PELAYANAN BK
KELOMPOK 9
DARA KARTIKA
VANIA DWISAURA ARTANTI (4193311008)
(4193311034)
NONA FARADIBA
(4193311012)
ILHAMSYAH HAREFA
(4193311040)
Aplikasi Pelayanan BK
01 Identifikasi pelayanan BK
Profesi
● Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya Konselor
wajib mengaitkannya dengan tugas dan
kewajibannya terhadap konseli dan profesi sesuai
kode etikuntuk kepentingan dan kebahgiaan konseli.
● Konselor sekolah tidak dibenarkan menyalahgunakan
jabatannya sebagai konselor sekolah untuk maksud
mencari keuntungan pribadi atau maksud lain yang
merugikan konseli, atau menerima komisi atau balas
jasa dalam bentuk yang tidak wajar
KERAHASIAAN DALAM KOMUNIKASI
DAN HAL-HAL YANG BERSIFAT PRIBADI
(1) (2)
Kesadaran konselor akan Menghargai hal-hal yang
keberagaman atau hal bersifat pribadi
yang bersifat menyangkut kehidupan
multicultural. konseli.
(3) (4)
Menghargai kerahasiaan Menjelaskan berbagai keterbatasan
informasi mengenai konseli. kerahasiaan ataupun situasi-situasi
Dalam hal ini konselor hanya tertentu yang menyebabkan
berbagi informasi seizing konseli kerahasiaan harus dibuka. Ha yang
atau berdasarkan pertimbang bisa dilakukan pada tahap
etis dan hukum. pengenalan dalam proses konseling.
2) AHLI TENAGA SISWA BERMASALAH
Masalah (kasus) berat seperti gangguan emosional berat,
kecandual alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa
hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam
atau senjata api. Kasus berat bisa dilakukan referal (alih tangan
kasus) kepada psikolog, psikiater, dokter, polisi, ahli hukum,
yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi
kasus. Asas alih tangan kasus merupakan asas bimbingan dan
konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien
mengalihtangankan permasalahannya itu kepada pihak yang
lebih ahli.
Tujuan Alih Tangan Kasus (ATK)
TUJUAN UMUM
Diperolehnya pelayanan yang optimal, setuntas mungkin atas masalah yang dialami klien.
TUJUAN KHUSUS
GRE
EN
Tujuan Konferensi Kasus
(1)
Untuk mendapatkan suatu konsesus dari
para ahli dalam menafsirkan data atau
informasi yang cukup memadai dan
komprehensif tentang siswa atau kasus
(4) guna memudahkan pengambilan
Adanya koordinasi dalam keputusan.
penanggulangan masalah
(2)
(3)
oleh berbagai pihak yang Menetapkan cara yang
berkepentingan (Sukardi, Sebagai langkah awal dalam terbaik untuk
2010). penetapan rujukan (referral) menangani kasus.
bila dibutuhkan bntuan di
luar kemampuan dan
tanggungjawab konselor.
Berkaitan dengan tujuan diselenggarakan
konferensi kasus ini Prayitno (2004)
menyatakan bahwa konferensi kasus itu untuk
kepentingan: (2)
(1) Terkomunikasikannya sejumlah
Diperolehnya gambaran yang aspek permasalahan kepada
lebih jelas, mendalam dan pihk-pihak yang
menyeluruh tentang berkepentingan dan yang
permasalah siswa; gambaran bersangkutan, sehingga
yang diperoleh itu lengkap penanganannya itu menjadi
dengan saling sangkut paut (3) lebih mudah dan tuntas.
data atau keterangan yang
Terkoordinasikannya
satu dengan yang lain.
penanganan masalah yang
dimaksud sehinggaa upaya
penanganan itu lebih efektif
dan efisien.
Peserta Konferensi Kasus
Kepala Sekolah, konselor, wali kelas, guru mata
pelajaran yang ada sangkut pautnya dengan masalah
konseli, orang tua siswa, dan pihak lain seperti dokter,
psikiater, psikolog maupun helper lain yang sekiranya
kemampuan dan kewenangannya relevan dengan
masalah yang sedang dibahas.
HOLA
Penyelenggaraan Konferensi Kasus untuk
Memecahkan
Dalam pertemuan itu konselor perlu membangunMasalah
persepsi dan Konseli
tujuan bersama dengan
arahan:
1. Tidak menekankan pada nama dan identitas siswa yang permasalahannya sedang
dibahas melainkan dipusatkan pada pembahasan masalahnya itu sendiri
2. Tujuan pertemuan pada umumnya, dan semua pembicaraan pada khususnya ialah
semata-mata untuk kepentingan perkembangan dan kehidupan konseli; semua isi
pembicaraan ialah untuk kebahagiaan konseli
3. Semua pembicaraan dilakukan secara terbuka, tetapi tidak membicarakan hal-hal
yang negatif tentang diri siswa yang bersangkutan; permasalah siswa disoroti secara
obyektif dan tidak ditafsirkan secara negatif atau mengarah kepada hal-hal yang
merugikan siswa
4. Penafsiran data dan rencana-rencana kegiatan dilakukan secara rasional, sistematik,
dan ilmiah
5. Semua pihak berpegang teguh pada asas kerahasiaan, semua isi pembicaraan
terbatas hanya untuk keperluan pada saat pertemuan itu saja, dan tidak boleh keluar
(Prayitno, 1999). Semua hal di atas harus ditekankan sejak awal pertemuan agar para
peserta dapat memahami dan mengambil bagian secara aktif dalam pertemuan itu.
4) KERJA SAMA GURU DENGAN KONSELOR
DALAM LAYANAN BK