Anda di halaman 1dari 24

ETIKA BISNIS

KELOMPOK 5
• DILA MEYLIA ANJELY 18101034
• GIDION DWY SAPUTRA 18101081
• VARU ROZY 18101305
• NELLA AGUSTINA 18101270
• LUSSY INDAH DIAN APRILIANA 18101186
PENGERTIAN ETIKA BISNIS
Etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis
KOMPONEN ETIKA BISNIA

Komponen sumber Komponen Mekanik


a) kemauan individu usaha melalui berbagai
seseorang tidak suka KKN metode untuk mencapai
b) konsensus sosial konsensus. Misalnya: hasl
Ada kesepakatan tidak saling negosiasi disepakati tidak
menjatuhkan boleh membanting harga
c)nilai pribadi
seseorang memiliki pribadi jujur.
KOMPONEN ETIKA BISNIA

Produk Komponen Mekanik

- Aliran DEANTOLOGI
kewajiban moral dapat
kesepakatan individu dalam
diketahui secara intuitif.
masyarakat.
misalnya: rasanya tak pantas
misalnya : kalau kita turunkan harga
- barang dibeli dapat garansi - Aliran TEOLOGI
selama 6 bulan Menilai perbuatan orang dari tujuannya.
Misalnya: saya turunkan harga untuk
jatuhkan lawan.
KONSEP ETIKA BISNIS
Konsep etika bisnis tercermin pada corporate
culture (budaya perusahaan).
Menurut Kotler (1997) budaya perusahaan
merupakan karakter suatu perusahaan yang
mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan
norma bersama yang dianut oleh jajaran
perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari cara
karyawannya berpakaian, berbicara, melayani
tamu dan pengaturan kantor
MASALAH ETIKA DALAM BISNIS

1) Suap (Bribery),
• Adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima, atau meminta
sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat
dalam melaksanakan kewajiban publik.
• Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh.
'Pembelian' itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau
barang, maupun 'pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana.
• Suap kadangkala tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan
callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian
hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud
dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
2) Paksaan (Coercion)

• Adalah tekanan, batasan, dorongan dengan


paksa atau dengan menggunakan jabatan
atau ancaman.
• Coercion dapat berupa ancaman untuk
mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan,
atau penolakan industri terhadap seorang
individu.
3) Penipuan (Deception)
Adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja
dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
4) Pencurian (Theft)
Merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak
kita atau mengambil property milik orang lain tanpa
persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa
property fisik atau konseptual.
5) Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)

• Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan


terhadap orang-orang tertentu yang
disebabkan oleh ras, jenis kelamin,
kewarganegaraan, atau agama.
• Suatu kegagalan untuk memperlakukan
semua orang dengan setara tanpa adanya
perbedaan yang beralasan antara mereka
yang 'disukai' dan tidak.
Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk
memperhatikan hal sebagai berikut:

1. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan
diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh
apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
2) Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat,
bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan,
melainkan lebih kompleks lagi.
3) Mempertahankan jati diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak
mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan
yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah
kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar
mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan
sekitarnya.
5) Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya
pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan
keadaan dimasa datang.
6) Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,Kolusi dan komisi
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala
bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang
mencemarkan nama bangsa dan negara.
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang
salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan
"komisi" kepada pihak yang terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan
Pengusaha
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif“ harus ada
sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat
dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah
mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang
sudah besar dan mapan.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan
dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan
konsisten dengan etika tersebut. Apabila Seandainya semua
Ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik
pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk
melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua
konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu demi satu.
10) Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuh kembangkan Kesadaran dan rasa
Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas
semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
11) Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin
kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap
pengusaha lemah.
Fundamental Etika yang Berlaku Pada Semua Etnis

