Anda di halaman 1dari 10

TANDA-TANDA

VITAL (VITAL SIGN )


TANDA-TANDA VITAL
Pengukuran tanda-tanda vital memberikan
informasi yang berharga terutama mengenai status
kesehatan pasien secara umum. Tanda-tanda vital
meliputi temperatur/suhu tubuh, denyut nadi, laju
pernafasan/respirasi, dan tekanan darah.
Pengukuran ini harus dibandingkan dengan
rentang normal sesuai usia pasien dan
hasilpengukuran sebelumnya, jika ada.
SUHU TUBUH
• Suhu tubuh dapat diukur dengan berbagai alat
thermometer (thermometer gelas, elektronik,
timpani) dan berbagai rute (per oral, rectal, axilla,
tympani).
• Suhu tubuh normal untuk dewasa adalah 36,4-
37,2°C (97,5 – 99,0 °F).
Cara Pengukuran Suhu Tubuh
Rute
• Rute ini merupakan rute pengukuran suhu tubuh
Oral
yang akurat dan mudah dilakukan
• Pada pasien yang sadar. Temperatur tubuh pada
dewasa yang melalui rute oral adalah 37°C (98,6 °F).

Rute
• Rute rektal merupakan rute pilihan untuk pasien-
Rektal
pasien yang koma atau tidak dapat menutup mulut
karena intubasi, bedah facial, dan sebagainya.
• Umumnya dipakai untuk mengetahui temperatur
tubuh bayi
• Rute rektal merupakan cara paling akurat untuk
mengukur temperatur tubuh. Dengan cara ini, suhu
tubuh dewasa yang terukur normalnya adalah 37,5°C
(99,5 °F), 0,5°C (1°F) lebih tinggi daripada rute oral.
Rute
• Axilla
Rute axilla digunakan hanya jika rute oral dan rectal tidak
dapat dilakukan
• Rute ini aman dan akurat untuk pasien bayi dan anak-
anak.
• Suhu tubuh dewasa yang diukur melalui rute axilla adalah
36,5°C (97,7°F), yang berarti 0,5°C lebih renadak
daripada rute oral.
Rute
Timpani
• Termometer untuk rute timpani mempunyai ujung
termometer yang diletakkan ke dalam telinga.
• Termometer ini memiliki sensor inframerah yang
mendeteksi suhu darah yang mengalir melalui gendang
telinga.
TEKANAN DARAH
Klasifikasi tekanan darah Pada Orang Dewasa > 18
tahun Menurut Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure / JNC VII.
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal ≤120 < 80

Pre hipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥100


CARA PENGUKURAN

a. Metode Auskultasi

• Manset dihubungkan pada manometer air raksa


(sphygmomanometer) kemudian dililitkan di sekitar lengan.
• Rabalah arteri brakhialis untuk menentukan tempat
meletakkan stetoskop.
• Kemudian manset dipompa sampai denyut brakhial
menghilang. hilangnya denyutan menunjukkan bahwa
tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakhialis
telah tertutup.
• Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmhg
diatas titik hilangnya denyutan brakhial.
• Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai terdengar
suara bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan darah
sistolik.
• Bunyi yang pertama terdengar tersebut dikenal sebagai
bunyi korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak
jantung dan akan terus terdengar dari arteri brakhialis
Ada 5 fase bunyi korotkoff :

•Fase 1 : Bunyi pertama yang terdengar setelah


tekanan
cuff diturunkan perlahan. Begitu bunyi
ini terdengar, nilai tekanan yang ditunjukkan
pada
manometer dinilai sebagai tekanan sistolik.
•Fase 2 : Perubahan kualitas bunyi menjadi
bunyi
berdesir.
•Fase 3 : Bunyi semakin jelas dan keras. Gambar 1. Pengukuran tekanan
darah dengan
•Fase 4 : Bunyi menjadi meredam. metode auskultasi
•Fase 5 : Bunyi menghilang seluruhnya setelah
tekanan
dalam cuff turun lagi sebanyak 5-6 mmHg.
Nilai
tekanan yang ditunjukkan manometer
pada fase
b. Metode Palpasi

• Manset yang dililitkan pada lengan


dipompa dengan jari meraba nadi
radialis.
• Pada suatu tekanan tertentu dimana
denyut nadi tidak teraba lagi
tekanan manset perlahan-lahan
diturunkan dengan jari tetap meraba
nadi.
• Pada suatu saat tertentu akan teraba
Gambar 2. Pengukuran
nadi ini lagi yang disebut tekanan
tekanan darah
sistolik dengan mencatat berapa dengan metode palpasi
nilai dalam mmHg.
• Karena adanya kesukaran untuk
menentukan secara pasti kapan
denyut pertama teraba, tekanan
yang diperoleh dengan metode

Anda mungkin juga menyukai