Anda di halaman 1dari 13

Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang

tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri (A. Aziz Alimul H., 2012). Desinfeksi
juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen
tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat perawatan ataupun kedokteran.
Desinfeksi dilakukan menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci, mengoles,
merendam dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi dan mengondisikan alat
dalam keadaan siap pakai.
Kemampuan desinfeksi ditentukan oleh waktu sebelum pembersihan objek, kandungan
zat org

anik, tipe dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi dan waktu pemaparan, kealamian
objek, suhu dan derajat keasaman (pH).

B. Jenis D
esinfeksi
1. Desinfeksi Tingkat Tinggi
Desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dapat membunuh semua organisme kecuali spora bakteri.
DTT dapat dilakukan dengan merebus, mengukus atau menggunakan bahan kimia.
a. DTT dengan merebus
1) Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih
2) Merebus selama 20 menit dalam panci tertutup
3) Seluruh alat harus terendam
4) Jangan menambah alat apapun ke air mendidih
5) Pakai alat sesegera mungkin atau simpan dalam wadah tertutup dan kering yang telah di DTT,
maksimal satu minggu
b. DTT dengan mengukus
1) Kukus alat selama 20 menit
2) Kecilkan api sehingga air tetap mendidih
3) Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap
4) Jangan pakai lebih dari 3 panci uap
5) Keringkan dalam kontainer DTT
c. DTT dengan kimia
1) Desinfektan kimia untuk DTT
2) Klorin 0,1%, Formaldehid 8%, Glutaraldehid 2%
3) Lakukan dekontaminasi dengan cuci dan dibilas lalu keringkan
4) Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20 menit
5) Bilas dengan air yang telah direbus dan dikeringkan di udara
6) Segera pakai atau disimpan dalam kontainer yang kering dan telah di DTT
2. Desinfeksi Tingkat Sedang
Desinfeksi tingkat sedang dapat membunuh bakteri, kebanyakan jamur kecuali spora
bakteri.
3. Desinfeksi Tingkat Rendah
Desinfeksi tingkat rendah dapat membunuh kebanyakan bakteri, beberapa virus dan
beberapa jamur tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel
dan spora bakteri.

C. Cara Desinfeksi
Menurut A. Aziz Alimul H. (2012), desinfeksi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu
sebagai berikut.
1. Cara desinfeksi dengan mencuci
Prosedur kerja:
a. Cucilah tangan dengan sabun lalu bersihkan, kemudian siram atau membasahi dengan alkohol
70%
b. Cucilah luka dengan H2O2, betadine, atau larutan lainnya
c. Cucilah kulit/jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan yodium tinktur 3%, kemudian dengan
alkohol.
d. Cucilah vulva dengan larutan sublimat atau larutan sejenisnya.

2. Cara desinfeksi dengan mengoleskan


Prosedur kerja:
a. Oleskan luka dengan merkurokrom atau bekas luka jahitan menggunakan alkohol atau betadine
3. Cara desinfeksi dengan merendam
Prosedur kerja:
a. Rendamlah tangan dengan larutan lisol 0,5%
b. Rendamlah peralatan dengan larutan lisol 3-5% selama 2 jam
c. Rendamlah alat tenun dengan lisol 3-5% kurang lebih 24 jam
4. Cara desinfeksi dengan menjemur
Prosedur kerja:
a. Jemurlah kasur, tempat tidur, urinal, pispot, dan lain-lain dengan masing-masing permukaan
selama 2 jam

D. Macam-macam Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
dengan membunuh jasad renik (bakterisid), terutama pada benda mati. Proses desinfeksi dapat
menghilangkan 60% - 90% jasad renik. Desinfektan digunakan secara luas untuk sanitasi baik di
rumah tangga, laboratorium, dan rumah sakit. Berikut ini merupakan bahan-bahan desinfektan.
1. Alkohol
Etil alkohol atau propel alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang
dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendesinfeksi
permukaan.
2. Glutaraldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang popular pada kedokteran gigi , baik
tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Glutaraldehid merupakan desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan.

3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran
gigi sebagai antiseptik kontrok plak.
4. Fenol
Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang
terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik.Zat ini bersifat virusidal dan
sporosidal yang lemah.Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak
digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
5. Klorsilenol
Merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktivitasnya
rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya
dettol).
Kriteria desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi
mikroorganisme pada suhu kamar; aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organic, pH,
temperature dan kelembaban; tidak toksik pada hewan dan manusia; tidak bersifat korosif; tidak
berwarna dan meninggalkan noda; tidak berbau; bersifat biodegradable/mudah diurai; larutan
stabil; mudah digunakan dan ekonomis; serta aktivitasnya berspektrum luas.

E. Cara Kerja Desinfektan


Menurut prosesnya, cara kerja desinfektan yaitu sebagai berikut.
1. Denaturasi protein mikroorganisme, yaitu dengan mengubah struktur mikroorganisme hingga
sifat-sifat khasnya hilang.
2. Pengendapan protein dalam protoplasma (zat-zat halogen, fenol, alcohol, dan garam logam).
3. Oksidasi protein(Oksidanasia).
4. Mengganggu sistem dan proses enzim (zat-zat halogen, alkohol ,dan garam logam).
5. Modifikasi dinding sel atau membran sitoplasma (desinfektasi dengan aktivitas permukaan).
F. Cara Membuat Larutan Desinfektan
Berikut ini adalah cara membuat larutan desinfektan dengan bahan berupa sabun,
lisol/kreolin, dan savlon.
1. Sabun
Alat/bahan:
a. Sabun padat/krim/cair
b. Gelas ukuran
c. Timbangan
d. Sendok makan
e. Alat pengocok
f. Air panas/hangat dalam tempatnya
g. Baskom
Prosedur kerja:
a. Masukkan 4 gram sabun padat atau krim ke dalam 1 liter air panas/hangat, kemudian diaduk
sampai larut.
b. Masukkan 3 cc sabun cair ke dalam 1 liter air panas/hangat kemudian diaduk sampai larut.
Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci tangan atau peralatan medis.
2. Lisol dan kreolin
Alat/bahan:
a. Larutan lisol/kreolin
b. Gelas ukuran
c. Baskom berisi air
Prosedur kerja:
a. Masukkan larutan lisol/kreolin 0,5% sebanyak 5 cc ke dalam 1 liter air. Larutan ini dapat
digunakan untuk mencuci tangan.
b. Masukkan larutan lisol/kreolin 2% sebanyak 20 cc atau larutan lisol/kreolin 3% sebanyak 30 cc
ke dalam 1 liter air. Larutan ini dapat digunakan untuk merendam peralatan medis.

3. Savlon
Alat/bahan:
a. Savlon
b. Gelas ukuran
c. Baskom berisi air secukupnya
Prosedur kerja:
a. Masukkan larutan savlon 0,5% sebanyak 5 cc ke dalam 1 liter air
b. Masukkan larutan savlon 1% sebanyak 10 cc ke dalam 1 liter air.
B. Pengertian Desinfeksi
hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan membunuh
mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat
atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada
benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung
dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari
debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan
dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme,
disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi
tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya
dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas
"tingkat menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
1. Kriteria desinfeksi yang ideal:
a) Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar.
b) Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban.
c) Tidak toksik pada hewan dan manusia.
d) Tidak bersifat korosif.
e) Tidak berwarna dan meninggalkan noda.
f) Tidak berbau/ baunya disenangi.
g) Bersifat biodegradable/ mudah diurai.
h) Larutan stabil.
i) Mudah digunakan dan ekonomis.
j) Aktivitas berspektrum luas.
2. Tujuan Desinfeksi
Adapun tujuan dari desinfeksi tersebut adalah
e. Mencegah terjadinya infeksi.
f. Mencegah makanan menjadi rusak.
g. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industry.
h. Mencegah kontaminasi terhadap bahan-bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni.
3. Macam-macam Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan
tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula
digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris
organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
a. Desinfeksi permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan
dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme,
disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi
tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :
1) Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari dengan
akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang efektif bagi kain
atau bahan plastik.
2) Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya
adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau
permukaan keras.
3) Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 : 10
hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis
logam karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu
menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.
Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas.
Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat menengah” bila permukaan tersebut
dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
Macam-macam desinfektan yang digunakan:
1) Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit.
Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk
mendesinfeksi permukaan, namun ada tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk
mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
2) Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi,
baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan,
diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan
akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa,
operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan
glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus
akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
3) Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam
bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada
detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan
air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2%
digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+)
maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya
pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
4) Senyawa halogen.
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide.
Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat
diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
5) Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat
yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat
virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh
oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
6) Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai
desinfektan (misalnya Dettol).
Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik dari sumber lain
1) Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil
saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan
dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan
alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang
masih biasa menggunakan merkuroklorida(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh
manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.
2) Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis.Daya
kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan
jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zatpewarna tersebut.
Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme
reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang
digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.
3) Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur
atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat
makan dan minum.
4) Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai
desinfektan.
Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang
berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-
desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan
bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
5) Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa
senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida,dan kerjanya tidak
banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan)
pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda
mati. Satu persen lisol(kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi
konsentrasiyang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
6) Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl
alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efekpreservatifnya
(sebagai pengawet).
7) Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agenini
sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar
37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.
8) Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh
bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini
menjadi germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan
melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat-rapat. Misalnya
agen ini telah digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah
tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum,
setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen
oksida.
9) Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat anti septiknya yang sedang, karena kemampuannya
mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka,
terutama luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.

10) Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini
mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan
untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan,karena betapropiolakton
dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepatuntuk menghasilkan asam akrilat,
sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat beta propiolakton yang tersisa.

11) Senyawa Amonium Kuaterner


Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya
mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen.
II. Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan
lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen
maupun yang a patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu
benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi
memiliki perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan yang sama. Namun
sterilisasi memiliki guna yang lebih besar dan desinfeksi secara khusus membunuh kuman
penyebab penyakit.

Anda mungkin juga menyukai