1. Sopan santun, yaitu selalu bicara benar, terus terang,


tidak menipu dan tidak mencuri.
2. Integritas, yaitu memiliki prinsip, hormat dan tidak
bermuka dua.
3. Manjaga janji, yaitu dapat dipercaya bila berjanji, tidak
mau menang sendiri
4. Kesetiaan, ketaatan, yaitu benar dan loyal pada keluarga
dan teman, tidak menyembunyikan informasi yang tidak
perlu dirahasiakan
5. Kejujuran, kewajaran (fairness), yaitu berlaku fair dan
terbuka, berkomitmen pada kedamaian, jika bersalah
cepat mengakui kesalahan, perlakuan yang sama
terhadap setiap orang dan memiliki toleransi yang tinggi
6. Menjaga satu sama lain (caring for others), yaitu penuh perhatian,
baik budi, ikut andil, menolong siapa saja yang memerlukan
bantuan.
7. Saling menghargai satu sama lain (respect for others), yaitu
menghormati hak-hak orang lain, menghormati kebebasan dan
rahasia pribadi (privasi), mempertimbangkan orang lain yang
dianggap bermanfaat dan tidak berprasangka buruk.
8. Bertanggung jawab (responsible), yaitu patuh terhadap undang-
undang dan peraturan yang berlaku, jika menjadi seseorang
pimpinan maka harus bersikap terbuka dan menolong.
9. Pengejaran keunggulan (pursuit of excellence), yaitu berbuat yang
terbaik di segala kegiatan, bertanggung jawab, rajin, berkomitmen,
bersedia untuk meningkatkan kompetensi dalam segala bidang.
10. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability), yaitu
bertanggungjawab dalam segala perbuatan terutama dalam
mengambil keputusan
Prinsip Etika
1. Usaha membangun kepercayaan antara anggota
masyarakat dengan perusahaan atau pengusaha.
2. Hal tersebut merupakan elemen penting buat suksesnya
bisnis jangka panjang
3. Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi
reputasi perusahaan.
4. Kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang”
yang berlaku di mana-mana
5. Etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral
menyangkut tindakan yang benar dan salah yang terjadi
di dalam lingkungan kerja
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
 Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk tanggung jawab dari
setiap perusahaan terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat.

 Pelanggaran etika akan mengakibatkan:


1. Masalah citra publik
2. Tuntutan hukum yang mahal
3. Tingginya tingkat pencurian oleh karyawan.

 Pengambilan keputusan etis dapat menumbuhkan kepercayaan bagi


hubungan antara para pelanggan, karyawan dan perusahaan lain
 Perilaku etis sangat penting bagi wirausahawan karena dapat
memberikan efek positif sebagai berikut :
a. Staf akan meniru perilaku pimpinannya
b. Standar etis akan membentuk kerangka kerja yang positif

 Perilaku tidak etis dalam berwirausaha akan menimbulkan hal-hal sebagai


berikut:
a. Mengganggu pengambilan keputusan usaha
b. Dapat dituntut dengan Undang-undang perlindungan konsumen
c. Bisnis tidak akan mampu bertahan dalam jangka panjang
Keuntungan Menjaga Etika
1. Jika jujur dalam berbisnis, maka bisnisnya
akan maju
2. Timbulnya kepercayaan
3. Kemajuan terjaga, jika perilaku etis
terjaga
4. Perolehan laba akan meningkat
5. Bisnis akan terjaga eksistensi dan
kesinambungannya
Cara Pria dan Wanita dalam Penyelesaian Masalah Etika
PRIA WANITA
1. Lebih memperhatikan masalah hak 1. Lebih memperhatikan perasaan

2. Menanyakan siapa yang benar 2. Menanyakan siapa yang akan


tersinggung
3. Membuat keputusan berdasarkan nilai 3. Menghindari keputusan

4. Keputusan bersifat tidak mendua 4. Memilih untuk berkompromi

5. Mencari solusi yang obyektif dan adil 5. Mencari solusi untuk meminimalkan
yang tersinggung
6. Berpegang pada peraturan 6. Berpegang pada komunikasi
7. Dituntun oleh logika 7. Dituntun oleh emosi
8. Menerima otoritas 8. Menentang otoritas
CONTOH KASUS ETIKA BISNIS
• Pertama, melubernya lumpur dan gas
panas di Kabupaten Sidoarjo yang
disebabkan eksploitasi gas PT Lapindo
Brantas.
• Dalam kasus Lapindo, bencana memaksa
penduduk kehilangan tempat tinggal,
pekerjaan dan masa depan.
• Perusahaan pun terkesan lebih
mengutamakan penyelamatan aset-
asetnya daripada mengatasi soal
lingkungan dan sosial yang ditimbulkan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai