Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS

KEDOKTERAN KELUARGA
Pembimbing
dr. Suharto, M.Kes

Disusun Oleh:
Insyirah Prabawati 1620221215
Yuliawitri 1620221205

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
PERIODE 28 JANUARI – 23 MARET 2019
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni bakteri aerob yang dapat hidup terutama
di paru atau berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan
parsial oksigen yang tinggi.

Pada tahun 2004 WHO memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang
penderita tuberkulosis paru menular (BTA positif) pada setiap 100.000
penduduk. Saat ini Indonesia masih menduduki urutan ke-2 di dunia untuk
jumlah kasus TB setelah India dan China
TUJUAN
Umum

• Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien lansia


dengan penyakit menular yakni Tuberkulosis Paru.

Khusus

• Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus


keluarga) pasien lansia dengan Tuberkulosis Paru.
• Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan
• Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien dengan Tuberkulosis
Paru
MANFAAT
Bagi penulis

• Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta


penatalaksanaan dengan pendekatan kedokteran keluarga.

Bagi tenaga kesehatan

• Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan


penatalaksanaan kepada pasien dengan Tuberkulosis yang dilakukan secara
holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam
proses kesembuhan

Bagi pasien dan keluarga

• Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa keluarga juga


memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan dan mencegah
kekambuhan
LANDASAN TEORI
KARAKTERISTIK PELAYANAN
KEDOKTERAN KELUARGA
Adalah pelayanan kesehatan/asuhan medik yang:
 Didukung oleh pengetahuan kedokteran mutakhir; Dilakukan
secara paripurna (comprehensive), terpadu (integrated),
menyeluruh (holistic), berkesinambungan (sustainable);
 Terhadap semua keluhan dan pengguna jasa pelayanan
kesehatan (PJPK) sebagai komponen keluarganya;
 Dengan tidak memandang umur, jenis kelamin dan sesuai
dengan kemampuan yang ada
TUBERCULOSIS PARU
DEFINISI
• Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman mycobacterium tuberculosis.
• Penyakit ini biasanya menginfeksi paru.

ETIOLOGI

• bakteri Mycobacterium tuberculosis.Organisme ini termasuk ordoActinomycetalis, familia


Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium.Genus Mycobacterium memiliki beberapa
spesies diantaranya Mycobacterium tuberculosis
• berbentuk batang yang tahan asam atau sering disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler,
bersifat aerobdengan ukuran panjang 2 μm-4 μm dan lebar 0,2 μm–0,5 μm.

EPIDEMIOLOGI

• Pada tahun 2015, insiden kasus baru TB paru, termasuk HIV dengan TB, adalah 395 per
100.000 populasi. Insiden meningkat seiring dengan meningkatnya usia, dimana laki-laki
lebih banyak terkena dibanding wanita. Angka kematian atau mortalitas TB adalah 40 per
100.000 populasi.
Faktor Resiko
• Kebiasaan dan paparan
• Status nutrisi
• Penyakit sistemik,
Faktor Host • Immunocompromisd

• Orang yang tinggal serumah dengan seorang


penderita TB akan berisiko untuk terkena TB
Faktor • Pada anak, faktor risiko terjadinya infeksi TB
antara lain adalah anak yang terpajan dengan orang
Lingkungan dewasa dengan TB aktif
Gejala Klinis
Gejala respiratorik
Gejala sistemik
 Batuk ≥ 3 minggu
• Demam.
 Batuk darah • Keringat malam
 Sesak napas • Anoreksia.
 Nyeri dada • Berat badan
menurun
Patogenesis
Diagnosis
Penatalaksanaan
 Pengobatan TB bertujuan untuk :
 Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan
produktivitas
 Mencegah kematian.
 Mencegah kekambuhan.
 Mengurangi penularan.
 Mencegah terjadinya resistensi obat

 Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase


intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.  Paduan
obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.
PENGOBATAN
 Obat yang dipakai: Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)

Jenis obat utama (lini 1) yang  Kanamisin


digunakan adalah:
 Amikasin
 INH
 Kuinolon
 Rifampisin
 Pirazinamid
 Streptomisin
 Etambutol
LAPORAN HASIL
KUNJUNGAN RUMAH
ANAMNESIS HOLISTIK
(AUTOANAMNESIS)
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis di rumah Pasien
pada hari Sabtu, 16 Februari 2019, pukul 15.00 WIB di rumah
pasien.

Keluhan Utama :

Pasien datang dengan keluhan batuk lebih dari satu bulan.


Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskesmas Muntilan I dengan keluhan batuk lebih dari satu
bulan. Batuk juga disertai lendir kental berwarna keruh dan kadang-kadang
terdapat bercak darah. Keluhan batuk dirasakan semakin memberat, batuk
mengganggu aktivitas dan juga mengganggu tidur karena pasien sering batuk yang
tidak kunjung berhenti di malam hari. Tiga hari yang lalu pasien merasakan sesak.
Sesak tidak diperberat dengan aktivitas fisik yang dilakukan pasien dan tidak
memburuk saat pasien dalam posisi tidur terlentang, ataupun miring kanan maupun
kiri. Sesak tidak disertai napas berbunyi. Sesak akan semakin terasa saat pasien
batuk. Sesak dirasakan sedikit berkurang dengan istirahat.

Pasien juga mengeluhkan badan terasa lemah, letih, lesu dan cepat lelah serta
keringat di malam hari. Pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan yang
drastis yaitu sebanyak 10 kilogram selama 3 bulan terakhir. Keluhan ini disertai
dengan penurunan nafsu makan dan badan terasa lelah dan lemas terus menerus.
Pasien tidak mengakui adanya demam. Keluhan nyeri dada disangkal. Keluhan
kaki bengkak disangkal. Keluhan muntah darah disangkal. BAB dan BAK lancar
dan tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum berobat ke puskesmas pasien belum pernah
mengkonsumsi obat yang diminum selama 6 bulan ataupun obat
yang membuat kencing berwarna merah, pasien hanya
mengkonsumsi obat-obatan yang dibelinya di warung untuk
mengurangi keluhannya, namun meski telah mengkonsumsi
obat-obatan pasien tidak merasakan adanya perubahan pada
keluhannya. Pasien tinggal dengan suami dan anak-anaknya
yang berusia 21 dan 18 tahun
Riwayat Penyakit Dahulu

• Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat keluarga, pasien mengatakan orang tuanya (ayah) meninggal


karena penyakit paru.
Riwayat Pengobatan
• Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan apapun sebelumnya

Riwayat Personal Sosial

• Pasien tidak pernah mengonsumsi rokok dan Riwayat meminum alkohol


maupun obat-obatan terlarang disangkal.
Anamnesis Sistemik
 Sistem kardiovaskular : Tidak ada keluhan
 Sistem integumentum : Tidak ada keluhan
 Sistem musculoskeletal : Tidak ada keluhan
 Sistem gastrointestinal : Tidak ada keluhan
 Sistem urogenital : Tidak ada keluhan
 Sistem neurologi : Tidak ada keluhan
Aspek Personal
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran/GCS : Compos Mentis / E4 M6 V5.
 Tanda Vital :
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
 Nadi : 94 x/m
 Suhu Axilla : 36,90C.
 Respirasi : 22 x/menit.
 Saturasi O2: 98 %
 TB : 157 cm. BB : 47 kg.
 BMI : 19,07(normoweight
Px Head to Toe
Kepala: Leher :
normocephal
Bentuk kepala Tidak terdapat pembesaran KGB cervical.
JVP : 5 + 2 cm H2O.
tidak
Rambut merata,
terdapat
alopesia. Thorax :

deformitas
Tidak terdapat Cor

hematom. atau
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak tampak ictus
cordis.
tidak
Wajahterdapat
simetris,oedem
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea mid clavicularis kiri ICS V

maupun parese. Perkusi : Batas jantung :

Mata : Kanan atas ICS II linea parasternalis dextra.


Kanan bawah ICS V linea parasternalis dextra.
enoftalmus
Eksoftalmus (-),
(-), Pinggang jantung ICS III Linea parasternaslis sinistra.

edema (-). Kiri bawah ICS V linea midclavicularis sinistra.

(-/-),
Konjungtiva
Sklera anemis
ikterik
Auskultasi : Bunyi jantung S1=S2, reguler, murmur (-), gallop (-).

(-/-).
(+/+),
Pupil isokor, RCL
RCTL (+/+).
Pulmo
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada sisi yang tertinggal.
Palpasi : Apex vokal fremitus sinistra = dextra
Basal vokal fremitus sinistra = dextra
Perkusi : sonor pada kedua lapang pulmo
Auskultasi : Ronkhi +/+, vesikuler melemah +/+, Wheezing -/-,
Abdomen :
Inspeksi : Datar.
Auskultasi : Bising Usus (+) normal.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, pekak hepar (+).
Ekstremitas :
Edema (-/-/-/-).
Sianosis (-/-/-/-).
Akral hangat.
Capillary refill time < 2 detik.
Pemeriksaan Penunjang
 Sputum BTA :
 Sewaktu : Positif
 Pagi : Positif
Diagnosa Kerja
 Tuberculosis Paru BTA Positif
Penatalaksanaan
Medikamentosa
 FDC(Fixed Dose Combination) kategori 1
Non Medikamentosa
 - Tirah baring
 - Sering memakai masker
 - Etika batuk dan bersin yang benar
 - Menjaga pola makan sehat
 - Ventilasi udara yang sehat
 - Edukasi mengenai tuberculosis paru
Kunjungan Rumah
 Kondisi Pasien
Pada saat kunjungan rumah kondisi pasien dalam keadaan baik..
Keadaan Rumah
 Lokasi : Sriwedari, Muntilan, Kabupaten Magelang

 Kondisi rumah : Rumah pasien terletak di lingkungan pedesaan. Rumah permanen satu lantai.

 Luas : 80 m2

 Lantai rumah: Seluruh lantai rumah adalah tanah

 Jendela rumah : Hanya terdapat di ruang tamu sedangkan di kamar pasien tidak terdapat jendela. Ventilasi
hanya terdapat di ruang tamu, namun di kamar tidak terdapat ventilasi.

 Pencahayaan : Kurang baik, saat siang jika ingin membaca buku harus menghidupkan lampu.

 Kebersihan dan tata letak ruang : Tidak ada sampah yang bertebaran dan barang-barang terletak rapih. Rumah terdiri
dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dengan WC, 1 ruang keluarga dan dapur

 Sanitasi dasar : Sumber air pasien menggunakan sumur gali, limbah rumah tangga dialirkan ke parit, untuk sampah
dapur sebagian dibakar.

 Halaman rumah : Halaman rumah pasien kurang luas dan tidak ditanami tanaman

 Kesan kebersihan : Kebersihan kurang baik


Denah Rumah
Indikator Rumah Sehat
Indikator Rumah Sehat
Indikator Rumah Sehat
Indikator Rumah Sehat
 Penetapan skor kategori rumah sehat:
 Baik : Skor 35-42 (>83%)
 Sedang : Skor 29-34 (69-83%)
 Kurang : Skor <29 (<69%)

 Pada rumah pasien termasuk ke dalam kategori rumah dalam


kondisi sedang.
Pengamatan Keluarga
 Karakteristik Demografis Keluarga
 Alamat pasien di Dusun Ngetos, Desa Sriwedari, Kecamatan
Muntilan Kabupaten Magelang. Daerah tempat tinggal
pasien merupakan pemukiman penduduk yang teratur. Pasien
tinggal bersama suami.
Profil Keluarga
Genogram
Genogram dibuat pada tanggal 16 Februari 2019, sumber Ny. P. Pewawancara Insyirah dan Yulia.
Family Map

Keterangan:
: Fungsional (hubungan dekat)
: Disfungsional
: Saling acuh tak acuh
APGAR

Klasifikasi :
Skor 8-10 : Fungsi
keluarga sehat
Skor 4-7 : Fungsi
keluarga kurang sehat
Skor 0-3 : Fungsi
keluarga tidak sehat
Kesimpulan : Skor total
10, fungsi keluarga sehat
FAMILY
Komponen Sumber daya Patologis

Social Seluruh anggota keluarga pasien Tidak ada


sering berkumpul bersama di

SCREEM
ruang makan atau di ruang tamu
untuk berbagi cerita atau
berdiskusi.

Cultural Pasien dan keluarga aktif dalam Tidak ada


melakukan kegiatan di
lingkungan tempat tinggalnya
sesuai dengan kebudayaan Jawa
yang berlaku.

Religious Pasien dan keluarga semua Tidak ada.


beragama Islam dan selalu
menjalankan ibadah dengan taat
dan ikhlas. Pasien dan keluarga
seringkali solat berjamaah di
rumah. Pasien mengatakan lebih
baik setelah menjalankan ibadah
ketika ada masalah.

Economy Pasien merupakan ibu rumah Penghasilan tidak menentu


tangga dan suami pasien bekerja sehingga terkadang untuk
sebagai buruh sawah menyesuaikan pengeluaran
keluarga, pasien makan hanya
dengan sayur dalam sehari atau
kadang-kadang tahu atau tempe.

Educatioon Pendidikan terakhir pasien dan Kurangnya motivasi untuk


suami adalah SMP dan SD. menyekolahkan anak ke tingkat
Kesadaran pasien untuk yang lebih tinggi dan tidak ada
menyekolahkan anaknya baik tabungan khusus untuk
pendidikan anak.

Medical Pasien memiliki jaminan


Tahun Usia Peristiwa Severity of Illness

FAMILY 1995

1998
20 tahun

23 tahun
Menikah

Anak pertama lahir


-

Ketidakstabilan emosi

LIFE pasien di satu sisi


senang berperan

LINE sebagai orang tua dan


di sisi lain belajar
menjadi orang tua
2000 25 tahun Anak kedua lahir -

2018 43 tahun Pasien didiagnosis Stress psikososial


TB Paru ringan merasa beban
keluarga makin
bertambah melihat
kenyataan dirinya
mengidap penyakit
dengan masa
penyembuhan yang
cukup lama
Aspek Personal Keluhan: Batuk berdahak, lemas, nafsu makan menurun,
dan keringat pada malam hari

DIAGNOSIS Kekhawatiran: Khawatir berkembang menjadi penyakit

yang lebih berat bila tidak diobati dengan benar sehingga

HOLISTIK menghambat aktivitasnya dan khawatir suami dan anak-

anak pasien tertulari penyakit pasien

Harapan: Dapat sembuh total dan tidak menjadi penyakit

yang lebih berat serta tidak menulari keluarganya.

Aspek Klinis Tuberkulosis Paru

Aspek Resiko Internal Genetik : Tidak ada

Pola Makan: Belum memenuhi pola gizi seimbang

Perilaku: Pasien jarang memakai masker jika sedang


kontak dengan orang lain

Spiritual : Pasien percaya bahwa penyakit yang dideritanya


adalah ketentuan Allah SWT, pasien juga berdoa agar
selalu diberi kesehatan

Aspek Resiko Eksternal Faktor pendukung kesehatan pasien yang berasal dari
keluarga ialah adanya dukungan dari suami dan anak dalam
mengupayakan agar pasien mengonsumsi pola makan gizi
seimbang, dan memberitahu agar pasien rutin minum obat
serta kontrol ke puskesmas.

Ekonomi: Suami pasien bekerja sebagai buruh

Lingkungan: Pasien tidak memiliki masalah terhadap


lingkungan sekitar

Derajat Fungsional Pasien termasuk derajat 1 dimana pasien tidak ada


kesulitan, pasien dapat secara mandiri melakukan
perawatan diri dan melakukan seluruh aktivitasnya tanpa
MANAJEMEN
KOMPREHENSIF
• Edukasi mengenai tuberculosis

Promotif • Menjelaskan pada pasien bahwa penyakit tersebut


dapat ditularkan, dan disarankan untuk memakai
masker jika kontak dengan orang lain.

• Pencegahan yang dilakukan terhadap pasien


diberikan dalam bentuk mengedukasi dan
Preventif memotivasi pasien agar teratur untuk kontrol dan
minum obat secara rutin. Membuka setiap jendela
rumah agar matahari masuk secara langsung.

• Konsumsi obat FDC Kategori I yaitu2 RHZE/ 4 RH


dimana obat Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamide, dan
Kuratif Etambutol diminum setiap hari selama 2 bulan pertama,
dilanjutkan obat Rifampisin dan Isoniazid diminum setiap
hari selama 4 bulan.

Rehabilitatif • Tidak dilakukan


DIAGARAM REALITA
Permasalahan Pada Pasien dan
No.
Keluarganya
Resiko Masalah Kesehatan Rencana Pembinaan

1. Tuberkulosis Edukasi dan konseling tentang


tuberkulosis, kontrol rutin dan
mengkonsumsi obat sampai tuntas,
pencegahan penularan penyakit dengan
menggunakan masker jika kontak
dengan orang-orang sekitar dan etika
batuk, membuka jendela rumah setiap
hari agar matahari masuk.

2. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Edukasi tentang cara meningkatkan


Kebutuhan : ekonomi keluarga, seperti melakukan
berdagang depan rumah atau keliling,
Pendapatan keluarga rendah
ikut kegiatan pkk, dan lain-lain.

3. Lingkungan Rumah :
- Ventilasi dan pencahayaan alamiah · Edukasi untuk membuka jendela pada
rumah kurang siang hari lebar-lebar (bila tidak
hujan).
- Jendela banyak debu · Edukasi untuk membersihkan jendela
rumah.
Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan Keluarga yang Hasil Kegiatan
Terlibat

16 Februari Edukasi mengenai penyakit Pasien, Suami, dan Pasien, Suami, dan
2019 tuberkulosis yang meliputi, faktor Anak Anak memahami
risiko, tanda dan gejala, cara penjelasan yang
penularan, rencana pengobatan , diberikan
komplikasi dan pencegahan

17 Februari Edukasi mengenai perilaku hidup sehat Pasien, Suami, dan Pasien, Suami, dan
2019 diantaranya adalah menjaga pola Anak Anak pasien
makan, rutin berolah raga, memahami
menghindari stress, dan membuka perilaku hidup
jendela rumah setiap hari agar matahari sehat
masuk.
Kesimpulan Pembinaan Keluarga
Hasil pembinaan keluarga dilakukan pada hari Sabtu tanggal 16 Februari 2019 pada pukul 15.00 WIB.
Dari pembinaan keluarga tersebut didapatkan hasil sebagai berikut
Tingkat pemahaman : Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik
Hasil Pemeriksaan :
Keadaan Umum : Baik
Keluhan : Tidak ada
TTV : Tekanan darah 120/80 mmHg
Faktor pendukung :
Pasien dan keluarga dapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan dengan baik
Kesadaran keluarga pasien untuk mendukung kesembuhan pasien sangat baik, sehinggga keluarga
sangat kooperatif untuk membantu pasien untuk meminum obat.
Faktor penyulit :
Kurangnya pengetahuan mengenai cara minum obat dan penularan penyakit
 
Indikator keberhasilan :
Pengetahuan meningkat mengenai penyakit tuberkulosis sehingga dapat mencegah penularan
tuberkulosis ke orang terdekat atau sekitar pasien.
Kesadaran pasien untuk meminum obat secara teratur dan berobat ke fasilitas kesehatan
Kesadaran pasien untuk hidup sehat dengan menjaga pola hidup sehat
KESIMPULAN
 Berdasarkan data yang didapat dari kunjungan rumah Ny. P di
Dusun Ngetos, Desa Sriwedari, Muntilan, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah didapatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan Ny. P yaitu terdiri dari faktor
genetik, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor
pelayanan kesehatan. Faktor perilaku yaitu kurangnya
kesadaran dalam membuka ventilasi di rumah setiap hari dan
tidak memakai masker. Keluarga pasien memiliki peranan
penting dalam penyembuhan penyakit pasien dalam hal
pengawasan minum obat dan pola makan gizi seimbang. Peran
keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan
peningkatan pengetahuan mengenai tuberculosis.
TERIMAKASIH
SARAN
Kepada Pasien
 Memiliki persediaan obat serta rajin untuk kontrol ke puskesmas.
Kepada Keluarga Pasien
 Melakukan pengawasan minum obat
Kepada Tenaga Kesehatan
 Melakukan pendekatan keluarga dalam menangani kasus tuberculosis.
Melakukan edukasi serta penyuluhan terhadap warga desa mengenai
tuberculosis berguna untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar
lebih sigap dalam pengenalan gejala dini dan pengobatan dan mencegah
terjadinya penularan penyakit tuberculosis yang lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai