Sterilisasi kimia merupakan metode desinfeksi alat atau instrumen dengan cara merendamnya
dalam larutan disinfektan. Proses sterilisasi sangat penting sekali dilakukan, seperti di Rumah
Sakit sebagai pencegahan infeksi nosocomial. Keberhasilan usaha tersebut akan dipengaruhi oleh
kualitas, dan kuantitas mikroorganisme yang terdapat pada bahan, alat serta lingkungan kerja.
Proses sterilisasi baik secara kimia atau yang lain, sebelumnya alat/bahan yang akan disterilkan
harus dilakukan proses dekontaminasi, pencucian, dan pembilasan (Irma & Endah, 2017).
Sterilisasi kimia dilakukan untuk bahan-bahan rusak. bila disterilkan pada suhu tinggi
(misalnya bahan-bahan dari plastik). Kekuatan agen antimikroba kimiawi diklasifikasikan atas
dasar efisiensinya dalam membunuh mikroorganisme. Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu (Novyatul, 2017):
1. Sterilisasi dengan gas (pengasapan/fumigasi) menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:
a. Glutaraldehid, relatif kurang bersifat iritasi dan lebih efektif dibandingkan formaldehid.
Bila digunakan dalam larutan 2%, glutaraldehid bersifat bekterisidal, tuberkuloisidal, dan
virusidal dalam waktu 10 menit dan bersifat sporosidal dalam waktu 3-10 jam.
b. Etilen oksida merupakan gaseous chemosterilizer, yaitu bahan kimia yang digunakan untuk
sterilisasi ruang tertutup (serupa dengan autoklaf). Karena kemampuannya mensterilisasi
pelaratan dan ruangan tanpa adanya panas, etilen oksida juga banyak diaplikasikan untuk
sterilisasi alat-alat rumah sakit. Kerugiannya adalah adanya residu toksik, diperlukan alat
khusus dalam penggunaanya, tidak bisa digunakan untuk sterilisasi bahan buangan, serta
bersifat karsinogenik.
c. Peroksigen, memiliki aktivitas antimikroba dengan cara mengoksidasi komponen seluler
mikroorganisme. Yang termasuk kedalam peroksida adalah ozon ( O 3) pada disinfeksi air,
hydrogen peroksida ( H 2 O 2 ) pada disinfeksi benda-benda tak hidup dan asam parasetat
(paracetic acid) dapat membunuh endospore dan virus dalam waktu 30 menit.