Anda di halaman 1dari 22

SUSPENSI

Disusun oleh
Rita Nurul Fadilah
31119106
Farmasi 1 C
Pengertian Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam
fase cair. (FI ed IV hal 17)

Suspensi adalah sediaan yang mengandung


bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (FI ed III
hal 32)
Persyaratan Suspensi
Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap.

Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali.

Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi.

Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
Penyimpanan dan Penandaan

• Dalam wadah
Penyimpanan tertutup baik,
ditempat sejuk.

• Pada etiket harus


Penandaan tertera “KOCOK
DAHULU”
Jenis Suspensi
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair, ditujukkan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam
bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair, ditujukkan untuk penggunaan pada
kulit.
3. Suspensi Tetes Telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi Oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel
sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat jarum suntiknya serta tidak
di suntikkan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Stabilitas Suspensi
1. Ukuran Partikel
 Makin kecil ukuran partikel, makin besar luas penampangnya.
Artinya daya tekan ke atas semakin besar memperlambat
gerakan partikel untuk mengendap.
 Makin besar ukuran partikel, makin kecil luas penampangnya.
Artinya daya tekan keatas semakin kecil mempercepat gerakan
partikel untuk mengendap.
Jadi, untuk memperlambat laju pengendapan dapat
dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
Stabilitas Suspensi
2. Kekentalan (Viskositas)
Dengan menambah kekentalan (viskositas) cairan, gerakan laju
partikel pengendapan diperlambat, sehingga suspensi tetap
stabil.
Tapi kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar
sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat
dibuktikan dengan Hukum Stokes
Stabilitas Suspensi
3. Jumlah Partikel (Konsentrasi)
Jika di dalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar,
maka partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering
terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan ini akan
mengakibatkan terbentuknya endapan.
Oleh karena itu, semakin besar konsentrasi partikel, makin
besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam
waktu cepat.
Stabilitas Suspensi
3. Sifat atau Muatan Partikel
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan
pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.
Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan
penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan
tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai
suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah
berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan Pensuspensi
Bahan Pensuspensi dari
Alam :
 Golongan Gom
 Golongan Bukan Gom

Bahan Pensuspensi
Sintetis
Bahan Pensuspensi dari Alam
Golongan Gom
1. Akasia (Pulvis Gummi Arabica/PGA)
Diperoleh dari tanaman Acasia sp.
Dapat larut dalam air, tidak larut dalam etanol dan bersifat asam.
2. Chondrus
Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau Gigartina mamilosa.
Dapat larut dalam air, tidak larut dalam etanol dan bersifat basa. Ekstrak dari chondrus disebut
karagen.
3. Tragakan
Diperoleh dari tanaman Astragalus gummifera.
Mucilago tragakan lebih kental dibanding mucilago dari gom arab. Mucilago tragakan hanya baik
sebagai stabilisator suspensi, tetapi bukan sebagai emulgator.
4. Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut.
Di perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya, yaitu natrium alginat. Konsentrasi yang biasa
digunakan 1-2%.
Bahan Pensuspensi dari Alam
Golongan Bukan Gom
Golongan bukan gom (golongan tanah liat)
Golongan bukan gom: Bentonit, Hectorit dan Veegum.
Ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air sehingga penambahan
bahan tersebut ke dalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada
campuran suspensi. Keuntungan golongan tanah liat : tidak dipengaruhi oleh
suhu/panas maupun fermentasi oleh bakteri karena tanah liat merupakan
senyawa anorganik.
Bahan Pensuspensi Sintetis
1. Derivat Selulosa: Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi
metil selulosa.
Di belakang nama tersebut biasanya terdapat angka atau nomor, misalnya
methosol 1500. angka ini menunjukkan kemampuan suspending agent untuk
meningkatkan viskositas cairan pelarut. Semakin besar angkanya,
kemampuannya semakin tinggi.
2. Golongan organik polimer: Carbaphol 934 (nama dagang suatu pabrik).
Konsentrasi yang biasa digunakan : ± 1%, untuk memperoleh viskositas yang
baik.
Cara Mengerjakan Obat
dalam Suspensi
Metode Dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago
yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan.
Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat
mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara,
lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah
kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya
serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat
terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 90º serbuk akan
mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki
sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel
zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah.
Cara Mengerjakan Obat
dalam Suspensi
Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut
organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam
pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air.
Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan
pensuspensi.
Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan
polietilenglikol
Sistem Pembentukan Suspensi

Sistem Partikel flokulasi terikat lemah, cepat


mengendap, tidak membentuk cake

Flokulasi dan mudah tersuspensi kembali.

Sistem Partikel deflokulasi mengendap perlahan dan


akhirnya membentuk sedimen, terjadi agregasi


dan terbentuk cake yang keras dan sukar
Deflokulasi tersuspensi kembali.
Sistem Pembentukan Suspensi
Sediaan suspensi terflokulasi Sediaan suspensi terdeflokulasi
Dibuat untuk produk yang Dibuat untuk produk yang
digunakan dalam jangka waktu digunakan dalam jangka waktu
lama. pendek.
Contoh sediaan suspensi Contoh sediaan suspensi
terflokulasi : terdeflokulasi :
- Jamu - Obat batuk
- Antibiotik (serbuk yang - Obat mag (contoh: milanta)
dilarutkan dengan
penambahan air)
Bahan Pengawet
Sebagai bahan pengawet untuk menambahkan stabilitas
suspensi :
• Butil parabenzoat
• Etil parabenzoat
• Propil parabenzoat
• Nipasol
• Nipagin
Keuntungan Sediaan Suspensi
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet /
kapsul, terutama anak-anak.
2. Homogenitas tinggi.
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas
permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna
meningkat).
4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut /
tidaknya).
5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Kerugian Sediaan Suspensi
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi,
dll)
2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali
sehingga homogenitasnya turun.
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang.
4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan
sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika
terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk
memperoleh dosis yang diinginkan.
Daftar Pustaka
• Syamsuni. 2005. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
• Farmakope Indonesia IV tahun 1995
• Farmakope Indonesia III tahun 1979
• Apoteker Peduli. 2013. Keuntungan dan Kerugian Sediaan
Suspensi.
Diakses pada tanggal 19 April 2020 pukul 20:29
https://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013/03/keuntungan-dan-kerugian-sedi
aan-suspensi.html
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai