Anda di halaman 1dari 37

Kegawatdaruratan Psikiatrik akibat

penyalahgunaan NAPZA
Rewrite by Imam Zainuri

STIKES BINA SEHAT PPNI


KABUPATEN MOJOKERTO

1
Kegawatdaruratan psikiatrik
Gangguan 
 Proses pikir
 Perasaan
 Perilaku
Perlu: intervensi
terapeutik segera
Akibat penggunaan
satu atau lebih Napza.

2
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

 Tindakan serupa
dengan tindakan pada
bidang medis
 Triase
 Asesmen
 Diagnosis
 Terapi awal
 Tindakan selanjutnya

3
Triase
 TINDAKAN SEGERA/DAPAT DITUNDA
 Memberikan rasa aman dan kenyamanan kepada pasien
Asesmen
 Waktu terbatas  Fokus pada aspek yang berhubungan
dengan kasus
Diagnosis
 Tidak dapat dilakukan secara rinci, waktu
terbatas
4
Terapi
Pemberian terapi dilakukan setelah
diagnosis
Kadang-kadang terapi diberikan segera,
sebelum seluruh informasi diagnostik
terkumpul  pada pasien yang secara fisik
harus dikendalikan/dikekang karena
membahayakan dirinya sendiri atau orang
lain.
5
Indikasi terapi: untuk menenangkan pasien
secara maksimal tetapi dengan sedasi yang
minimal.
Seorang pasien yang tidur tidak akan
melukai orang lain tetapi tidak dapat
dilakukan anamnesis untuk pemeriksaan
status mental.

6
Kesalahan yang sering:
1. Terapi berlebih, menggunakan obat yang terlalu kuat atau dosis
terlalu tinggi,  pemeriksaan dan penentuan tindak lanjut tertunda.

2. Terapi kurang, menggunakan preparat yang tidak memadai atau


dosis terlalu kecil  menunda pemeriksaan dan penentuan tindak
lanjut karena pasien masih agitasi.

3. Pengalihan terapi/medikasi yang terlalu cepat. Misalnya pemberian


haloperidol, klorpromazin dan lorazepam dalam jangka waktu satu
jam.

7
Strategi Umum pemeriksaan pasien

Perlindungan diri
 Informasi, pengekangan, risiko kekerasan,
keselamatan, kehadiran orang lain, bina hubungan
dengan pasien
Cegah kekerasan
 Kekerasan tidak dapat diterima, tanpa ancaman,
menentramkan, membantu pas., kalau perlu
pengekangan
Singkirkan adanya gangguan mental organik
Singkirkan kemungkinan psikosis

8
PADA PENYALAHGUNAAN NAPZA

Tenaga medis, Tenaga Kesehatan:


merupakan AKIBAT perbuatan sendiri
Keluarga/pasangan biasanya menyangkal
Tenaga Kesehatan merasa “tidak cukup
mampu”, bagaimana menterapinya.

9
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK
AKIBAT PENYALAHGUNAAN NAPZA

Kegawatdaruratan:
 Intoksikasi : kondisi fisik dan perilaku yang
abnormal akibat penggunaan sejumlah obat/zat
yang melampaui batas toleransi tubuh.
 Keadaan Putus Zat: sindrom yang berhubungan
dengan penghentian/pengurangan konsumsi
obat/zat pada pasien yang mengalami kondisi
ketergantungan

10
Prinsip Umum Penatalaksanaan

hal yang membahayakan KEHIDUPAN


pasien
tidak perlu mengikuti prosedur pemeriksaan
klinis yang lazim,
hindari pemberian obat tambahan  risiko
interaksi obat yang merugikan pasien,
bila ada indikasi  berikan dalam jumlah
yang efektif

11
Data: riwayat
gangguan penggunaan
Napza

12
Tentukan
gawat darurat yang berkaitan dengan
gangguan penggunaan Napza yang terdiri
dari 4 kelompok:
1. Gangguan tanda vital, walaupun disertai
halusinasi, waham ataupun kebingungan,
digolongkan sebagai pasien dengan
intoksikasi.

