IMD Meletakkan bayi di dada atau perut ibu segera setelah lahir, Membiarkan bayi kontak kulit dengan ibu, Membiarkan bayi mencari puting, Menyusu sampai bayi merasa puas Berlangsung minimal satu jam pertama bayi baru lahir
(Depkes, 2012; Roesli, 2010 ; WHO, 2012)
Langkah-langkah IMD Pertama, dalam proses melahirkan ibu disarankan untuk mengurangi atau tidak menggunakan obat kimiawi. Kedua, petugas kesehatan membantu ibu untuk proses persalinan (pervaginam/sectio caesaria). Ketiga, setelah bayi lahir, menangis, bernafas, dan tali pusat di potong, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan vernix. Keempat, bayi di tengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit secara langsung tanpa alas antara ibu dan bayi. Kepala bayi ditutupi dengan topi, ibu, dan bayi di selimuti. Kelima, bayi yang berada di dada atau perut ibu di biarkan untuk mencari putting susu ibunya. Keenam, memberikan ibu dukungan dan bantuan untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Ketujuh, bayi dibiarkan tetap kontak kulit dengan ibu sampai proses menyusu pertama selesai, minimal 1 jam. Kedepalan, setelah inisiasi menyusu dini, bayi baru di pisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata. Kesembilan, ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung, jika bayi ingin menyusu maka ibu boleh menyusui bayinya sesuai dengan kebutuhan bayi (ACOG, 2007) Manfaat IMD pada Bayi Menjaga suhu tubuh bayi, mencegah bayi dari hipoglikemi, diare, infeksi, hiperbilirubin, mengurangi stress dari kelahiran, dan meningkatkan Bonding Attachment antara ibu dan bayi (Gabriel et al, 2010).
Kontak pertama yang dilakukan saat IMD
membuat bayi memperoleh kolostrum yang penting untuk kelangsungan hidupnya. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi sehingga bayi akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif menyusui (Adhikari et Mencegah terpaparnya dengan mikroorganisme pathogen, ibu mulai menyusui dengan lancar ( ASI lancar) dibandingkan yang tidak melakukan IMD (Tang et al, 2013). Mencegah resiko penurunan BB bayi (Qiu et al., 2008). Mencegah hipotermi (Qiu et al, 2008). Mencegah bayi dari penyakit non infeksi serta mengurangi hari rawatan pada bayi dengan premature di rumah sakit (Debes et al, 2013). Manfaat IMD pada Ibu Mengurangi morbiditas dan mortalitas pada ibu karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum) (Orun et al, 2010).
Berhubungan dengan penurunan fundus uteri. Pada
penelitiannya di dapatkan bahwa ibu yang melakukan IMD memiliki peluang 25 kali memiliki tinggi fundus uteri normal di bandingkan ibu yang tidak IMD (Justina , 2008).
Kontak kulit antara ibu dan bayi dan menghisap putting
segera mungkin saat lahir sangat penting membina hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi ( Bystrova et al, 2009) Dampak Keterlambatan IMD Pelaksanaan IMD masih rendah dan terlambat dilakukan di beberapa negara, tingkat pencapaian IMD juga masih sangat rendah, di Eropa Timur dan Asia Tengah hanya sebesar 17% dan 33% di Asia Pasifik. Di negara Asia Selatan pelaksanaan IMD juga masih rendah diantaranya di India 36,4%, Bangladesh 24 % dan di Pakistan 8,5% (Adhikari et al, 2014). Di Indonesia, menurut Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam yaitu sebesar 34,5%, persentase inisiasi menyusu dini terendah terdapat di provinsi Papua Barat sebesar 21,7%, diikuti oleh provinsi Riau sebesar 22,1%, dan Kepulauan Riau sebesar 22,7% (Riskesdas, 2013). Peningkatan angka kejadian diare pada bayi (menghambat pembentukan mikroflora usus yang baik untuk kekebalan tubuh dan kesehatan) (Tang et al, 2013).
Penelitian Nakao et al (2008) di Jepang: pemberian ASI
saja pada 120 menit pertama setelah kelahiran adalah waktu yang sangat menentukan untuk pencapaian pemberian ASI secara eksklusif minimal sampai bayi berusia 6 bulan (Nakao, Honda & Oishi, 2008).
Penelitian lain di Nigeria juga menunjukkan bahwa
kegagalan pemberian ASI secara eksklusif ditentukan oleh 60 menit pertama setelah kelahiran ( Awi & Alikor, 2006). IMD adalah salah satu faktor penentu keberhasilan ASI eksklusif. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif (Virariska, Dasuki & Sofoewan, 2010).
Bayi yang tidak melakukan IMD 50% tidak bisa
menyusu sendiri, sedangkan bayi yang melakukan IMD akan berhasil menyusu sendiri, dan bayi yang diberi kesempatan menyusui segera setelah lahir akan lebih berhasil dalam menjalani ASI eksklusif ( Fikawati & Syafiq, 2010). Kesulitan dalam menyusu, menyebabkan angka kesakitan pada bayi, meningkatkan kematian bayi dan menghambat kesuksesan dalam pemberian ASI Ekslusif.
Inisiasi menyusu dini dijadikan pilihan utama
dalam mengurangi kematian neonatal karena intervensi yang dilakukan setelah bayi berusia 4 minggu terbukti tidak efektif Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pelaksanaan IMD Pengetahuan Pendidikan Dukungan Keluarga Penghasilan Keluarga Mengikuti Kelas Prenatal Paritas Tempat Persalinan Kepercayaa atau budaya yang dianut Sikap (Chien & Tai, 2007; Hauck et al , 2011; Holbrook et al ,2013; Marewood et al, 2006; Tabea, 2013; Victor et al, 2013). Referensi Adhikasri, M., Khanal, V., Karkee, R., & Gavidia, T. (2014). Factors associated with early initiation of breastfeeding among Nepalese mothers: further analysis of Nepal Demographic and Health Survey, 2011. International Breastfeeding Journal, 9, 21. American College of Obstetrics and Gynecology. (2007). Breastfeeding : Maternal and Infant Aspect. Special report from ACOG. ACOG Clin Rev, 12 (supp), 1s-16s Awi , D. D., & Alikor, E. A.D.( 2006). Barriers to timely initiation of breastfeeding among mothers og healthy full-term babies who deliver at The University of Port Harcourt Teaching Hospital, Nigerian Journal of Clinical Practice, 9 (1), 57-64 Bystrova , K., Ivanova, V., Edhborg, M., (2009). Early contact versus separation: Effects on mother-infant interaction one year later. Birth, 36(2), 97–109. Chien, L.Y., & Tai, C.J. (2007). Effect of Delivery Method and Timing of Breastfeeding Initiation on Breastfeeding Outcomes in Taiwan. Birth, 34(2). Debes, A.K., Kohli, A., Edmonds, K., & Mullany, L.C.(2013). Time to initiation of breastfeeding and neonatal mortality and morbidity: a systematic review. . BMC Public Health , 13( 3), 19. doi:10.1186/1471-2458-13-S3-S19 Depkes. (2012). Pedoman Rumah Sakit Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Fikawati, S., & Syafiq, A. (2010). Kajian implementasi dan kebijakan air susu ibu ekslusif dan inisiasi menyusui dini di Indonesia. Makara Kesehatan, 14(1), 17-24. Gabriel, M., Martín, I., Escobar, A., Villalba E., Blanco, I. & Pol , P. (2010) Randomized controlled trial of early skinto- skin contact: effects on the mother and the newborn. Acta Paediatrica 99, 1630–1634. Hauck, Y. L., Fenwick, J., Dhaliwal, S.S., & Butt, J. (2011). A Western Australian survey of breastfeeding initiation, prevalence and early cessation patterns. Matern Child Health J, 15, 260–268. doi 10.1007/s10995-009-0554-2 Holbrook, K.E., White, M. C., Heyman, M.B., & wojcicki, J. M. (2013). Maternal sociodemographic characteristics and the use of the Iowa Infant Attitude Feeding Scale to describe breastfeeding initiation and duration in a population of urban, Latina mothers: a prospective cohort study. International Breastfeeding Journal, , 8, 7. Retrieved from : http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/8/1/7 Justina, P (2008). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini dengan Lama Persalinan Kala III dan Proses Involusi, Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan-UI, Depok. Merewood, A., Brooks, D., Bauchner, H., MacAuley, L., Mehta, S.D. (2006). Maternal birthplace and breastfeeding initiation among term and preterm infants: a statewide assessment for Massachusetts. Pediatrics , 118, 1048 -1054. Nakao, Y., Moji, K., Honda, S., & Oishi, K.(2008). Initiation of breastfeeding within 120 minutes after birth is associated with breastfeeding at four months among Japanese women: A self-administered questionnaire survey. International Breastfeeding Journal,3(1) .doi:10.1186/1746-4358-3-1. Orun, E., Yalcin, S.S., Madenda, Y., Eras, U. Z., Kutluk, E. & Yurdakok, K. (2010). Factors associated with breastfeeding initiation time in a Baby-Friendly Hospital. The Turkish Journal of Pediatrics, 52, 10-16 Qiu L, Yun Z, Binns CW, et al. A cohort study of infant feeding practices in city, suburban and rural areas in Zhejiang Province, PR China. Int Breastfeed J, (3) 4. doi:10.1186/1746-4358-3-4. Riskesdas. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan Litbangkes Depkes RI Roesli, U. (2010). Inisiasi menyusu dini plus asi ekslusif. Cetakan ke-4. Jakarta: Pustaka Bunda Tang, L., Binns, C.W., Lee, A. H., Pan, X., Chen, S., & Yu, C. (2013). Low prevalence of breastfeeding initiation within the first hour of life in a rural area of Sichuan Province, China. Birth, 40(2). Victor, R., Baines, S. K., Agho, K. E., & Dibley, M. J. (2013). Determinants of breastfeeding indicators among children less than 24 months of age in Tanzania: a secondary analysis of the 2010 Tanzania Demographic and Health Survey. BMJ open, 3, e001529. doi:10.1136/bmjopen-2012-001529 Virarisca, S., Dasuki, D., Sofoewan, S. (2010). Metode Persalinan dan Hubungannya dengan Inisiasi Menyusu Dini. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 7(2):92-98 World Health Organization (WHO). (2012). Early initiation and exlusive breastfeeding. Available at http://www.who.int/gho/childhealth di akses pada 6 Januari 2015. Terimaksih