Anda di halaman 1dari 33

Epilepsi

KEY POINTS
1 2 3
Membedakan antara kejang, Pemilihan farmakoterapi yang
Sebelum memulai terapi
single seizure, pseudoseizure, tepat tergantung pada
farmakologis, penting untuk
dan epilepsi harus dilakukan pada perbedaan, identifikasi, dan
menentukan resiko pasien
pasien dengan kemungkinan memahami jenis kejang yang
mengalami kejang berikutnya.
kejang. berbeda.

4 Pasien yang menerima obat


5antiepilepsi 6
Mekanisme tindakan, efektivitas untuk kejang harus
untuk jenis kejang tertentu, efek memiliki pemantauan berkala Terapi obat antiepilepsi biasanya
samping yang umum, dan potensi untuk frekuensi kejang, pola harus dimulai dengan hati-hati
interaksi obat merupakan elemen kejang, efek samping akut, efek untuk meminimalkan resiko
kunci dalam memilih obat untuk samping kronis, dan kejadian yang tidak diinginkan.
pasien. kemungkinan
interaksi obat.

7 8 9
Perubahan rejimen obat Penghentian obat antiepilepsi Anak-anak dan wanita dengan
antiepilepsi harus dilakukan harus dilakukan secara bertahap, epilepsi memiliki masalah yang
secara bertahap, dengan tetap setelah pasien telah bebas kejang unik terkait dengan penggunaan
mengingat interaksi obat, dan selama 2 sampai 5 tahun dan obat antiepilepsi.
mungkin memerlukan kombinasi tetap mempertimbangkan faktor
obat. prediksi kekambuhan.
Epidemiologi
 Epilepsi adalah gangguan
yang menimpa sekitar 2 juta  Awal terjadinya
orang di Amerika Serikat,
dengan prevalensi usia
kejang paling sering
disesuaikan sekitar 4-7 terjadi pada bayi di
kasus per 1000 orang bawah usia 1 tahun
 Insiden epilepsi di Amerika dan pada orang
Serikat diperkirakan 35-75 dewasa setelah usia
kasus per 100.000 orang per 55.
tahun, yang mirip dengan
negara – negara maju
lainnya.  Namun, jumlah
terbesar dari pasien
 Sekitar 8% dari populasi
Amerika Serikat akan
yang menderita
mengalami kejang selama epilepsi adalah antara
masa hidup mereka. usia 15 dan 64 tahun.
Dampak Sosial
Epilepsi adalah
gangguan yang Akhirnya, pasien
berdampak pada dengan epilepsi
gaya hidup pasien.
bergantung
pada pengasuh
Pasien sulit dalam untuk
bersosialisasi di lingkungan membantu
masyarakat terutama dalam
memperoleh pekerjaan. dalam
pengobatan,
transportasi,
Pendidikan juga
bermasalah untuk dan memastikan
pasien dengan keselamatan
penyakit epilepsi
mereka.
Etiologi
• Hampir 80% dari pasien dengan epilepsi,
etiologi yang mendasari tidak diketahui.
• Penyebab yang paling umum dari epilepsi
adalah trauma kepala dan stroke.
• Kejang terisolasi namun tidak epilepsi dapat
disebabkan oleh stroke, trauma sistem saraf
pusat, infeksi sistem saraf pusat, gangguan
metabolik (misalnya hiponatremia dan
hipoglikemia), dan hipoksia.
• Pengobatan juga dapat menyebabkan kejang
E
P
I • Keadaan dimana
L terjadinya serangan
berulang secara
E
periodik dengan
P atau tanpa kejang
S
I
SEIZURE & EPILEPSI
 Seizure: menunjukkan perubahan perilaku sementara
karena perangsangan populasi neuron-neuron otak yang
terganggu, bersamaan, dan ritmik.
 Epilepsi: menunjukkan suatu gangguan fungsi otak yang
ditandai dengan terjadinya seizure secara berkala dan
tidak dapat diperkirakan.

Seizure dpt bersifat “nonepileptik” jika terjadi pada otak


normal karena berbagai penanganan seperti elektro syok
normal karena berbagai atau konvulsan kimiawi atau
bersifat “epileptik” jika terjadi tanpa pemicu yang jelas.
Patofisiologi
KLASIFIKASI
SEIZURE

SEIZURE PRIMER SEIZURE PARSIAL

TONIC-CLONIK SIMPLE

ABSENCE
COMPLEX
MYOCLONIC
SECONDARILY
ATONIC GENERALIZED
DIAGNOSIS

Pemeriksaan
Neurologis
EEG

PEMERIKSAA
MRI N LAB (CBC,
LFT)

Neuroima CT-
ging Scan
R e s i ko pada
Faktor ang
pas ie n k e j

Lesi SSP EEG


Struktural Abnormal

Riwayat
Jenis kejang keluarga
parsial
Namun, jika dua
Jika tidak ada
atau lebih faktor
faktor resiko yang
resiko yang
terjadi, resiko
terjadi, resiko
kejang lain 10%
kejang lain adalah
sampai 15%.
100% .

Merencanakan
pengobatan yang
tepat terhadap pasien
kejang
Pengobatan

Tujuan pengobatan untuk pasien epilepsi adalah


menghilangkan kejang tanpa efek samping dari
pengobatan, mencegah timbulnya kejang atau
mengurangi jumlah serangan tanpa mengganggu
fungsi normal tubuh.
PENGOBATAN NON FARMAKOLOGI

Menghindari farktor pemicu terjadinya kejang


seperti (stress, lelah, demam, marah, tidur tak
teratur, dan terlambat makan.

Melakukan diet

Dilakukan operasi paling umum pada


penderita epilepsi yaitu operasi lobectomi
ALGORITMA PENGOBATAN EPILEPSI
TERAPI FARMAKOLOGI

Kunci untuk
memilih
pengobatan
epilepsi yang
efektif adalah pada
jenis kejangnya.
OBAT ANTIEPILEPSI
United Kingdom National
American Academy of Scottish Intercollegiate
Sezure Type Institute for Clinical
Neurology Guidelines Network
Excellence
Primary generalized Carbamazepine Lamotrigine Carbamazepine, Lamotrigin,
tonic-clonic Lamotrigine Valproate Topiramate, Valproate
Oxcarbazepin
Phenobarbital Second-line : Clobazam,
Phenytoin Levetiracetam,
Topiramate Oxcarbazepine
Valproate
Absence Lamotrigine Ethosuximide Ethosuximide, Lamotrigine,
Lamotrigine Valproate
Valproate
Second-line : Clobazam,
Clonazepam, Topiramate
Myoclonic Tidak perlu perawatan Lamotrigine Valproate, Topiramate
Valproate (children with severe
myoclonic epilepsy of
infancy)

Second-line : Clobazam,
Clonazepam, Lamotrigine,
Levetiracetam, Piracetam,
Topiramate

Tonic Tidak perlu perawatan Not mentioned Lamotrigine, Valproate

Second-line : Clobazam,
Clonazepam, Levetiracetam,
Topiramate
Obat Antiepilepsi
Atonic Tidak perlu Tidak perlu Lamotrigine
perawatan perawatan Valproate

Second-line:
Clobazam
Clonazepam
Levetiracetam
Topiramate
Parsial dengan Karbamazepin Penitoin Karbamazepin
atau tanpa Gabapentin Karbamazepin Lamotrigin
generalisasi ke2 Lamotrigin Valproat Oxcarbamazepin
Oxcarbazepin Lamotrigin Valproat
Fenobarbital Oxcarbazepin Topiramat
Penitoin
Topiramat Second line:
Valproat Klobazam
Gabapentin
Levetirasetam
Penotoin
Tiagabin
MEKANISME KERJA OBAT EPILEPSI
OBAT MEKANISME KERJA
Karbamazepin, ethosuximide, Modulate sodium channels
lamotrigine, oxcarbazepine,
phenobarbital, phenytoin, pregabalin,
asam valproid/divalproex sodium,

Gabapentin Modulate calcium channels and


enhance GABA activity

Tiagabine Enhance GABA activity


Topiramate Modulate sodium channels, inhibit
glutamate activity, enhance GABA
activity
Zonisamide Modulate sodium and calcium channels

Levetiracetam Unknown
Mekanisme Kerja Obat Antiepilepsi
glutamat Pre-sinaptik
tiagabin
GAD
-
Berdifusi gabapentin GABA Transporter GABA
menjauh
+

2
GABA-transaminase Re-uptake
Metabolit
GABA
GABA 3
- 1

Post sinaptik
Reseptor GABA
vigabatrin
EFEK DEPRESI CNS
KESIMPULAN
 Epilepsi : keadaan dimana terjadinya serangan berulang
secara periodik dengan atau tanpa kejang

 Diagnosa : pemeriksaan neurologis, neuroimaging, MRI,


EEG, CT-SCAN, Pemeriksaan lab (CBC, LFT)

 Pengobatan :
• Primary generalized tonic-clonic:
(Carbamazepine,Lamotrigine, Oxcarbazepin,
Phenobarbital, Phenytoin,Topiramate, Valproate)
• Absence: Lamotrigine
• Mioklonik: Lamotrigine, Valproate,
• Tonik: Valproate, Lamotrigine
• Atonic:
• Parsial dengan atau tanpa generalisasi ke2
STUDI
KASUS
KASUS I
Seorang wanita 22 tahun, pada 2 tahun yang lalu
didiagnosa epilepsi mioklonik. Dia telah diobati
dengan valproat 150 mg/hari. Sejak penggunaan
obat valproat dia mengalami peningkatan BB
sebanyak 20,5 kg. 3 bulan yang lalu dia
mengalami kejang toni klonik, dan selain itu dia
aktif sex. Kemudian dia mengeluh mudah jatuh
sampai tertidur pada siang hari hal ini
dikarenakan efek samping dari pengontrolan
kejang yang kurang. Risiko dari penggunaan
valproat adalah dapat mennyebabkan kecacatan
janin. Akhirnya dokter menyarankan pengantian
obat epilepsi.
SOAP
• Subjektive:
2 tahun epilepsi mioklonik, 3 bulan lalu epilepsi
tioklonik, BB meningkat 20,5 kg, Aktif sex

• Objektive:
tanda vital: terjadi ESO sering jatuh sampai
pingsan
Data lab: tidak ada
• Assesment:
Problem 1 : Perubahan tipe seizure
mioklonik ke toni-klonik
Problem 2 : kegagalan terapi
menggunakan valproate
• Plan 1:
• Menggganti valproate menjadi lamotrigine
• Penatalaksanaannya yaitu dg menurukan
dosisi valproate secara perlahan, sambil
berangsur angsur menaikkan dosis obat
lamotrigine untuk mencegah timbulnya
status epileptikus.
• Plan 2:
• Ingatkan pasien, keluarga untuk
mengingatkan dalam penggunaan obat
• Plan 3:
• Aktifitas seksual dikurangi.
STUDI KASUS II
• Tn CH seorang pria berumur 40 th, datang ke UGD
setelah adiknya menemukan ia kejang dirumah. Tn CH
memiliki riwayat hipertensi, DM, epilepsi dan
rhematoid arthitris, obat yang diberikan meliputi HCT,
Glyburid, phenitoin, dan aspirin. Dia selalu merokok
1bungkus/hari dan memiliki sejarah kokain. Setelah
diskusi dengan adiknya ternyata Tn. CH tidak
meminum obat phenitoin selama 4 hari, dan 10 menit
yang lalu Tn. CH mengalami kejang. Setelah sadar Tn.
CH melakukan pemeriksaan laboratorium, data lab
menunjukan : TD 148/87 mmHg, denyut nadi
115/menit, Suhu badan 39°C , dan dihasilkan kadar
Natrium 130 mEq/L, Kalium 3,5 mEq/L, dan Cl 100
mEq/L, konsentrasi CO2 12 mEq/L, Urea 10mg/dL,
kreatinin 0,9 mg/dL, dan glukosa 189 mg/dL
SOAP
• Subyek :
Memiliki riwayat Hipertensi, DM, Epilepsi dan RA
penggunaan obat HCT, Gliburid, Phenitoin,
Aspirin Merokok 1 bungkus/hari, dan histori
pengguna kokain, kejang 10 menit yg lalu.
• Obyek:
TD 148/87 mmHg, denyut nadi 115/menit, Suhu
badan 39°C , dan dihasilkan kadar Natrium 130
mEq/L, Kalium 3,5 mEq/L, dan Cl 100 mEq/L,
konsentrasi CO2 12 mEq/L, Urea 10mg/dL,
kreatinin 0,9 mg/dL, dan glukosa 189 mg/dL
• Assesment:
 Kejang berulang (dihitung berapa lama
terjadinya kejang)
 Demam yang tinggi
 Pemberhentian penitoin selama 4 hari
• Plan:
 Untuk kejang yang berulang dapat
diberikan obat benzodiazepin secara iv,
lalu ditambahkan obat phenitoin
 Untuk demam diberikan obat antipiretik
(PCT)
 Untuk DM, Hipertensi, dan RA ditangani
dengan pengoobatan yang telah diberikan
DAFTAR PUSTAKA :
Chisholm-Burns Marie A., DiPiro, Joseph T.
et.,al., (2008). Pharmacotherapy Principles &
Practice THIRD EDITION. McGraw-Hill
Education. USA. Page : – .

Anda mungkin juga menyukai