Disadur dari:
Passia, et al. Rotational Path of Insertion in Fixed Prosthodontics when Abutment Axes
Do Not Match: A Case History Report. Int J of Prosthodontics (2019); 444-447
Konsep helix
Meningkat resiko masalah bridge
pulpa
pertama kali dijelaskan oleh Boer pada Kongres
Tahunan ke-40 Asosiasi Prostodontik Eropa
dalam presentasi poster.3 Konsep ini
memungkinkan pemasangan gigi tiruan cekat
pada gigi penyangga yang memiliki undercut
dalam arah bukal-lingual dengan jalur
pemasangan heliks, dikombinasi dengan translasi
dan rotasi.
Hipothesis Helix Bridge
• Salah satu syarat preparasi pada gigi tiruan
cekat adalah kesejajaran gigi penyangga.
Syarat tersebut tidak sepenuhnya benar,
karena terdapat beberapa keadaan dimana
adanya undercut dalam arah bukal-lingual
gigi penyangga.
Perencanaan preparasi menggunakan 3D Software
• Seorang pasien wanita berusia 66 tahun menjalani perawatan gigi rutin di klinik
mahasiswa pascasarjana di Departemen Prostodontik, Propaedeutik dan Dental
Material, Universitas Christian-Albrechts, Kiel, Jerman.
• Molar satu mandibula kanan tidak dapat direstorasi kembali karena ada radio
translusensi pada regio apikal yang diikuti oleh perawatan saluran akar dan
apikoektomi.
Pasien tersebut diinstruksikan untuk mengambil pilihan perawatan lain untuk gigi tunggal
yang hilang, meliputi implant dan gigi tiruan sebagian lepasan. Pasien meminta untuk gigi
tiruan cekat dan memilih gigi tiruan cekat sebagian dengan monolitik zirconia.
• aksis gigi divergen pada sisi kanan premolar dua dan molar dua mandibular
menggunakan mahkota sebagian pada kedua restorasi tersebut.
Analisis model studi (Gambar 1) menyatakan
bahwa terdapat resiko keterlibatan pulpa dan
membutuhkan perawatan saluran akar
setidaknya pada salah satu gigi ketika mencari
arah pemasangan linear pada kedua gigi
penyangga.
Boer mengenalkan konsep rotasi pada jalur pemasangan gigi tiruan cekat dengan
adanya undercut pada gigi penyangga dalam arah bukal-lingual, dimana prosedur
pemasangan gigi tiruan cekat dilakukan dengan kombinasi gerakan translasi dan
rotasi.
Pada kasus terkini, cara ini dapat menggunakan dua gigi penyangga yang telah di
preparasi dari masing-masing sumbu gigi dalam arah bukal-lingual.
Kedua gigi pasien yang
telah dipilih sebagai gigi
penyangga menunjukkan Penulis menyimpulkan
aksisi gigi berlawanan bahwa tingkat
dalam arah bukal- keberhasilan pulpa vital
lingual, dan paralelisasi pada gigi yang telah
gigi penyangga dengan direstorasi dengan crown
jalur pemasangan secara tunggal lebih tinggi
linear dapat daripada pada saat
menghasilkan resiko menjadi gigi penyangga
untuk gigi tiruan cekat .
parah terhadap pulpa
Penulis melihat alasan
utama perlunya
pengurangan pada gigi
penyangga adalah untuk
menyusun preparasi gigi
secara linear
• Prosedur pemasangan gigi tiruan cekat
dengan arah rotasional dapat
memperbolehkan gigi penyangga mengikuti
aksis masing-masing gigi tanpa perlu
paralelisasi pada arah bukal-lingual. Dengan
cara tersebut, banyaknya struktur gigi sehat
yang mengalami trauma dapat dipelihara dan
resiko pulpa irreversibel akibat trauma dapat
dikurangi
Kesimpulan