Anda di halaman 1dari 42

SKIZOFRENIA

Disusun Oleh :

Evan Dionesia Gravianto G4A018018 Esa Fitriani Azizah G4A018030


Titis Pudyatika Destya A G4A018021 Masvira Lailiyah Miftah G4A018036
Dyah Ayu Anastasya P G4A018023 Oktafiana Nur Fitriyah G4A018041
Fajar Budi Pratomo G4A018025 Farah Nurfadhilah G4A018077
Auzan Qostholani A G4A018027

Pembimbing :
Dr. Taufik Hidayanto, Sp.KJ
DEFINISI &
EPIDEMIOLOGI
DEFINISI
• Asalnya dari bahasa Yunani : ”schizo” artinya terbagi/terpecah dan
”phrenia” yang berarti jiwa (Videbeck, 2008).
• Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis
yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi
normal kognitif, mempengaruhi emosional dan tingkah laku (Depkes
RI, 2015).
• Gangguan jiwa skizofrenia sifatnya adalah ganguan yang lebih
kronis dan melemahkan dibandingkan dengan gangguan mental lain
SEJARAH
• Emil Kraepelin (1898)  teori dementia preacox
• Eugene Bleuler (1911)  schizophrenia (menunjukkan
terpisahnya pikiran, emosi dan perilaku) dengan ciri 4A:
• Asosiasi
• Afek
• Autisme
• Ambivalensi

Kurt Schneider  mengembangkan peran dari gejala positif seperti halusinasi,


delusi, dan membuat hirarki “the first rank symptoms of schizophrenia”  pedoman
dalam menegakkan diagnosa hingga saat ini
EPIDEMIOLOGI
• Angka insidens  1 per 10.000 orang pertahun.
• Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin ras dan budaya
adalah sama.
• Wanita cenderung mengalami gejala yang lebih ringan, lebih sedikit
rawat inap dan fungsi sosial yang lebih baik di komunitas
dibandingkan laki-laki.
• Onset skizofrenia pada laki-laki terjadi lebih awal dibandingkan pada
wanita.
• Onset puncak pada laki-laki terjadi pada usia 15-25 tahun sedangkan
pada wanita terjadi pada usia 25-35 tahun.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018


menunjukkan, prevalensi skizofrenia/psikosis di
Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah
tangga.
PERKEMBANGAN GANGGUAN

 Seringkali diawali dengan fase prodromal;


yaitu periode dimana mulai terjadinya
penurunan fungsi dalam kehidupan. Ditandai
dengan:
• Hilangnya minat terhadap aktivitas sosial
• Meningkatnya kesulitan dalam memenuhi
tanggung jawab/tuntutan hidup sehari-hari
 Kemunculan biasanya secara gradual, jarang
disadari oleh orang lain hingga masuk fase
akut.
ETIOLOGI
Etiologi Skizofrenia

01 Faktor Genetika

02 Faktor Biokimia

03 Faktor Neurobiologi

04 Faktor Psiko-sosial
1.Faktor Genetika

Serangkaian studi menunjukkan seseorang memilki


01
01 kecenderungan seseorang mengalami skizofrenia
berkaitan dengan kedekatan hubungannya

Dibuktikan  penelitian tentang keluarga-keluarga


02
02 penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu
telur.

Angka kesakitan :
03
03 saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%
saudara kandung 7 – 15%
anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia
7 – 16%
kedua orangtua menderita skizofrenia 40 – 68%
kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%
kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%.
.
 Hipotesis Dopamin

Rumusan sederhana dari hipotesis dopamin skizofrenia


menyatakan skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik
yang berlebihan.

2.Faktor Dilihat dari dua pengamatan 


Pertama, potensi sebagian besar obat antipsikotik (antagonis reseptor

Biokimia dopamin) ∞ kemampuannya sebagai antagonis reseptor dopamin D2


Kedua, obat meningkatkan aktivitas dopaminergik (amfetamin) bersifat
psikotomimetik

Teori dasar ini tidak menguraikan apakah hiperaktivitas dopaminergik itu


sehubungan dengan terlalu banyak pelepasan dopamin, terlalu banyak
reseptor dopamin, hipersensitivitas reseptor dopamin terhadap dopamin
atau kombinasi dari mekanisme-mekanisme ini.

Abnormalitas dopamin utamanya terkait dengan simptom positif

(Sadock dan Sadock, 2007; Abi-Dargham, 2007).


 Hipotesis Serotonin
Hipotesis ini menyatakan serotonin yang berlebihan
sebagai penyebab gejala positif dan negatif pada
skizofrenia (Sadock dan Sadock, 2007; Abi-Dargham, 2007).

(Sadock dan Sadock, 2007; Abi-Dargham, 2007).


 GABA
Pasien skizofrenia mempunyai kehilangan neuron-
neuron GABA-ergic di hipokampus. GABA memiliki
efek regulatory pada aktivitas dopamin, dan
kehilangan neuron inhibitory GABA-ergic dapat
menyebabkan hiperaktivitas neuron-neuron
dopaminergik
(Sadock dan Sadock, 2007; Lewis dan Hashimoto, 2007; Krystal dan Moghaddam,
2011).
3.Faktor
Neurobiolog Gejala positif dari Skizofrenia dihipotesiskan 
malfungsi pada sirkuit mesolimbik
i Gejala negatif  malfungsi di area mesokortek dan juga
melibatkan area mesolimbik khususnya yang melibatkan
nucleus acumbens
Your Picture Here

Diperkirakan menjadi bagian dari sirkuit reward dari otak,


sehingga jika ada masalah dengan reward dan motivasi
pada Skizofrenia maka kelainannya diduga berasal dari
area ini.
4.Faktor Psiko-sosial
 Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan
penting dalam menimbulkan kekambuhan dan
mempertahankan remisi.

 Pasien yang berisiko  pasien yang tinggal bersama


keluarga yang tidak harmonis, memperlihatkan kecemasan
berlebihan, sangat protektif, terlalu ikut campur, sangat
mengritik, dan sering tidak dibebaskan oleh keluarganya.

 Berbagai penelitian mempelajari bagaimana interaksi


dalam keluarga memengauhi skizofrenia 
“schizophregenic mother”  ibu memiliki sifat dingin,
dominan dan penolak yang diperkirakan mengakibatkan
skizofrenia.
• Disfungsi Keluarga dan Perilaku Keluarga yang Faktor Patologis

Double-bind Schismatic Skewed


communication

Faktor
keluarga
Pseudomutual
& pseudohostile Ekspresi emosi

(Sadock dan Sadock, 2007; Abi-Dargham, 2007).


KRITERIA
DIAGNOSIS
KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis skizofrenia pada PPDGJ-III atau ICD-10 yakni sebagai berikut :
A. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang sangat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala tersebut kurang jelas) :

1. Isi pikiran
a. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda
b. Thought incertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya
c. Thought broadcasting yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya.
2. Waham atau Delusinasi
a. Delusion of control yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
b. Delusion of influence yaitu waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
c. Delusion of passivity yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
d. Delusion perception yaitu pengalaman indrawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat
3. Halusinasi berupa suara yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien yang mendiskusikan perihal pasien di antara
mereka sendiri atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah
satu bagian tubuh.
4. Waham-waham menetap lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu atau kemampuan di atas manusia
biasa
B. Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
1) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
2) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
3) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
4) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional
yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
C. Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal)
D. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek
perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan
penarikan diri secara sosial.
Berdasarkan ICD-10 dan PPDGJ III, untuk mendiagnosa skizofrenia harus
ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)

Gejala harus berlangsung minimal 1 bulan. Harus ada perubahan yang


konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek
perilaku pribadi.
Gejala Skizofrenia

Positif Negatif Kognitif

Haluccination Apathy Memory Impairment

Delution Avolition Decrease in Attention

Disorganized thinking Alogia Impaired Executive


Functioning

Suspiciousness Anhedonia

Tandon R, Nasrallah HA, Keshavan MS. Schizophrenia:


clinical features and conceptualization. Schizophr. 2009;
110:1-23
Gejala Positif
Delution of control = waham
Thought echo = isi pikiran dirinya
tentang dirinya dikendalikan
sendiri yang bergema dan
berulang dalam kepalanya (tidak oleh sesuatu kekuatan tertentu
keras) dan isi pikiran ulangan, dari luar.
walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda. Delution of influence = waham
tentang dirinya dipengaruhi oleh
Thought insertion or withdrawal = isi sesuatu kekuatan tertentu dari luar.
pikiran asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu Delution of perception =
dari luar dirinya (withdrawal). pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas
bagi dirinya, biasanya bersifat
Thought broadcasting = isi mistik atau mukjizat.
pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau Delution of passivity = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan
umum mengetahuinya.
pasrah terhadap kekuatan dari luar.
Gejala Positif
Halusinasi yang menetap dari panca indera
Halusinasi auditorik: suara halusinasi yang apa saja, apabila disertai baik oleh waham
berkomentar secara terus-menerus tentang
yang mengambang maupun yang setengah
perilaku pasien. Mendiskusikan perihal
pasien diantara mereka sendiri (diantara berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
berbagai suara yang berbicara). Jenis ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
suara halusinasi lain yang berasal dari valued ideas) yang menetap, atau apabila
salah satu bagian tubuh. terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus menerus. Arus
pikiran yang terputus (break) atau yang
mengalami sisipan (interpolation), yang
Waham waham menetap jenis lainnya, berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil. tidak relevan atau neologisme

The ICD-10. Classification of mental and


behavioural disorders clinical descriptions and
diagnostic guidelines. Geneva: World Health
Organization; 1993.
Gejala Negatif

• Sikap sangat apatis


• Bicara yang jarang
• Respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
• Menurunnya kinerja sosial
• Semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika.

The ICD-10. Classification of mental and


behavioural disorders clinical descriptions and
diagnostic guidelines. Geneva: World Health
Organization; 1993.
Subtipe
Skizofrenia
Subtipe Skizofrenia
ICD – 10 DSM – IV Gejala Kunci
Skizofrenia Paranoid Tipe Paranoid Delusi dan Halusinasi
Skizofrenia Hebefrenik Tiper Terdisorganisasis Bicara terdisorganisasi atau
(Disorganized) Kacau (sering konyol / dangkal)
dan afek tumpul atau tidak sesuai
Skizofrenia Katatonik Tipe Katatonik Gangguan Psikomotor
Skizofrenia Tidak Terdiferensiasi Tipe Tidak Terdiferensiasi Memenuhi kriteria umum, tetapi
tidak ada gejala spesifik subtype
yang mendominasi
Depresi Pasca Skizofrenia Beberapa geala residual, tetapi
gambaran depresi mendominasi
Skizofrenia Residual Tipe Residual Gejala positif sebelumnya kurang
terlihat; gejala negatif menonjol
Skizofrenia Simpleks Tidak ada delusi atau halusinasi,
sebuah “keadaan defek” (gejala
negatif) secara bertahap muncul
tanpa episode akut
SKIZOFRENIA SKIZOFRENIA
PARANOID HEBEFRENIK
Gejala utama skizofrenia Gejala yang mencolok adalah
paranoid adalah gangguan proses berpikir,
delusi (waham) dan halusinasi gangguan kemauan dan adanya
depersonalisasi atau double
 Waham yang paling dominan personality.
muncul  waham kejar.
 Gangguan psikomotor seperti
mannerism, neologisme atau
 Halusinasi yang sangat umum
perilaku kekanak-kanakan
terjadi pada penderita
skizofrenia 
 Disorganized behaviour
TAK
KATATONIK TERDIFERENSIASI RESIDUAL

• Gangguan nyata • Gangguan skizofrenia


fungsi motorik, tanpa serangkaian
mencakup stupor, gejala aktif
negativisme, rigiditas,
eksitasi atau • Emosi menumpul,
berpostur. penarikan sosial,
perilaku eksentrik,
• Mutisme terutama pemikiran tidak logis,
Pasien yang sulit
lazim ditemukan. dan asosiasi longgar
dimasukkan ke satu atau
ringan, seringkali
tipe lain
• Selama stupor atau tampak pada tipe ini.
eksitasi katatonik,
Subtipe pengawasan yang • Jika terjadi waham
Skizofrenia cermat diperlukkan
untuk mencegah
atau halusinasi,
biasanya tidak
mereka menyakiti diri prominen atau tidak
sendiri atau orang disertai afek yang
lain. kuat.
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik berdasarkan PPDGJ

• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


• Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset
biasanya mulai 15-25 tahun)
• Kepribadian premorbid menunjukan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak
harus demikian untuk menentukan diagnosis
• Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3
bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang bertahan :
 Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada
kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan
hampa perasaan;
 Afek pasien dangkal (shadow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikian
(giggling) atau perasan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh
sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerism, mengibuli secara
bersendau gurau (pranks), keluhan hipokondriakal, dan ungkpan kata yang diulang-ulang
(reiterated phrases);
 Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik berdasarkan PPDGJ

• Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol.
Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol. Dorongan kehendak dan yang
bertujuan hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas,
yaitu perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud. Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat
dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami
jalan pikiran pasien.
F20.2 Skizofrenia Katatonik
Pedoman Diagnostik berdasarkan PPDGJ

• Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia


• Satu atau lebih perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
 Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan
serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara);
 Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi
oleh stimuli eksternal)
 Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengamil dan mempertahankan
posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
 Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau
upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan kearah yang berlawanan);
 Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakan
dirinya
Cont…
 Fleksibilitas cerea/”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam
posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
 Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap
perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat
• Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dan gangguan katatonik,
diagnose skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang
adanya gejala-gejala lain.
Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostic untuk
skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakkit otak, gangguan metabolic, atau
alcohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
F20.3 Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)

Pedoman Diagnostik Berdasarkan PPDGJ

• Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia

• Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, herbefrenik, atau katatonik

• Tidak memenuhi kriteia untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-skizofrenia


F20.4 Depresi Pasca-skizofrenia
Pedoman Diagnostik Berdasarkan PPDGJ

• Diagnosis harus ditegtrkkan hanya kalau :


(a) pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum skizofrenia) selama 12
bulan terakhir lnl;
(b) beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya); dan
(c) gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenghi paling sedikit kriteria untuk
episode depresif (F32.-), dan telah ada daiam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
• Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi Episode Depresif
(F32.-). Bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari
subtipe skizofrenia yang sesuai (F 20.0-F20.3).
F20.5 Skizofrenia Residual
Pedoman Diagnostik Berdasarkan PPDGJ
• Untuk suatu diagnolis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :
(a) gejala "negatif' dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan, psikomotorik, aktivitas
menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuanbitas atau
isi pernbicaraan, komunikasi non-verbai yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,
modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

(b) sedikitnya ada riwayat satu episode psikotil< yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteiia
untuk diagnosis skizofrenia;

(c) sedikitnya sudah melampaui hurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala
yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (rninimal) dan telah timbul
sindrom "negatif' dari skizofrenia;

(d) tidak terdzipat dementia atau penyakit/gangguan otak organil< Jain, depresi kronis atau
institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut
F20.6 Skizofrenia Simpleks
Pedoman Diagnostik Berdasarkan PPDGJ

• Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dari skizofrenia residual
- Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanoa didahului riwayat halusinasi waham,
atau manifestasi lain dari episode psikotik dan
- Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai
kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri
secara social

• Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan sub tipe skizofrenia lainnya.
F20.8 Skizofrenia Lainnya
F20.9 Skizofrenia YTT
Tatalaksana
Tatalaksana
Mencakup berbagai metode
untuk meningkatkan kemampuan
sosial, kecukupan diri,
keterampilan praktis, dan
Terapi Mengontrol dengan cepat
komunikasi interpersonal pada
beberapa psikosis akut.
pasien skizofrenia Psikososial Pasien tidak berespon dengan
obat-obatan dapat membaik
dengan terapi kejang listrik

Terapi
Farmakoterapi Kejang
Listrik

Antipsikotik Golongan 1
Antipsikotik Golongan 2
Thank you

Anda mungkin juga menyukai