal budaya Islamdan budaya yang dibawa oleh Eropa. Masuknya budaya
dengan jalan damai ini, tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik sebagai proses
akulturasi yang wajar.

6
Akulturasi dapatterjadi, karena budaya tidak mempunyai wujudnya yang abadi karena
perkembangan zaman. Budaya yang pada zamannya baik, tetapi pada zaman lain tidak
baik. Dengan lahirnya bangsa Indonesia yang menegara, kebudayaan bangsa ialah
kebudayaan yang timbul sebagai sebuah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya.
Kebudayaan lama dan asli terdapat puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harusmenuju ke
arahkemajuanadab,budaya,danpersatuan; dengan tidak menolak bahan-bahanbaru dan
budaya asing yang dapat memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi
derajat kemanusiaanbangsa Indonesia (Ki Hajar Dewantara).

1.2 Perjuangan Menjadi Bangsa Indonesia


1.2.1 Teori Terbentuknya Negara
1) Teori hukum alam menurut Platodan Aristoteles
Kondisi alam tempat tumbuhnya manusia yang terus berkembang dan membutuhkan
aturan dan ketertiban hingga membentuk suatu pemerintahan, dan menjadi suatu
negara.
2) Teori Ketuhanan
Segala sesuatu tedadi karena kehendak dan ciptaan Tuhan.
3) Teori Perjanjian menurut Thomas Hobbes
Manusia menghadapi kondisi alam dan menimbulkan kekerasan, manusia akan musnah
bila tidak mengubah hidupnya. Akhimya mereka bersatu untuk mengatasi tantangan
dan menggunakan persatuan dalam gerak tunggal untuk kebutuhan bersama.
4) Proses terbentuknya negara di zaman modern
Dapat berupa penaklukan, peleburan, pemisahan diri, dan pendudukan atas negara atau
wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya.

1.2.2 Unsur Negara


1) Bersifat konstitusi berarti dalam negara terdapat wilayah yang meliputi udara, darat,
dan perairan (peranan tidak mutlak), rakyat/ masyarakat, pemerintahan yang berdaulat.
2) Bersifat deklaratif berarti ditunjukkan oleh adanya tajuan negara, undang-undang
dasar, pengakuan dari negara lain; baikdefactodan de jure dalam perhimpunan bangsa-
bangsa (PBB).
3) Negara dapat berbentuk negara kesatuan (unitary state) dan negara serikat (federation).

7
Bentuk negara juga ditentukan oleh proses bangsa yang bersangkutan menjadi suatu
negara/menegara, yaitu sekelompok manusia yang berada di dalamnya merasa sebagai
bagian dari bangsa. Negara merupakan organisasi yang mewadahi bangsa, bangsa
merasakan pentingnya keberadaan negara sehingga tumbuh kesadaran untuk
mempertahankan tetap tegak dan utuhnya negara melalui upaya bela negara. Upaya ini
dapat dilaksanakan dengan baik apabila tercipta pola pikir, pola sikap, dan pola tindak
bangsa yang berbudaya yang bermotivasi untuk membela Negara.
Bangsa yang berbudaya berartibangsa yang mempunyai hubungan dengan pencipta
(beragama), bangsa yang dapat memenuhi kebutuhan/usaha dengan, sesama manusia, alam
sekitar (sosial), bangsa yang berhubungan dengan kekuasaan (politik), bangsa yang
berusaha mendapatkan keamanan, ketertiban, dan ketenteraman (pertahanan keamanan).
Sesuai dengan deklarasi dan kelaziman yang dibenarkan oleh bangsa-bangsa di dunia
yang diimplementasikan dalam pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia memutuskan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ada, karena kemerdekaan adalah hak
segala bangsa sehingga penjajahan yang bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan harus dihapuskan. Dalil ini menunjukkan bahwa hidup berkelompok dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan benegara seharusnya tidak atas dasar ekploitasi sesama
manusia tetapi harus berdasarkan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Pada perjalanan suatu bangsa/negara, sering timbul pertentangan karena perbedaan
konsep negara yang dilandasi oleh ideologi. Di sinilah ada tuntutan terbentuknya suatu
negara, memerlukan pengakuan dari bangsa lain yang diwadahi oleh mekanisme yang
lazim disebut Proklamasi Kemerdekaan.
Perkembangan ini mempengamhi perdebatandi Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) tentang batas wilayah dan perumusan UUD 1945 yang sedianya menjadi
naskah proklamasi. Tetapi tidak satu pun bangsa Indonesia yang menganggap NKRI
terbentuk atas dasar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, sekalipun pemerintah
belum terbentuk, bahkan hukum dasar juga belum disahkan.
Jadi, NKRI terjadi atas proses yang bersinambungan yaitu
 perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
 proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan, dan
 keadaan bernegara yang nilai-nilai dasamya ialah merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur

8
1.2.3 Bangsa Indonesia Menjadi Negara
Proses bangsa yang menegara di Indonesia diawali dengan pengakuan atas
kebenaranhakiki dankesejarahan yang merupakan kebenaran yang otentik.
1) Kebenaran yang berasal dari Tuhan Pencipta Alam Semesta, yaitu Keesaan Tuhan;
manusia harus beradab, bersatu, berhubungan sosial, berkeadilan. Kebenaran ini
direalisasikan dalam nilai-nilai yang dikandung Pancasila yang digali oleh Bung Karno
dan dirumuskan oleh BPUPKI tanggal l Juni 1945. Lima nilai ini dituangkan dalam
Pembukaan UUD 1945.
2) NKRI terbentuk oleh perjuangan, karena bangsa Indonesia membutuhkan wadah
organisasi untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Masuk akal jika bangsa Indonesia
memperoleh hak-haknya dan mempertahankan keutuhan NKRI. Setiap generasi harus
mempunyai pandangan yang sama untuk membangun visi dan misi bangsa, di sinilah
peran PKn.
Perkembangan bangsa Indonesia menjadi suatu negara dapat diurutkan sebagai berikut.
1) Terbentuknya NKRI dirnulai dari pembentukan ide dasar hingga Proklamasi.
2) Proklamasi mengantarbangsa lndonesia sampai pintu gerbang kemerdekaan. Artinya,
dengan kemerdekaan bukan berarti kita telah selesai, tetapi justru bangsa Indonesia
baru memulai.
3) Keadaan negara yang dicita-citakan belum tercapai, hanya dengan adanya
pemerintahan, wilayah, bangsa. Selanjutnya harus kita isi menuju keadaan merdeka,
bersatu, dan berdaulat.
4) Terbentuknya NKRI adalah kehendak seluruh bangsa, bukan sekedar keinginan
golongan tertentu.
5) Religiositas mengiringi terbentuknya NKRI dengan pernyataan, Indonesia bernegara
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang didasarkan atas kemanusiaan yang adil
dan beradab.

2. Proses Berbangsa dan Bernegara


Sebuah basa baru dapat menegara apabila memenuhi syarat seperti di bawah ini.
 Memiliki wilayah.
 Memiliki warga/penduduk.
 Memiliki pemerintahan/undang-undang.
 Memiliki pengakuan dari negara lain/internasional.

9
Hubunganbangsa, warga negara, dan negara sangat erat, dan harus dibina dan
ditingkatkan denganmemberikan hak dan kewajiban masing-masing. Warga negara berhak
mendapatkan kesejahteraan dan keamanan namun wajib membela negara; sedangkan
negara berhak mendapatkan pembelaan dari warganya, namun wajib memberikan
kesejahteraan dan keamanan kepada warganya. Hubungan timbal balik inilah yang akan
membuat suatu negara tetap kokoh.

2.1 Masyarakat, Bangsa, dan Negara


Untuk menyamakan visi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kita
harus memahami dan menerima pengertian masyarakat, bangsa, dan negara.
1) Masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan orang yang diikat oleh suatu pola atau karakteristik
tenentu; misalnya wilayah, profesi, kegemaran, tujuan. Masyarakat madani terkait dengan
peraturan negara dan mempunyai interaksi, interelasi, dan interdependensi kelompoknya.
Contoh, masyarakat desa mempunyai pola/karakeristik yang berbeda dengan masyarakat
kota, orang desa lebih guyup satu sama lain, sederhana, dan lebih percaya pada orang tua,
ketimbang kebenaran atau hukum. Pada pascareformasi, muncul istilah masyarakat
madani (civil society), yaitu masyarakat yang mempunyai tujuan bersama untuk
menjunjung tinggi peradaban bukan agama, politik, paham, dan bukan dikotomis sipil
militer. Masyarakat madani menginginkan tatanan hidup yang manusiawi, tanpa kekerasan,
berdasarkan hukum, aktif mengimbangi negara, proses check and balance antar kaum
terpelajar, sesuai dengan azas demokrasi,HAM dalam hidup berbangsa dan bernegara.
2) Bangsa
Bangsa adalah kumpulan orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa,
sejarah, dan berpemerintahan sendiri. Bangsa biasanya terikat oleh kesatuan bahasa dan
wilayah tertentu di muka bumi (Kamus Besar Bakasa Indonesia:89). Jadi, bangsa
Indonesiaialah sekelompok orang/manusia yang mempunyai beberapa kesamaan dan
kepentingan yang sama serta menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa serta berproses
dalam satu wilayah Nusantara/Indonesia. Pernyataan diri bangsa-bangsa di Nusantara
sebagai bangsa Indonesia dilakukan oleh pemuda-pemuda pada Sumpah Pemuda, yaitu
Kami putra dan putri Indonesia menyatakan berbangsa satu bangsa Indonesia.
3) Negara
Negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui

10
adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok orang
tersebut. Satu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan melalui hokum yang
mengikat masyarakat dengan kekuasaan memaksa untuk ketertiban sosial. Masyarakat ini
berada di suatu wilayah yang membedakannya dari kondisi masyarakat lain di luarnya.
Masyarakat yang mendiami pulau-pulau di nusantara yang dilatarbelakangi rohani dan
jasmani yang berbeda-beda telah berikrar menjadi satu bangsa yaitu bangsa Indonesia
(Sumpah Pemuda) karena mempunyai satutujuan bersama, yaitu kesejahteraan. Kelompok
masyarakat yang telah menjadi bangsa Indonesia ini terusberjuang untuk dapat menegara;
yang kemudian direbutnya dari tangan penjajah. Tanggal 17 Agustus 1945, bangsa
Indonesia menegara dan telah mempunyai syarat bernegara dan telah puladiakui secara
intemasional.

2.2 Pembentukan Jati Diri Bangsa


Jati diri bangsa dapatditemukan melalui dua pandangan. Pertama, jati diri sebagai
konsep teologi, identik dengan fitrah manusia, maka jati diri bangsa merupakan kualitas
universal yang inheren pada setiap manusia. Kedua jati diri bangsa dari segi politik sebagai
suatu pilihan melalui Sumpah Pemuda yang mengubah kekamian menjadi kekitaan,
sebagai upaya memperoleh kesadaran baru jati diri bangsa Indonesia.
Jati diri bangsa tidak saja menyangkut persamaan simbolis seperti pakaian; yang lebih
esensial adalah keterkaitan dan komitmenterhadap nilai budaya yang sama. Jati diri bangsa
Indonesia terkait dengan kesadaran kolektif yang terbentuk melalui proses sejarah yang
direfleksikandalambudaya sipil dengan titik kulminasinya saat diikrarkan Sumpah Pemuda
dan Proklamasi Kemerdekaan.

Sumpah Pemuda
Kami putra putri Indonesia mengaku:
Berbangsa satu, bangsa Indonesia
Bertanah air satu, tanah air Indonesia
Menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

11
Proklamasi
Kami, bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal
yang mengenai perpindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
17 Agustus 1945
atas nama bangsa Indonesia
Sukarno, Hatta
Bangsa Indonesia mendiami pulau-pulau di nusantara yang membentuk komunitas utuh
yang memiliki jati diri. Pembentuk jati diri bangsa Indonesia seperti berikut ini.
1) Suku Bangsa
Suku bangsa merupakan kelompok sosial dan kesatuan hidup yang mempunyai sistem
interaksi, system norma, kontinuitas,danrasa identitas yang mempersatukan semua anggota
serta memiliki sistem kepemimpinan tersendiri. Di nusantara terdapat banyak kerajaan
Kuna yang dipengaruhi Hindu. Masyarakat nusantara berasal dari wilayah sekitar pulau
dan daratan di sekelilingnya (bukan dari Cina Selatan dan India) dengan ras melayu yang
menyebar ke Filipina Selatan, Pasifik, hingga Madagaskar. Mereka membaur dan menjadi
suku bangsa di Indonesia.

2) Agama
Sejak awal nusantara dipengaruhi Hindu (Kerajaan Erlangga) dan Budha (Kerajaan
Sriwijaya), tetapi mereka memberi toleransi terhadap datangnya peradaban Islam melalui
Gujarat, dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangwua
(walaupunberbeda namun satu jua adanya, sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan
yang berbeda) sedangkan agama Kristen masuk bersama dengan ras Eropa, agama Kong
Hu Chu diakui sejak tahun 2000.

3) Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter dari alat ucap manusia. Di Indonesia
terdapat banyak bahasa mewakili banyaknya suku bangsa maka diperlukan bahasa yang
mampu menyatukan semua bahasa daerah. Telah ditetapkan bahwa bahasa Indonesia yang
berasal dari bahasa melayu dan telah dipakai sebagai bahasa lingua franca (pergaulan)
antarpedagang di nusantara menjadi bahasa persatuan/ nasional di Indonesia. Bahasa
adalah anak kebudayaan, tanpa kemampuan berbahasa, manusia tidak dapat

12
mengembangkan kebudayaannya karena akan hilang sarana untuk meneruskan nilai-nilai
budaya dari generasi ke generasi.

4) Budaya Nasional
Kebudayaan adalah kegiatan dan penciptaan batin manusia, berisi nilai yang digunakan
sebagai rujukan hidup. Kebudayaan nasional ialah sebagai puncak-puncak kebudayaan
daerah yang menyatu dalam semangat nasionalisme yaitu sumpah pemuda. Kemajemukan
budaya dijadikan konsep Bhineka Tunggal Ika yang menjadi budaya nasional yang
dijadikan pegangan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan
landasan cinta dan bangga terhadap tanah air menjaga nilai kebersamaan, saling
menghormati, saling mencintai, saling menolong antar sesama. Budaya nasional
merupakan manifestasi kekitaan sebagai bentuk keterbukaan bukan kekamian sebagai
bentuk ketertutupan. Kebudayaan sebenarnya adalah jawaban dari pertanyaan Siapa kita?
Akan jadi apa kita? Watak apa yang kita inginkan? Bagaimana kita mewujudkan masa
depan?

5) Wilayah Nusantara
Wilayah nasional Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau besar dan kecil yang
terbentang di khatulistiwa serta terletak di posisi silang yang sangat strategis dan memiliki
karakteristik khas yang berbeda dangan negara lain. Wilayah nusantara mempunyai potensi
yang dapat diperlakukan secara negatif maupun positif sehingga memunculkan keunggulan
sekaligus kelemahan. Semua ini harus dipandang secara utuh menyeluruh dan harus
disikapi dalam kebijakan politik. Kebijakan nasional yang berwawasan nusantara tanpa
melupakan ciri khas bagian wilayah dalam rangka mempertahankan keutuhan wilayah
NKRI, yang merupakan bagian dari identitas nasional.

6) Ideologi Pancasila
Ideologi adalah pengetahuan tentang gagasan manusia, masyarakat, dan dunia secara
keseluruhan sehingga merupakan suatu sistem. Kemudian digunakan untuk menamakan
pengetahuan yang mengkaji motivasi dan penghalalan tindak-tindak politik. Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
sebagai sistem ide secara nomatif memberikan persepsi, landasan, serta pedoman tingkah
laku bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan untuk mencapai tujuan. Dalam ideologi
Pancasila dikandung pemikiran komprehensif integral, sebagai aliran kesisteman, dari

13
situasi kehidupan bangsa di nusantara yang serta majemuk. Ideologi Pancasila sebenamya
menggambarkan keinginanbangsa Indonesia ke depan yang dulunya terjajah, mudah diadu
domba, rapuh, tidak memiliki interaksi sosial dan serba majemuk. Jadi menurut Franz
Magnis Suseno SJ, jangan pernah menyerahkan negara dan bangsa Indonesia ini kepada
ideologi manapun karena setiap ideologi akan lebih cocok dengan bangsanya sendiri.
Dengan demikian Ideologi Pancasila dijadikan pandangan hidup (way of life), dasar
falsafah NKRI, dan norma dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Unsur-unsur pembentuk jati diri bangsa membentuk tiga identitas.


a. Identitas Fundamental adalah Pancasila yang merupakan falsafah bangsa, dasar negara,
dan ideologi negara.
b. Identitas Instrumental ialah UUD 1945 dan tata perundangannya, bahasa Indonesia,
lambang negara, bendera negara dan lagu Indonesia Raya.
c. Identitas Alamiah ialah ruang hidup bangsa sebagai negara kepulauan yang pluralis
dalam suku, bahasa, agama dan kepercayaan.

2.3 Paham Nasionalisme Indonesia


2.3.1 Pengetian Nasionalisme
Nasionalisme, menurutEmestGellenervia adalahsuatuprinsippolitik yang beranggapan
bahwa unit nasional dan politik seharusnya seimbang (Arifin, M. 2(106:21). Sedang
Hobsbawmmenyatakan, nasionalisme lebih menekankan aspek politik (E.J. Hobsbawn,
1992:9). Gellner berpendapat, nasionalisme adalah suatu bentuk munculnya sentimen dan
gerakan, sentimen secara psikologis merupakan bentuk antipati atau ungkapan marah,
benci; yang menurutnya sentiment ini memunculkan bentuk gerakan penekan (Arifin, M.
2006:16).
Anderson berpendapat bahwa nasionalisme dipahami sebagai kekuatan dan kontinuitas
dari sentimen dan identitas nasional dengan mementingkan nation, yaitu suatu konstruksi
ideologi yang nampak sebagai pembentuk garis antara kelompok budaya dan negara, dan
mereka yang membentuk komunitas abstrak berdasarkan perbedaan dari negara, dinasti,
atau komunitas berdasarkan kekerabatan yang mendahului pembentukan negara
(Anderson,1999:100). H. Kohn mengemukakan, nasionalisme adalah suatu bentuk state of
mind and an act of consciousness, jadi sejarah pergerakan nasional harus ditanggapi

14
sebagai historyofidea. Jadi ide/ pikiran/ motifikesadaran harus berhubungan dengan
lingkungan konkret dari sosio-historis (Masoed, 1998: 195).
Rumusan nasionalisme yang dikutip oleh Sartono Kartodirdjo (1972) antara lain:
nasionalisme sebagai persepsi mahasiswa terhadap nasionalisme pasca reformasi
(Lamprech, 1920) mental masyarakat (Meineck,1901), sejumlah perasaandan ide yang
kabur ( Hertz, 1951), a sense of belonging. Sejumlah pengertian tersebut tidak terdapat
perbedaan yang mendasar, justru menunjukkan persamaan, yaitu semua lebih bersifat
sosiopsikologis. Artinya nasionalisme tidak lahir dengan sendirinya, tetapi lahir dari suatu
respon secara psikologis, politik, dan ideologis terhadap peristiwa yang mendahuluinya,
yaitu imperialisme. Dengan demikian terbentuknya nasionalisme lebih bersifat subyektif
karena merupakan reaksi group consciousness, we-sentiment, corporate will dan berbagai
fakta mental lainnya. Secara analisis, nasionalisme mempunyai tiga aspek yang dapat
dibedakan.
1) Aspek kognitif menunjukkan adanya pengetahuan atau pengertian akan suatu
fenomena yaitu situasi kolonial pada segala posisinya.
2) Aspek orientasi yang menunjukkan kesadaran yang dianggap berharga oleh pelakunya;
dalam hal ini adalah bebas dari kolonialisme.
3) Aspek afektif, yaitu tindakan kelompok yang menunjukkan situasi dengan pengaruhnya
yang menyenangkan atau menyusahkan bagi pelakunya (Kartodinijo,1972: 55-69).

2.3.2 Perkembangan Nasionalisme di Indonesia


Untuk menjelaskan perkembangan nasionalisme di Indonesia, sebaiknya dijelaskan
bagaimana keberadaan kolonialisme/penjajahan, hal ini sesuai dengan beberapa rumusan
pengertian nasionalisme yang merupakan dampak langsung maupun tidak langsung dari
kolonialisme. Kolonialisme di Indonesia telah dirasakan sejak tahun 1511, yaitu ketika
Portugis menundukkan Malaka, dan sekitar tahun 1640 ketika Belanda berhasil merebut
Malaka dari tangan Portugis.Portugis masuk ke wilayah Nusantara melalui perdagangan,
demikian juga dengan Belanda menguasai perdagangan interinsuler di hampir seluruh
Nusantara. Hal ini menunjukkan awal masuknya penguasaan kolonialisme Belanda,
terutama di Pulau Jawa ketika Raja Mataram menyerahkan kekuasaan atas daerahnya di
Pantai Utara Pulau Jawa kepada VOC tahun 1749 (Husken,I998:64-67).
Eksploitasi kolonial Belanda mulai dirasakan di Pulau Jawa sejak tahun-tahun
pembubaran VOC, tahun 1675 dan awal pembentukan culturstelstel, terutama rencana
Daendels membangun sarana danprasarana yang membutuhkan pengerahan tenaga kerja

15
paksa dan rencana Raffles menerapkan sistem pajak tanah. Puncaknya ketika Jenderal Van
den Bosch (1830) mengeluarkan kebijakan tentang eksploitasi negara tanah jajahan
menjadi pedoman kerja pemerintah kolonial. Maksud kebijakan tersebut untuk mencapai
peningkatan semaksimal mungkin produksi pertanian untuk Eropa. Kebijakan ini
lebihbermuatanekonomi, tetapi seiring denganperkembangan ekonomi yang pesat
berdampak pada kebijakan yang besifat politis; yaituadanya perluasan jabatan pemerintah
kolonial secara besar-besaran di Nusantara; mulai dari karesidenan hingga kedistrik.
Sistempemerintahan inibersifat sentralistik dan ekstrim, birokrasi kakudanotokrasi mutlak,
tidak ada satu badan politik pun yang menjadi alat penyalur aspirasi rakyat
(Kartodirdjo,1972:29-29). Jelas bahwa penindasan ini memunculkan kesadaran untuk
melepaskan diri dari kungkungan kolonialisme, bentuk kesadaran inilah mengarah pada
suatu bentuk ikatan sentimen dan solidaritas sosial berupa nasionalisme.
Nasionalisme di Indonesia dimunculkan berbagai bentuk pergerakan nasional.
Pergerakan ini lebih disebabkan oleh adanya kesadaran yang terus berkembang, yaitu
kesadaran terhadap situasi yang tertindas, terbelakang, dan diskriminatif yang melahirkan
suatu keinginan untuk bebas, merdeka, dan maju. Sedangkan secara eksternal, dipengaruhi
oleh perlakuan Jepang terhadap Rusia tahun 1905, kemudian Gerakan Turki Merdeka,
Revolusi Cina, dan gerakan nasional dinegara-negara tetangga, sepeti India dan
filipina.Peristiwa-peristiwa tersebut membesarkan kesadaran nasional yang memunculkan
harga diri sebagai bangsa yang mandiri. Walaupun pengaruh ekstenal inidapat membangun
kesadaran pemuda Indonesia "kalau mereka bisa kenapa kita tidak bisa"; sebenarnya
kesadaran akan harga diri bangsa lebih dimunculkan karena faktor intenal karena dirasakan
langsung oleh bangsa Indonesia.

2.3.3 Nasionalisme Mahasiswa


Bentuk gerakan nasional dimulai dari Gerakan Budi Utomo 1908, Gerakan Jawa Muda
(Jong Java) 1911, Gerakan Pribumi (Inlandsche Beweging) 1914, Kongres Kebudayaan
1916, dan Sumpah Pemuda1928. Berdirinya Organisasi Mahasiswa Indonesia di Belanda,
yaitu Indische Vereeniging 1908 berkembang menjadi Organisasi Identitas Nasional 1925
dengan nama Perhimpunan Indonesia dan berubah menjadi lndonesia Merdeka. Berdirinya
Sarikat Islarn 1921 yang disponsori oleh Tjokroaminoto dan berdirinya Persatuan Nasional
Indonesia (PNI) 1927, dan berbagai bentuk organisasi lainnya yang bersifat kesukuan,
seperti Jong Sumatera, Jong Celebes.

16
Meskipun muncul berbagai gerakan, yang bersifat kesukuan, pada akhirnya dapat
dipersatukan oleh gerakan-gerakan yang bersifat integratif karenadapat merangkul
semuakepentingan. Gerakan Pribumi, Perhimpunan Indonesia, dan puncaknya Sumpah
Pemuda dikatakan sebagai gerakan yang integratif yang mengusung Ideologi Nasionalis.
a. Kesatuan nasional
Perlunya mengeyampingkan perbedaan-perbedaan yang sempit dan perlu dibentuk
suatu kesatuan aksi melawan Belanda untuk menciptakan kebangsaan Indonesia yang
merdeka dan bersatu.
b. Solidaritas tanpa melihat perbedaan yang terdapat antara sesama bangsa Indonesia, dan
perlu kesadaran adanya pertentangan kepentingan antara penjajah dan yang terjajah,
serta kaum nasionalis harus mempertajam konflik.
c. Non-kooperatif
Keharusan menyadari bahwa kemerdekaan bukan hadiah suka rela dari Belanda. Tetapi
harus direbut oleh bangsa Indonesia dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan
sendiri. Oleh karena itu, tidak perlu mengindahkan dewan perwakilan kolonial.
d. Swadaya
Dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, perlu dikembangkan suatu
struktur altenatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi, dan hukum yang
kuat berakar dalam masyarakat dan sejajar dengan administrasi kolonial.
Dengan kemampuan dan kekuatan bangsa Indonesia ini, akhirnya mampu merebut
kemerdekaannya sendiri dan diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Sejak saat inibangsa
Indonesiamempunyai tugas untuk mencapai cita-cita nasional yaitu membentuk Negara
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, dan mewujudkan tujuan nasional yaitu
melindungi segenapbangsa Indonesiadan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia. Semua ini berlandaskan perdamaian abadi yang berlandaskan Pancasila.
Bangsa Indonesia harus mampu mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang
dilaksanakan sesuai dengan perkembangan bangsa dan negara Indonesia, terutama
kekuasaan pemerintah. Terjadi periodesasi pembangunan, yaitu
1) 1945 sampai 1965 Orde Lama,
2) 1965 sampai 1998 Orde Bam,
3) 1998 sampai sekarang Orde Reformasi.

17
Semua orde membutuhkan nasionalisme dari warga negara, yang bentuknya mengikuti
perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara.
Sikapnasionalisme mahasiswa Indonesia dimulai pada masakolonial Belanda, yaitu
ketika mahasiswa yang belajar di STOVIA mencoba memulai gerakan anti kolonial dan
imperialis dengan mendirikan Budi Utomo 1908, Tri Koro Dharmo 1915. Kedua gerakan
ini yang mempelopori aksi mahasiswa dalam mengimplementasikan sikap nasionalismenya
dan berujung pada Sumpah Pemuda. Setelah kemerdekaan, sekitar tahun 1950-1959
banyak oganisasi pemudayang menarik anggota dari Front Pemuda Indonesia, dan pada 28
Febmari 1957 mahasiswa Universitas Indonesia (UI) memprakarsai pembentukan Federasi
Mahasiswadenganmenggalang senatmahasiswa dari berbagai universitas dengan nama
Majelis Mahasiswa Indonesia.
Melihat sepak terjang politik Indonesia yang bersinergi dengan militer, mahasiswa
tidakambil diam. Bukti-bukti peranmahasiswadalam kehidupan berbangsa cukup banyak,
misalnya gerakan Malari yang berakhir dengan dipecatnya Jenderal Sumitro ( Menko
Polkam, waktu itu) yang dianggappro mahasiswa Yang paling populer adalah gerakan
mahasiswa dalam menggoyang Orde Baru 1998 yang berujung pada lengsernya Soeharto
sebagai presiden Indonesia keenam kalinya dan digantikan BJ Habible. Sejak itu,
mahasiswa sebagai agent of change menjadi sangat populer. Belum lagi peran-peran kecil
yang sangat menentukan kehidupan di lingkungannya, baik di kampus, daerah, maupun
nasional dalam mengusung isu-isu untuk kesejahteraan rakyat.

2.3.4 Ciri Nasionalisme Indonesia


a. Bhineka Tunggal Ika, mengakui keanakeragaman budaya, bahasa, tradisi di nusantara,
b. Etis, memaharni Pancasila,
c. Universalitas, mengakui harkat martabat manusia yang universal,
d. Terbuka secara budaya dan religi, tidak menutup diri dan merupakan pertemuan aneka
ragam budaya dan agama,
e. Percaya diri dalammenjamin komunikasi dengan tetangga dan dunia.

2.3.5 Integrasi Nasional


Integrasi nasional merupakan komunikasi dan interaksi sukubangsa yang mendiami
bumi Nusantara yang diikrarkandalamSumpahPemuda. Aspirasi ini terwujud secara sah
dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di duniamelalui Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia, 17 Agusus 1945. Sejarah menunjukkan keanekaragaman budaya justru menjadi

18
hikmahbagi bangsa Indonesia yang mampu rnemunculkan faktor pelekat integrasi bangsa.
Perekat bangsa Indonesia ialah bahasa Indonesia sebagai perekat sosial budaya bangsa.
Pancasila sebagai perekat semangat hidup meraih cita-cita bersama, dan TNI sebagai
perekat wilayahNKRI.Integrasi nasionalmerupakan kerangka berfikirfilosofi segenap
bangsa Indonesia yang mengacu pada wawasan nusantara dalam penciptaan persatuan dan
kesatuan bangsa dan Negara melalui persamaan dan perbedaan dari seluruh elemen bangsa
yang ada di dalamnya.
Identitas nasional memerlukan integrasi nasional yang kokoh. Integrasi berbeda dengan
pembaruan. Integrasi sosial berwujud pluralisme, integrasi budaya; berarti penyesuaian dua
atau lebihbudaya agar menjadi suatu sistem budaya yang selaras melalui penyerapan
unsur-unsur baru. Integrasi sosial ialah penangguhan masalah konflikmelalui modifikasi
dan koordinasi dari unsur-unsur budaya baru dan lama yang menyatupadukan kelompok
masyarakat yang asalnya berbeda, hal ini dapat disamakan dengan pembauran. Pembauran
berwujudasimilasi antarindividu atau antar kelompok yang mempunyai jatidiri asal
menjadi kelompok baru denganjatidiribersama, sedangkan pluralisme budaya adalah
pendekatan heterogen suku-suku dan kelompok-kelompok minoritas diperkenankan
mempertahankan jati dirinya masing-masing.
Integrasi nasional yang mempakanpenyatuanbagian-bagian yang berbeda menjadi satu
kesatuan utuh yang membentuk bangsa, boleh juga diartikan bahwa integrasi nasional
merupakan upaya pemerintah yang semakin meningkat untuk menerapkan kekuasaan di
seluruh wilayah.
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional
sehingga diperlukan keadilandan kebijakandengan tidak membedakan suku, agama, ras,
dan antargolongan dalam membangun dan membina stabilitas politik. Upaya integrasi
nasional bangsa Indonesia perlu terus diupayakan karena integrasi nasional menunjukkan
tingkat kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa yang menjamin terwujudnya negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Ancaman disintegrasi bangsa masih terjadi, baik di bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan keamanan semata tetapi juga dapat merembet ke arah perpecahan fisik
atau wilayah. Hal ini dapat dilihat pada konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan
Barat, dan Papua. Tetapi, harus diingat bahwa setiap manusia tidak dapat dipisahkan dari
ruang hidupnya. Salah satu upaya mencegah disintegrasi bangsa, bangsa Indonesia harus
memiliki wawasan yang sama atas wilayah yang diklaim sebagai miliknya dan harus
dipertahankan sampai titik darah yang penghabisan.

19
3. Pemberdayaan Identitas Nasional
Pemberdayaan identitas nasional, tidak lain melalui revitalisasi Pancasila, yang
mengandung dimensi seperti di bawah ini.
a. Realitas, dalam arti nilai-nilai yang dikandung Pancasila bersifatobjektif yang dapat
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.
b. Idealitas, dalam arti idealisme yang dikandung Pancasila bukan sekedar utopis tanpa
makna tetapi sebuah kata kerja untuk membangkitkan gairah dan optmisme dalam
menjalani masa depan.
c. Fleksibilitas, adanya Pancasila terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan sehingga Pancasila tetap aktual, relevan, serta fungsional
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang bhineka tunggal ika.
Dengan demikian, identitas nasional dapat dipahami oleh masyarakat sebagai penerus
tradisi dengan yang diwariskan dan diajarkan oleh nenek moyang kita. Namun, perlu
diingat bahwa zaman senantiasa berubah yang tidak saja berbeda, bahkan bertentangan
dengan nilai-nilai tradisi yang diwariskan. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir dan
bertindak dengan mengkritisi nilai tradisi menjadi visi ke depan sehingga nilai tradisi
bukan hanya sebagai normatik dan nostalagik tetapi yang lebih penting adalah sebagai visi
bangsa.
Dalam kehidupan yang terus berubah, Pancasila tidak terhindar dari rasa sinisme,
pelecehan, gugatan terhadap kredibilitas dirinya sebagai dasar negara atau sebagai
manisfestasi identitas nasional. Tetapi perlu diingat bahwa pada masa Orde Lama, ada
upaya untuk membengkokkan Pancasila oleh komunis, tetapi bangsa Indonesia mampu
mengembalikan Pancasila sebagai identitas bangsa dan dasar negara. Pada Orde Reformasi
ini, Pancasila mendapat tantangan globabsasi, dan belajar dari sejarah; Pancasila akan tetap
tegak di bumi pertiwi Indonesia. Untuk itu, kita harus sadarbahwaideologi akan sesuai
untuk suatu bangsa adalah ideologi yang sesuai dengan jati bangsa yang merupakan
manifestasi identitas nasional. Bagi bangsa Indonesia, ideologi yang sesuai adalah
Pancasila, bukan yang lain.

3.1 Keterkaitan Identitas Nasional dan Globalisasi


Faktor-faktor globalisasi memungkinkan terjadinya transnasionalisme, yaitu warga
negara yang mengikuti atau masuk dalam pergaulan global sehingga nasionalisme
diungguli oleh warnaglobal.Tantangan global ini dapat mengikis kepribadian bangsa

20
Indonesia, globalisasi dapat mengubur nilai nasionalisme dan mengedepankan nilai
transnasionalisme.
Dalam hal ini tata nilai bangsa Indonesia semakin bergeser yang ditandai dengan
mengedepankan sikap individual yang bertentangan dengan asas gotong royong, semakin
mengedepankan sikap materialisme yang menilai harkat dan martabat manusia hanya
diukur dari kekayaan. Hal ini bertentangan dengan nilai spiritual bangsa Indonesia. Hal ini
semakin serius dengan adanya arus informasi melalui perkembangan teknologi informasi
yang tidak dapat dibendung.
Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antarnegara sangat longgar
sehingga muncul kejahatan mulfinasional, misalnya narkoba, pencucian uang, pemalsuan
dokumen keimigrasian, terorisme. Hal ini akan mempengaruhi nilia-nilai budaya bangsa
yang selama ini dipertahankan semakin memudar. Diperkuat oleh peredaran narkoba
sampai ke pelosok negeri yang merusak kepribadian dan moral bangsa, khususnya generasi
penerus bangsa. Semua ini adalah upaya global dalam pembelokan jati diri bangsa.
Ke mana kita harus berjalan?
Sebagai antisipasi kita harus meningkatkan kecintaan kita terhadap nilai-nilai yang
dianut oleh bangsa Indonesia. Di satu sisi kita tidak boleh menutup diri dari globalisasi
dengan berbagai macam dampaknya. Di sisi lain, sebagai bangsa, kita harus
mempertahankan karakter atau kepribadian bangsa sesuai dengan nilai spiritualbangsa
Indonesia, yaitu Pancasila dan bersikap mandiri; disiplin; proaktif/wirausaha.
Solusi yang ditawarkan untuk menyelamatkan bangsa ialah kesepakatan kebangsaan
dalam mempertahankan keutuhan bangsa dalam nilai Bhineka Tunggal Ika untuk
mengembangkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Faktor perekatnya adalah
keberadaan negara Indonesia yang mampu menjamin dan memberikan kebebasan kepada
tiap komponen bangsa untuk 'mengembangkan diri dan mengejarkepentingan masing-
masing dengan tidakmengenyampingkan adanya persaman asosiatif.
Kesepakatan kebangsaan berciri seperti di bawah ini :
a. Didasari niat baik, bahwa kesepakatan kebangsaan bukan hanya artifikasi dan formal
tetapi juga spiritual yang direalisasikan dalam gerak dan langkah seluruh wargadalam
mekanisme yang disepakati bersama.
b. Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari reformasi, dengan tidak ada pamrih dan
kepentingan kelompok tertentu.
c. Melibatkan seluruh warga bangsa dalam kesetaraan untuk membangun bangsa dan
negara.

21
d. Menjunjung tinggi hukum yang menjunjung tinggi prinsip praduga tak bersalah, norma
dan etika sosial, serta tidak terpolusi oleh dendam atau politik.
Dengan pola sikap yang didasari niat baik, kejujuran, keterbukaan, kesetaraan dan
saling percaya, akan dapat dikembangkan keikhlasan untuk saling memaafkan dan
toleransi yang mendasari kokohnya komitinen kebangsaan. Dengan demikian akan tercapai
satu tekad yang mendasari itikad setiap komponen bangsa untuk rela berkorban demi
kepentingan hari depan bangsa sehingga globalisasi tidak dapat memanfaatkan kerawanan
situasi dan kondisi psikologis untuk membut hati, pikiran, kemauan bangsa Indonesia.

3.2 Revitalisasi Ideologi Pancasila sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional


Pancasila pada hakikatnya adalah ideologi humanis yang bercirikan emansipatoris yang
mampu menggerakkan masyarakat untuk melaksan nilai-nilainya.Menghadapiglobalisasi
bangsa Indonesia, mulai kehilangan jati dirinya sehingga, misalnya mempunyai
kecenderungan konsumerisme, membeligengsi, kehidupan yang semu. Semua ini jelas
akan membelokkan identitas nasional yang pada akhirnya dapat mengoyang ideologi
Negara, Pancasila, padahal Pancasila merupakan idenfitas fundamental.
Ideologi Pancasila telah menempatkan bangsa Indonesia duduk
berdampingandenganbangsa lain sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat
Indonesia telahmenjadi bangsa yang unik dengan idelogi sendiri dan tidak kurang
dihanyutkan dalarn pusaran ideologi tetapi aspek emosional dan identitas nasional serta
patriotisme telah dipadukan dalam sistem ideologi Pancasila. Revitalisasi Pancasila harus
diarahkan pada pembinaan dan pengembangan moral Pancasila sehingga dapat dijadikan
dasar dalam upaya mengatasi krisis yang mulai menyentuh segala sendi kehidupan. Untuk
itu perlu dukungan dengan kepastian hukum sehingga implementasi Pancasila tidak
menimbulkan legalitas yang represif, kontra produksi, dan tidak bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila.

22
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Identitas Nasional Indonesia ialah jati diri yang membentuk bangsa yaitu
berbagai suku bangsa, agama, bahasa Indonesia, budaya nasional, wilayah
nusantara, ideologi Pancasila. Identitas nasional tidak terlepas dari nasionalisme
yang berhubungan dengan jati diri bangsa.Paham Nasionalis terbukti dapat menjadi
pemersatu bangsa dengan mengembalikan Pancasila sebagai identitas bangsa dan
dasar Negara pasa masa Orde Lama.
Faktor-faktor globalisasi memungkinkan terjadinya transnasionalisme, solusi
yang ditawarkan untuk menyelamatkan bangsa ialah kesepakatan kebangsaan
dalam mempertahankan keutuhan bangsa dalam nilai Bhineka Tunggal Ika untuk
mengembangkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

2. SARAN
Diharapkan setiap warga Negara terutama kaum muda harus lebih
mempertahankan karakter atau kepribadian bangsa sesuai dengan nilai spiritual
bangsa Indonesia yang sesuai dengan karakteristik Identitas Nasional Indonesia.
Dan penting untuk kita tidak kehilangan Identitas Negara sebagai tonggak
kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau bukan kita siapa lagi ?

23
DAFTAR PUSTAKA

“Buku Pendidikan Kewaranegaraan”

24

Anda mungkin juga menyukai