Anda di halaman 1dari 37

I.

KOMPETENSI DASAR

Mata kuliah ini memberikan


keahlian kepada mahasiswa
dalam memahami asuhan pada
ibu nifas normal.
II. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
masa nifas dengan benar
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan
asuhan masa nifas dengan tepat
3. Mahasiswa dapat menjelaskan peran dan
tanggung jawab bidan dalam masa nifas
4. Mahasiswa dapat menjelaskan tahapan
masa nifas
5. Mahasiswa mampu menguraikan program
nasional dan kebijakan teknis pada masa
nifas yang benar.
III. REFERENSI
1. Varney’s Midwifery : Varney hal 623 – 625
2. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2001, BUKU
IV Asuhan Kebidanan pada Ibu post
partum.
3. Yayasan bina pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal : Jakarta 2000 hal 122 – 123.
4. Manuaba, Ida Bagus Gde, Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC, 1998 hal 190 –
194.
IV. PENDAHULUAN
Sebagai bidan, kita seyogyanya lebih
memahami dan mengenal terlebih dahulu
tentang masa nifas, Walaupun ibu menderita
nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi
biasanya merupakan peristiwa yang
menyenangkan karena dengan berakhirnya
masa kehamilan yang telah lama ditunggu-
tunggu, dan dimulainya suatu kehidupan baru
Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu
masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan
timbul masalah atau penyulit yang bila tidak
ditangani segera secara efektif dan dapat
membahayakan kesehatan atau mendatangkan
kematian bagi ibu. Lebih dari separuh kematian
ibu terjadi dalam masa nifas, sehingga masa nifas
ini sangat penting untuk dipantau oleh bidan.
V. URAIAN MATERI
1. Pengertian Masa Nifas
 Masa nifas ( Puerperium ) dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
 Pada masa nifas alat-alat genital
internal maupun eksternal akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhan disebut Involusio.
Disamping involusio ini terjadi juga
perubahan-perubahan penting lain,
yakni timbulnya laktasi.
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik
maupun psikologis
 Melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya, perawatan bayi sehat dan Keluarga
Berencana.
 Memberikan pelayanan keluarga berencana.
 Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun
bayinya. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan
50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama.
3. Periode Masa Nifas/Tahapan Masa
Nifas
Masa nifas dibagi dalam 3 periode :
 Immediate Puerperium
Adalah keadaan yang terjadi segera setelah
persalinan sampai 24 jam sesudah
persalinan (0-24 jam sesudah melahirkan).

 Early Puerperium
Adalah keadaan yang terjadi pada permulaan
Puerperium. Waktu 1 hari sesudah melahirkan
sampai 7 hari (1 minggu pertama).

 Late Puerperium
Adalah 1 minggu sesudah melahirkan.
4. Perubahan Fisik pada masa Nifas
1. Involusi/pengerutan uterus
Merupakan suatu proses dimana uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil atau suatu proses di
mana uterus kembali kekondisi sebelum hamil
dengan bobot 60 gram.

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 300 gram
6 minggu Bertambah kecil 40-60 gram
8 minggu Normal 30 gram
Otot-otot uterus berkontraksi segera post
partum, proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta di lahirkan. Bekas
implikasi plasenta, kembali normal pada minggu
ke 6.

Perubahan pada serviks, warna serviks merah


kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Segera setelah janin lahir, tangan pemeriksa masih
dapat dimasukkan dalam kavum uteri. Setelah 2
jam hanya dimasukkan 2-3 jari. Satu minggu hanya
dapat dimasukkan 1 jari hal ini penting dalam
penanganan kala uri.
Serviks kembali merapat, ligamen-ligamen dari
diafragma pelvis serta fasia yang meregang
selama kehamilan dan partus setelah janin lahir
berangsur-angsur kisut kembali seperti
sediakala.
Perubahan pada luka jalan lahir, seperti luka
episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina
dan serviks akan cepat sembuh dengan
perawatan dan gizi yang baik, terkecuali bila
terdapat infeksi.
• Lochea
lochea adalah cairan yang dikeluarkan oleh uterus melalui
vagina pada masa nifas. lochea mempunyai reaksi basa yang
dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal.
lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat,
dan volumenya berbeda – beda pada setiap wanita. lochea mengalami
perubahan karena proses involusi.

a. Lochea Rubra
Lochea Rubra muncul pada hari pertama sampai hari ke tiga masa
postpartum. Locea ini mengandung darah segar bercampur sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
b. Lochea Sangunolenta
Lochea ini muncul pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh terdiri dari
darah bercampur lendir berwarna merah kekuningan.

c. Lochea Serosa
Lochea ini muncul pada hari ke tujuh sampai ke empat belas, warnanya
kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah dan lebih banyak serum.
d. Lochea Alba
Lochea ini muncul setelah hari ke empat belas, cairannya berwarna putih,
mengandung lekosit, selaput lendir serviks dan jaringan yang telah mati.

e. Lochea parulenta
Bila terjadi infeksi, cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochiastatis
Lochea yang tidak lancar keluarnya dan terjadi infeksi.
5. Perubahan Psikologis pada ibu nifas
1. Periode Taking In
Terjadi pada hari ke 2 post partum, ibu baru
umumnya pasif dan tergantung perhatiannya
tertuju pada kekhawatirannya akan
tumbuhnya. Ia mungkin akan mengulang
pengalaman waktu bersalin, ibu harus cukup
istirahat untuk mengembalikan keadaan
normal, selera makan ibu biasanya
bertambah, kurang nafsu makan menandakan
proses pengambilan kondisi ibu tidak
berlangsung normal.
2. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 2-4 post partum, ibu
memperhatikan kemampuannya menjadi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab terhadap bayinya. Ibu
berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya
BAK, BAB, kekuatan dan ketahanan tubuhnya, ibu
berusaha keras untuk menguasai tentang perawatan
bayi, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir
dan cepat menerima nasehat bidan atau perawat dan
menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat
pribadi.
3. Periode Letting Go
Periode ini terjadi setelah ibu pulang kerumah,
perhatian yang diberikan keluarga sangat
berpengaruh. Ia bertanggung jawab terhadap
perawatan bayi yang menyebabkan kurangnya
hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
Depresi post partum umumnya terjadi dalam
periode ini.
1. Perubahan pada perineum
Perineum ibu pada saat persalinan spontan kadang-kadang mengalami
luka. Hali ini sering terjadi pada ibu yang mempunyai perineum kaku
sehingga luka-luka tersebut harus dijahit supaya kembali seperti semula.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Pada sistem pencernaan sangat disarankan pada ibu setelah bersalin


mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein untuk
proses penyembuhan luka-luka setelah persalinan, banyak mengandung
serat agar mempermudah pada saat defekasi, cukup kalori dan air untuk
pemulihan tenaga selama persalinan.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Ibu setelah bersalin diharapkan maksimal 6 jam persalinan post partum ibu
sudah kencing sendiri akibat pada partus, muskulus spingter vesika uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin sehingga fungsinya terganggu. Bila hak
ini terjadi lakukan kateterisasi pada ibu tersebut .

4. Perubahan sistem muskuloskeletas / diastasis rectie abdominis

Pada periode post partum, terjadi sedikit relaksasi


otot dan hipermobilitas persendian. Ibu akan
mengalami kelelahan otot akibat proses persalinan.
Kondisi otot akan kembali normal pada minggu
pertama post partum.
5. Perubahan Sistem Endokrin
Akan terjadi perubahan sistem hormon, terutama hormon progesteron akan
menurun dan hormon prolaktin meningkat untuk persiapan laktasi. Hormon
FSH akan kembali muncul sehingga pematangan sel telur akan terjadi, akan
tetapi FSH sedikit tertekan oleh hormon prolaktin sehingga jarang terjadi
ovulasi pada ibu yang menyusui.

6. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Pada masa hamil terdapat hubungan pendek yang
dikenal sebagai ”Shunt” antara sirkulasi ibu dan
plasenta. Setelah melahirkan ”Shunt” akan dihilangkan
dengan tiba-tiba. Volume darah pada ibu relatif
bertambah. Keadaan ini menimbulkan beban pada
jantung. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah dapat kembali seperti semula.
Umumnya hal ini terjadi pada hari ke 3 – 15 post partum.
7. Perubahan sistem hematology

Pada 72 jam pertama potpartum terjadi kehilangan sejumlah volume plasma


darah. Hal ini menyebabkan hemetokrit meningkat dan Hb mengalami penurunan
hingga 7 hari postpartum. Faktor pembekuan darah darah dan fibrinogen akan
meningkat setelah melahirkan. Hb Ibu rata-rata menurun karena adanya
kehilangan banyak darah pada persalinan, namun akan kembali jika asupan
gizinya benar. Jagalah ibu agar tidak terjadi anemia.
8. Perubahan Dinding Perut

Pada masa nifas dinding perut akan mengendur setelah terjadi peregangan
setelah persalinan. Seluruh wanita memiliki derajat diastase rektus, dimana
keadaan ini merupakan pemisahan otot rektus dengan perut. Keadaan ini
tergantung kondisi otot pada setiap wanita.
Jika wanita melakukan olah raga, akan mengembalikan kondisi otot dinding perut
dan akan menutup dilastasi rectum yang terjadi setelah persalinan. Jika otot
dinding perut tidak kembali, maka jarak antara oto rektus tersebut akan terisi
dengan lemak.

Kemudian wanita tidak memiliki otot yang kuat dalam kehamilan berikutnya, hal ini
dapat terjadi seperti perut gantung pada multipara. kondisi ini dapat menyebabkan
nyeri punggung dan kepala bayi susah masuk panggul pada persalinan.
9. Perubahan Berat Badan

Pada masa persalinan wanita akan kehilangan berat badan rata-rata 12 Kg


pada awal persalinan, kehilangan akan di akumulasikan dari berat badan
bayi, plasenta dan cairan amnion, 5 kg yang lain akan hilang pada awal
persalinan terutama kehilangan cairan dimana terbesar kehilangan akibat
diuresis.
Fibrinogen plasma dipertahankan sekurang-kurangnya sampai minggu
pertama masa nifas. Akibatnya, laju endap darah yang meninggi biasanya
ditemukan selama sebagian besar masa hamil normalnya, tetap tinggi pada
masa nifas awal.
6. Asuhan pada Masa Nifas
1. Kebersihan Diri
1) Mengajarkan kepada ibu bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih
dahulu, dari depan, ke belakang, baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ibu untuk membersihkan dari setiap
kali selesai BAB/BAK
2) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
3) Jika ibu mempunyai luka episiotomi, sarankan
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan, kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal, memperlambat proses involusi
uterus dan memperbanyak perdarahan,
penyebabnya depresi dan ketidak mampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
Sarankan untuk kembali ke kegiatan-kegiatan
rumah tangga secara perlahan-lahan serta
untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.
3. Latihan
Diskusikan pentingnya otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini akan
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga
mengurangi rasa sakit pada punggung. Jelaskan
bahwa latihan tertentu, beberapa menit setiap hari
sangat membantu seperti :
1) Tidur terlentang dengan tangan di samping menarik
otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke
dalam dan angkat dagu ke dada lalu tahan satu
hitungan sampai 5 kemudian rileks dan ulangi 10 x.
2) Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan
kagel).
3) Berdiri dengan tungkai dirapatkankencangkan
otot-otot, pantat dan panggul tahan sampai 5
hitungan kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 x.

4) Mulai dengan mengerjakan 5 x latihan untuk


setiap gerakan, setiap minggu naikkan
jumlah latihan 5 x lebih banyak. Pada minggu
ke 6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 x.
4. Gizi
1) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tambahan kalori
500 kalori tiap hari
2) Makan dengan gizi seimbang untuk mendapatkan
protein, mineral dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 L air/hari (anjurkan ibu untuk
minum setiap habis menyusui.
4) Tablet zat besi harus di minum untuk menambah
zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
5) Minum kapsul vitamin A kepada bayinya melalui
ASInya.
5. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
terutama putting susu.
2) Apabila putting susu lecet, oleskan kolestrum
atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu
setiap kali selesai menyusui, menyusui tetap
dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak
lecet.
3) Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan
selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
6. Senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu / dua jarinya kedalam vaginanya
tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu
tidak merasakan nyeri, aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
7. Keluarga Berencana
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-
kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali,
setiap pasangan harus menentukan kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang
keluarganya.

2) Petugas kesehatan dapat membantu


merencanakan keluarganya dengan mengajarkan
tentang cara mencegah kehamilan yang tidak di
inginkan dengan menggunakan metode
kontrasepsi.
VI. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL
MASA NIFAS
 Paling sedikit 4 kali kunjungan masa
nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir, dan untuk
mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang
terjadi.
Lanjutan ….
KUNJUNGAN WAKTU TUJUAN
1 6 – 8 jam setelah  Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
persalinan  Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan
berlanjut.
 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa ifas karena atonia uteri.
 Pemberian ASI awal
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.
2 6 hari setelah  Memastikan involusi uterus berjalan normal : Uterus berkontraksi fundus dibawah
persalinan umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu setelah Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
persalinan

4 6 minggu setelah  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
persalinan  Memberikan konseling KB secara dini.
VII. KESIMPULAN

1. Masa nifas merupakan masa yang diawali dari


beberapa jam setelah plasenta lahir sampai alat
reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil (6
minggu postpartum), yang memerlukan
penanganan secara aktif.
2. Secara umum masa nifas bertujuan untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik
maupun fsikologis dengan memberikan pelayanan
yang komprehensif.
3. Bidan mempunyai peran dan tanggung jawab yang
besar dalam asuhan masa nifas agar masa nifas
dapat berjalan dengan normal.
Lanjutan ….

4. Masa nifas terdiri dari 3 tahapan / periode yaitu


Immediate puerperium, Early puerperium dan
Late puerperium.
5. Program nasional dan kebijakan tekhnis
merupakan tanggung jawab bidan yang harus
dilaksanakan dengan sebaik mungkin.
3. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa
nifas

 Mencegah, Mendeteksi dan menangani masalah-


masalah yang terjadi pada masa Nifas
 Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana
perlu.
 Membantu ibu dalam pemberian ASI seawal
mungkin.
 Membantu ibu untuk mulai membiasakan
menyusui dan anjurkan pemberian ASI sesuai
permintaan bayi.
Lanjutan …..

 Menganjurkan pada ibu untuk selalu


berdekatan dengan bayinya.
 Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik
maupun Psikologis dalam masa nifas.
 Menganjurkan suami dan anggota
keluarganya untuk memeluk bayinya dan
mensyukuri kelahiran bayinya.
 Menganjurkan pada ibu dan keluarganya
mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan.
Lanjutan …..

 Memberikan konseling asuhan bayi baru


lahir.
 Mendukung pemberian imunisasi bayi.
 Memberikan konseling dan pelayanan
keluarga berencana termasuk nasihat
hubungan seksual.
 Menganjurkan ibu dan anggota
keluarganya tentang bahaya dan tanda-
tanda bahaya yang dapat diamati dan
dianjurkan untuk mencari pertolongan jika
terdapat masalah dan kekhawatiran.

Anda mungkin juga menyukai