Anda di halaman 1dari 10

SUKMA UMASANGADJI 183145105037

AUTIN SAKNOHSIWY
183145105052
NUR INDAH CHAIRUNNISA. B 183145105054
RIKMES LENCY MOZES 183145105030
APANI BOINAW 183145105031
RINI ALFIRAINI A1C219032
LEGAYATRI SUAT 183145105035
DEWISTA ABDULLAH A1C19056
EMELDAWANTI PATODINGAN 183145105047
RETHAN YOLANDA METANILLA 183145105036

Kelompok 2 :

PENGKAJIAN PADA ANAK DENGAN KESEHATAN


MENTAL
Section
Break
01 Defeisi kekerasan pada anak
Untuk mengetahui definisi kekerasan pada
anak

Etiologi kekerasan pada anak

02 Untuk mengetahui Etiologi kekerasan pada


anak

Manifestasi klinik kekerasan pada anak

03 Untuk mengetahui Manifestasi klinik kekerasan


pada anak

Pthway kekerasan pada anak

04 Untuk menegtahui Pthway kekerasan pada


anak

Penatalaksanaan medis

Pembahasan 05 Untuk menegtahui penetalaksanaan medis


pada anak
Menurut Sutanto (2006), kekerasan anak adalah Sementara menurut U.S Departement of
perlakuan orang dewasa/anak yang lebih tua dengan Health, Education and
menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak Wolfare memberikan definisi Child
yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung abuse sebagai kekerasan fisik atau mental,
jawab/pengasuhnya, yang berakibat penderitaan, kekerasan seksual dan penelantaran
kesengsaraan, cacat atau kematian. terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang
dilakukan oleh orang yang seharusnya
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
Kekerasan anak lebih bersifat sebagai bentuk anak, sehingga keselamatan dan
penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau kesejahteraan anak terancam.
luka pada tubuh sang anak.
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau
perbuatan orangtua atau orang yang merawat anak
yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental
maupun fisik, perkembangan emosional,dan
perkembangan anak secara umum.

DEFINISI
ETIOLOGI
Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang menyebabkan child abuse,
yaitu:
• Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak. Orang tua yang memiliki kelainan
mental, atau kurang kontrol diri daripada orang lain, atau orang tua tidak memahami
tumbuh kembang anak, sehingga mereka memiliki harapan yang tidak sesuai dengan
keadaan anak. Dapat juga orang tua terisolasi dari keluarga yang lain, bisa isolasi sosial
atau karena letak rumah yang saling berjauhan dari rumah lain, sehingga tidak ada orang
lain yang dapat memberikan support kepadanya.
• Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain. Hal ini dapat terjadi
pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak direncanakan, anak yang cacat,
hiperaktif, cengeng, anak dari orang lain yang tidak disukai, misalnya anak mantan
suami/istri, anak tiri, serta anak dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada anak BBLR saat
bayi dilahirkan, mereka harus berpisah untuk beberapa lama, padahal pada beberapa hari
inilah normal bonding akan terjalin.
• Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi tidak terlalu berpengaruh
jika hal tersebut terjadi pada orang lain. Kejadian yag sering terjadi misalnya adanya
tagihan, kehilangan pekerjaan, adanya anak yang sakit, adanya tagihan, dll. Kejadian
tersebut akan membawa pengaruh yang  lebih besar bila tidak ada orang lain yang
menguatkan dirinya di sekitarnya Karena stress dapat terjadi pada siapa saja, baik yang
mempunyai tingkat sosial ekonomi yag tinggi maupun rendah, maka child abuse dapat
terjadi pada semua tingkatan
 
MANIFESTASI KLINIS
• Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami
perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
 Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak2 sebayanya yang tidak mendaapat
perlakuan salah.
 Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
1.kecerdasan
2.Emosi
3.Konsep diri
4.Agresif
5.Hubungan sosial
Faktor anak: Faktor orang tua :
• anak tidak • pecandu alkihol Faktor lingkungan
di inginkan • Narkoba • ortu tidak bekerja
• anak catat • kelainan jiwa • kemiskinan
• retardasi • depresi/stres  
mental • pengalaman
penganiyan waktu kecil

child abuse

penelantaraan
• masalah kesehatan Kekerasan
mental
Asupan diet tidak
• gangguan psikologis
cukup
Luka akibat
kekerasan
Resiko prilaku
Resiko kekerasan terhadap
Ketidaksatabilan diri sendiri
Glukosa Darah nyeri akut
PENETALAKSANAAN MEDIS

Melakukan persetujuan/penolakan untuk dilakukan


pemeriksaan medis (informed consent/informed
refusal) untuk menjelaskan kepada anak maupun
orang tua tentang maksud, tujuan, proses dan lama
pemeriksaan.

Anamnesis baik autoanamnesis maupun alloanamnesis dan bila


perlu menggunakan alat bantu seperti boneka, alat tulis dan
alat gambar. Anamnesa terhadap anak yang diduga sebagai
korban dan pengantar sebaiknya dilakukan terpisah. Menilai
adanya kemungkinan ketidaksesuaian yang muncul antara
penuturan orang tua/pengantar dan anak dengan temuan
medis.

Pemeriksaan fisik memeriksa keadaan umum meliputi


kesadaran dan tanda vital, memperhatikan apakah ada luka
lama dan baru yang sesuai dengan urutan peristiwa
kekerasan yang dialami
Pemeriksaan status mental perlu dilakukan karena dampak dari
kekerasan dapat menimbulkan distres serta gejala-gejala paska
trauma. Gejala yang muncul antara lain ketakutan, siaga
berlebihan (mudah kaget, curiga), panik dan berduka (perasaan
sedih terus menerus).

Pemeriksaan penunjang dapat meliputi pemeriksan Rontgen


dan USG, pemeriksaan laboratorium darah dan urin rutin. Pada
kasus kekerasan seksual dapat ditambah pemeriksaan
penapisan (screening) penyakit menular seksual, test
kehamilan, pemeriksaan mikroskopis sperma serta pemeriksaan
toksikologi.
Column
Style

DAFTAR PUSTAKA
https://202.137.25.13/ejurnal/pdf/manuskripAlurpelaporanKTA.pdf
https://www.scribd.com/doc/114432373/Askep-kekerasan-pada-anak-child-a
buse

https://www.scribd.com/document/361818937/PATHWAY-Child-Abuse
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai