KULIT
Andi Sitti Rahma
TUJUAN PEMBELAJARAN
SKDI :
1. Vulnus Laceratum (4A)
2. Vulnus Perforatum (3B)
3. Luka Bakar derajat 1 dan 2 (4A)
4. Luka Bakar derajat 3 dan 4 (3B)
5. Luka akibat bahan kimia (3B)
6. Luka akibat sengatan listrik (3B)
PENDAHULUAN
Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit,
mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain.
Luka : hilang atau rusaknya sebagian
kontinuitas jaringan yang dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, sengatan listrik, ledakan,
ataupun gigitan hewan serta zat kimia.
JENIS LUKA
Luka tertutup :
Vulnus contusum
Luka Terbuka :
Vulnus excoriation
Vulnus Scissum
Vulnus Laceratum
Vulnus Punctum/Penetrosum
Vulnus Morsum
VULNUS LACERATUM
Luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan
tumpul yang kuat sehingga mempengaruhi
elastisitas kulit atau otot dengan tepi yang
tidak rata atau teratur
TANDA-TANDA LUKA
Tanda lokal :
Nyeri
Perdarahan
Diastase (luka yang menganga)
Gangguan fungsi, ok/ nyeri atau kerusakan
tendon
Tanda sistemik :
Syok
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1. Inflamasi (reaksi) 3 hari
Homeostasis
Epitelisasi
2. FaktorUmum :
Usia
Status Gizi/nutrisi
Penyakit Penderita
Obat-obatan
PENATALAKSANAAN LUKA
Evaluasi Luka Tentukan jenis dan keadaan
luka,
Pencucian Luka Irigasi air bersih
Pemberian Antiseptik larutan yodium povidon
1%, larutan klorheksidin ½ %. (larutan yodium %
atau alkohol 70% untuk kulit sekitar luka)
Pembersihan luka dari kotaminasi secara mekanis
Penjahitan
Penggunaan Wound Dressing kasa+vaselin
Balut
Pemberian Antibiotika Luka kotor
Vulnus laceratum penjahitan (jika
diperlukan)
TUJUAN PENJAHITAN
Penutupan ruang mati
Mendukung dan memperkuat penyembuhan
luka sampai meningkatkan kekuatan tarik
mereka
Mendekatkan tepi kulit untuk hasil estetika
dan fungsional
Meminimalkan risiko perdarahan dan infeksi
PRINSIP UMUM PENJAHITAN
Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-
tepi kulit dirapatkan satu sama lain dengan hati-
hati.
Tegangan dari tepi–tepi kulit harus seminimal
mungkin atau kalau mungkin tidak ada sama sekali
Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan
dengan memakai traksi ringan pada tepi–tepi kulit
dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada
kulit yang dijahit.
Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan
jahitan subcutaneus yang dapat diserap atau dengan
mengikutsertakan lapisan ini pada waktu menjahit
kulit.
Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada
jarak yang sama lebih disukai daripada jahitan
yang lebih besar dan berjauhan.
Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya
selama diperlukan. Oleh karena itu jahitan pada
wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam–5
hari), sedangkan jahitan pada dinding abdomen
dan kaki harus dibiarkan selama 10 hari atau
lebih.
Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.
Pemakaian forsep dan trauma jaringan (pincet
cirurgis) diusahakan seminimal mungkin
KOMPLIKASI PENJAHITAN
Overlapping
Nekrosis
Infeksi
Perdarahan: terapi antikoagulan atau pada pasien
dengan hipertensi.
Hematoma: jika pembuluh darah arteri terpotong
dan tidak dilakukan ligasi/pengikatan sehingga
perdarahan terus berlangsung dan menyebabkan
bengkak.
Dead space (ruang/rongga mati): yaitu adanya
rongga pada luka yang terjadi karena penjahitan
yang tidak lapis demi lapis.
Sinus: bila luka infeksi sembuh dengan
meninggalkan saluran sinus, biasanya ada jahitan
multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang
bertindak sebagai benda asing.
ALAT DAN BAHAN
Bahan : benang jahit (catgut, side), kassa
steril, anestesi local, dan larutan antiseptic
Alat : needle / jarum jahit, needle holder /
nalpoeder, pincet anatomis, gunting
jaringan/ gunting benang, bengkok, doek
lubang steril dan sarung tangan steril
TEKNIK JAHIT LUKA
Simple Interupted Suture (Jahitan
Terputus/Satu-Satu)
Running Suture / Simple Continous Suture
(Jahitan Jelujur)
R u n n i n g L o c k e d S u t u r e (Jahitan
Pengunci/ Jelujur Terkunci/ Feston
Subcuticuler Continuous Suture (Subkutis)
Mattress Suture (Matras : Vertikal dan
Horisontal)
JAHIT JELUJUR
JAHIT SUBKUTIKULER
LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
Cedera sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas
(thermal), listrik , zat kimia atau radiasi
FASE LUKA BAKAR
1. Fase Awal/akut/shock
Gangguan keseimbanngan sirkulasi cairan
dan elektrolit, cedera inhalasi, luka
2. Fase sub akut setelah shock diatasi
Inflamasi disertai eksudasi dan kebocoran
protein
Infeksi Sepsis
Evaporative heat loss
b. Fase subakut
Mengatasi infeksi
Perawatan luka hidroterapi (merendam dan shower
10-30 menit)
Bersihkan luka dengan larutan povidon iodine, sodium
hipoclorida
Debrideman
Full thickness Antimikroba (silver sulfadizine)
Balut Luka (metode terbuka/tertutup)
Metode terbuka :
(+) luka dapat lebih mudah diobservasi, memudahkan
mobilitas dan ROM sendi, dan perawatan luka menjadi
lebih sederhana/mudah
(-) kemungkinan terjadinya hipotermia, dan efeknya
psikologis
Metode tertutup : hati-hati dimulai dari bagian distal
kearah proximal untuk menjamin agar sirkulasi tidak
terganggu
(+) mengurangi evavorasi cairan dan kehilangan panas dari
permukaan luka , balutan juga membantu dalam
debridemen.
(-) menurunkan kemungkinan efektifitas exercise ROM.
Pemeriksaan luka juga menjadi terbatas
AKIBAT LUKA BAKAR
Kerusakan Kulit
Infeksi
Kehilangan cairan, elektrolit, protein
Gagal Ginjal
Gagal Nafas (ARDS)
Curling Ulcer
Kerusakan Darah (anemi, DIC)
Terimakasih