13
2. Tanpa gangguan tanda vital, tetapi
memperlihatkan gejala putus zat walaupun
disertai kebingungan dan gejala psikotik,
digolongkan sebagai pasien dengan gejala
putus zat.

14
3. Datang dengan kebingungan yang parah
disertai halusinasi atau waham, tetapi tanda
vital semuanya baik dan tidak ada gejala putus
zat, digolongkan sebagai gangguan mental
organik akibat zat (delirium atau amnesia
kerena zat)
4. Pasien dengan tanda vital yang baik, tidak ada
gejala putus zat, tetapi memperlihatkan adanya
halusinasi, waham, tilikan diri yang terganggu
digolongkan sebagai gangguan psikotik.

15
 Kegawatdaruratan akibat Napza  sulit, gawat
dan mengacam (bagi pasien, keluarga,
lingkungannya maupun Tenaga Kesehatan)
 Tenaga Kesehatan harus bersikap tenang,
terkendali, dan melakukan tindakan sesuai
dengan langkah-langkah berikut:
 Ciptakan suasana pasien tidak merasa terancam,
pendekatan yang hangat, terbuka dan tidak
menghakimi.
 Kehadiran Tenaga Kesehatan adalah untuk membantu.

16
Penilaian situasi
 Apakah pasien dalam
keadaan agitasi atau
stupor.
 Zat apa yang telah
digunakan,
 Bila tidak ada
keterangan, cocokkan
gejala yang ada dengan
kemungkinan reaksi zat
tertentu.
 Seringkali obat yang
dipakai lebih dari satu
zat sehingga
memerlukan
pengetahuan tentang
interaksi obat.

17
Penilaian situasi

 Tentukan kapan zat dipergunakan


 Tentukan jumlah obat yang dipakai

 Tentukan apakah sudah terjadi kegawatdaruratan


medis.
 Periksa daftar dosis letal minimum bagi pasien yang
memakai obat dalam jumlah besar. Bila dalam
keadaan stupor periksa pernafasan. Bila kurang dari
8 kali per menit menunjukkan kegawatdaruratan
medis.

18
Intervensi kegawatdaruratan
Napza
Syarat:
 Harus mengerti kegawatdaruratan dan pendekatan
umum kegawatdaruratan akibat Napza
 Mengikuti prosedur kegawatdaruratan baik untuk
pasien gaduh gelisah, maupun untuk pasien dalam
keadaan stupot.
 Sedapat mungkin menemukan jenis Napza yang
menimbulkan kegawatdaruratan.

19
Intervensi Medis
Kenali: Masalah kegawatdaruratan medis
yang dapat mengancam kehidupan yaitu:
 Kehilangan kesadaran yang ditandai dengan
hilangnya respons terhadap rangsang sakit.

20
 Pernafasan yang sangat
lambat, kesulitan bernafas
atau berhentinya
pernafasan.
 Demam yang tinggi
 Denyut nadi lebih dari 140
kali per menit atau kurang
60 kali per menit.
 Muntah-muntah yang
terjadi dalam keadaan
setengah sadar atau tidak
sadar.
 Kejang-kejang

21
Tindak lanjut
 masa krisis/gawat-
darurat berlalu 
fungsi kembali normal
 perawatan lanjut

22
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

23
Gangguan Paranoid
 pikiran dan perilaku
dari kecurigaan yang
normal sampai ke
waham curiga yang
sistematis.
 jangan mewawancarai
pasien saat Tenaga
Kesehatan sedang
sendirian dan pintu
dalam keadaan
tertutup.

24
Gangguan Paranoid
Evaluasi dan Penatalaksanaan
Pengobatan
 Pada keadaan intoksikasi ataupun withdrawal

 Berikan lorazepam 1-2 mg per oral.
 Paranoid+gaduh gelisah yang disebabkan oleh
delirium atau demensia  haloperidol 1-5 mg per
oral atau IM

25
Paranoid
Diagnosis Banding
 Agitasi, kecemasan, skizofrenia kronis dengan
eksaserbasi akut, gangguan delusional, panik
homoseksual, manik, krisis marital, gangguan
sizoafektif, skizofrenia.

26
Psikosis
Kesadaran: baik, orientasi baik.
Tanda vital: stabil
Kontak dengan realita: hilang
 Pada intoksikasi  seperti halusinasi
(suara/auditorik), atau waham. Psikosis akibat
pengunaan zat berakhir dalam beberapa hari
dan reversibel.

27
Psikosis
Diagnosis banding
 skizofrenia, manik, sindroma otak organik, atau
depresi.
 Napza yang sering berakibat terjadinya psikosis
adalah stimulan, alkohol, dan obat-obat yang
mendepresi susunan syaraf pusat

28
Psikosis
Penatalaksanaan
 untuk melindungi dirinya atau orang lain dari
bahaya.
 diberikan anti psikotik:
 Chlorpromazin (150-600mg/hr)
 Haloperidol (5-15 mg/hr)

 Trifluoperazin (10-15 mg/hr)

 Risperidone (2-6 mg/hr)

29
Gaduh gelisah
peningkatan aktivitas
mental dan motorik yang
sukar dikendalikan.
Gawatdarurat sering
mendahului suatu tindak
kekerasan
 GMO
 Gangguan psikotik fungsional
 Gangguan kepribadian
 Problem situasional
 Keadaan disosiatif

Tanda dan gejala

30
Penatalaksanaan
Coba tenangkan pasien dengan sikap manusiawi,
namun tetap waspada dengan mengajak bicara
tentang perasaan, harapan, dan keinginannya.
Valium 10 mg iv/im dan injeksi haloperidol 5 mg yang
dapat diulang setiap 30 menit, maksimal 3 kali dalam 24
jam (total 15 mg).
Tenang  dirujuk ke fasilitas psikiatrik disertai
keterangan tentang tindakan dan pengobatan yang
diberikan.

31
Gangguan Cemas/Panik

Tanda/gejala:
 kecemasan yang memuncak, mendadak dan episodik,
berlangsung selama beberapa menit.
 terjadi beberapa kali/sebulan sampai beberapa
kali/sehari
 Onset: dewasa muda, wanita>pria
Terapi
 gol benzodiazepin: alprazolam atau lorazepam
 dosis rendah per 4 jam oral dinaikkan secara bertahap sesuai
kebutuhan
 Antidepresan: goltrisiklik, SSRI

32
Depresi berat dan percobaan bunuh diri

 Percobaan bunuh diri (tentamen suicidum): upaya


untuk mengakhiri hidup sendiri.
 Gagasan bunuh diri: pikiran atau ide untuk mengakhiri
hidup sendiri.
 Perilaku bunuh diri (suicidal behavior) adalah perilaku
yang disengaja atau tidak, dapat membahayakan hidup
sendiri. Contoh: perilaku mutilasi diri seperti
memotong pergelangan tangan, membenturkan kepala,
menelan benda asing, menggigit dan menghilangkan
bagian dari tubuh.

33
 Penyakit atau kondisi
yang melatar-belakangi
perilaku bunuh diri :
 Depresi berat
 keadaan sadar (compos
mentis), kesadaran
berkabut sampai koma.
 bila serius, rawat
dengan pengawasan
yang ketat atau rujuk ke
fasilitas psikiatrik

34
 bila bersifat dramatisasi lakukan psikoterapi individual
atau rujuk
 bila disertai depresi, berikan obat antidepresan dan/atau
rujuk
 bila diduga berkaitan dengan gangguan kepribadian,
rujuk ke fasilitas psikiatrik untuk evaluasi kepribadian
dan psikoterapi.
 Bila dilatarbelakangi oleh skizofrenia dengan gagasan
bunuh diri atau depresi pasca skizofrenia perlu dirujuk
ke fasilitas psikiatrik karena tetamen suicidum dapat
terjadi secara tidak terduga.

35
Psikofarmaka dapat diberikan anti depresi:
 Amitriptilin (75-100 mg/hr)
 Klomipramin (75-150 mg/hr)

 Imipramin (75-150 mg/hr),

 Sertraline (50-150 mg/hr),

 Fluoxetine (20-40 mg/hr)

 Fluvoxamine (50-100 mg/hr).

36
37

Anda mungkin juga menyukai