Anda di halaman 1dari 25

INVAGINASI

TINJAUAN
PUSTAKA
INVAGINASI
DEFINISI

Invaginasi adalah
 suatu keadaan sebagian usus masuk ke
dalam usus berikutnya
 biasanya bagian proksimal masuk ke
distal, jarang terjadi sebaliknya
 Daerah yang secara anatomis paling
mudah mengalami invaginasi adalah
ileosekal

 Invaginasi dapat menyebabkan obstruksi


usus baik parsial maupun total
DEFINISI
 Bagian usus yang
masuk disebut
intususeptum

 Bagian yang
menerima
intususeptum
dinamakan
intususipien
ANATOMI
ANATOMI
 Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu
-duodenum
-yeyunum
-ileum
 Panjang usus halus kurang lebih enam meter
 Batas antara duodenum dan yeyunum adalah
ligamen treitz
 Perbatasan antara yeyunum dan ileum tidak jelas
dari luar, dinding yeyunum lebih tebal dan lumen
ileum lebih sempit
ANATOMI
ANATOMI
 Kolon dimulai dari ileum terminale sampai rectum
 Panjang kolon mencapai 150 cm
 Bagian kanan kolon yaitu :
-sekum
-kolon asenden
-bagian proximal kolon transversum
 Sedangkan kolon bagian kiri yaitu :
-distal kolon tranversum
-kolon desenden
-sigmoid
-rectum
Perbedaan usus halus dan
usus besar
Usus Halus Usus Besar
mobil terfiksasi tidak mudah
bergerak
ukuran umumnya Ukuran lebih besar
lebih kecil
otot longitudinal usus otot longitudinal
halus membentuk tergabung dalam tiga
lapisan kontinyu pita yaitu taenia coli
sekitar usus
Kelompokan jaringan (-)
limfoid pada mukosa
ETIOLOGI

 Penyebab pasti invaginasi belum diketahui

 Invaginasi terjadi karena adanya sesuatu


di usus yang menyebabkan peristaltik
berlebihan
ETIOLOGI
Pada anak :
 Berhubungan dengan infeksi virus
 Pengaruh dari perubahan diet pemberian
makanan padat
 Faktor mekanik, seperti :
- Meckel diverticulum
- Polip pada intestinum
- Lymfosarcoma intestinum
- Trauma tumpul pada abdominal dengan
hematom
- Hemangioma
ETIOLOGI
Pada dewasa :
 kausa terbanyak adalah keadaan patologi pada
lumen usus, yaitu suatu neoplasma baik yang
bersifat jinak dan atau ganas
 tumor ekstra lumen seperti lymfoma
 diare
 riwayat pembedahan abdomen sebelumnya,
 inflamasi pada apendiks juga pernah dilaporkan
intususepsi terjadi pada penderita AIDS
PATOFISIOLOGI
 gangguan motilitas usus terdiri dari dua komponen yaitu :
- satu bagian usus yang lebih mobil
- satu bagian usus lainnya yang terfiksir

 Hiperperistaltik usus proksimal yang lebih mobil masuk


ke lumen usus distal yang lebih terfiksir

 Usus bagian distal (intususipien) berkontraksi  edema

 Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat kembali


normal  invaginasi
GEJALA KLINIS
 Trias invaginasi :
-Anak mendadak kesakitan episodic, menangis dan
mengangkat kaki (Craping pain), bila lanjut
sakitnya kontinyu
-Muntah warna hijau (cairan lambung).
-Defekasi feses campur lendir (kerusakan mukosa)
atau darah (currant jelly stool )

 Pucat dan lemas


 Bisa menjadi dehidrasi
 Demam
 Perut kembung
PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan abdomen


 teraba sausage shape
 Perkusi pada tempat invaginasi terkesan
suatu rongga kosong
 Bising usus terdengar meninggi selama
serangan kolik, menjadi normal kembali di
luar serangan
 Colok dubur memperlihatkan darah lendir
dan kadang-kadang teraba pseudo-portio
RADIOLOGIS
 Foto abdomen 3 posisi
Tanda obstruksi (+) : -Distensi
-Air fluid level
-Hering bone
 Barium enema

cupping sign dan letak invaginasi


 USG

doughnut sign
DIAGNOSIS

 Anamnesa dengan keluarga


 Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
riwayat yang khas dan pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang yaitu dengan
radiologi (barium enema, ultra sonography
dan computed tomography)
 Umumnya diagnosisnya didapat saat
melakukan pembedahan
DIFERENSIAL
DIAGNOSIS

 Trauma Abdomen
 Appendisitis Akut
 Hernia
 Gastroenteritis
 Volvulus
 Diverticulum meckel
PENATALAKSANAAN

 Dasar pengobatan :
 Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit
 Menghilangkan peregangan usus dan muntah
dengan selang nasogastrik
 Antibiotika
 Laparotomi eksplorasi
Reduksi hidrostatik
 Metode ini dengan cara memasukkan barium
melalui anus menggunakan kateter dengan
tekanan tertentu
 Metode ini hanya dilakukan bila tidak ada
distensi yang hebat, tanda peritonitis, dan
demam tinggi
 Akan tampak gambaran cupping dan coiled
spring yang menghilang bersamaan dengan
terisinya ileum oleh barium
 Reduksi dengan barium enema dikatakan
berhasil bila barium cukup jauh mengisi ileum
atau tampak jendela kolon
Reduksi pneumostatik

 Reduksi dengan tekanan udara makin


sering digunakan karena lebih aman dan
hasilnya lebih baik dari pada reposisi
dengan barium enema
 Tekanan udara maksimal 110 mmHg
untuk anak dan 80 mmHg untuk bayi
 Reduksi dilakukan dengan bantuan
ultrasonografi
Reduksi Manual (milking)&Res
eksi Usus
 Laparotomi dengan insisi transversal interspina merupakan
tindakan operasi invaginasi

 Tindakan selama operasi tergantung kepada penemuan


keadaan usus, reposisi manual dengan milking harus
dilakukan dengan halus dan sabar

 Reseksi usus dilakukan apabila pada kasus yang tidak


berhasil direduksi dengan cara manual, bila viabilitas usus
diragukan atau ditemukan kelainan patologis sebagai
penyebab invaginasi. Setelah usus direseksi dilakukan
anastomose “end to end” apabila hal ini memungkinkan,
bila tidak mungkin maka dilakukan exteriorisasi atau
enterostomi.
PROGNOSIS
 Kemungkinan untuk sembuh dari
invaginasi tergantung dari waktu
mereduksi intususepsi
 Apabila perbaikan intususepsi dalam 24
jam pertama prognosis lebih baik daripada
apabila lebih daripada 24 jam
 Jika invaginasi terlambat atau tidak
diterapi, bisa timbul beberapa komplikasi
berat, seperti kematian jaringan usus,
perforasi usus, infeksi dan kematian
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai