Anda di halaman 1dari 48

LAPSUS

Agust’ 2018
“PEB + HELLP SYNDROME”

DISUSUN OLEH :
HENDRA SALEH S.KED
( N 111 1 7 0 2 7 )
PEMBIMBING KLINIK : D R . W U L A N S O E M A R D J I , S P. O G

Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu OBGYN RSUD Undata Palu
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako Palu
2018
PENDAHULUAN....

• Preeklampsia sampai saat ini masih merupakan ”the disease of theories

• Di seluruh dunia preeklamsi menyebabkan 50.000 – 76.000 kematian maternal dan 900.000
kematian perianal setiap tahunnya.

• Angka kejadian di Indonesia bervariasi di beberapa rumah sakit di Indonesia yaitu diantaranya
5 – 9 % dan meningkat sebesar 40 % selama beberapa tahun terakhir ini di seluruh dunia. Di
Indonesia masih merupakan penyebab kematian nomer dua tertinggi setelah perdarahan.
FAKTOR RISIKO
Wanita yang memiliki risiko sedang terhadap terjadinya preeklampsia, memiliki salah satu kriteria dibawah ini: 10
• Primigravida
• Umur ≥40 tahun
• Interval kehamilan ≥ 10 tahun
• BMI saat kunjungan pertama ≥35 kg/m2
• Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia
• Kehamilan ganda Wanita yang memiliki risiko tinggi terjadinya preeklampsia adalah yang memiliki salah satu dari
kriteria dibawah ini:
• Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya
• Penyakit ginjal kronik
• Penyakit autoimun seperti SLE atau Sindrom Antifosfolipid
• Diabetes Tipe1 atau Tipe 2
• Hipertensi Kronik
PATOFISIOLOGI
SINDROMA HELLP
• Diagnosis sindroma HELLP yaitu:
• Didahului tadna dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala, mual, muntah
(semuanya ini mirip tanda dan gejala infeksi virus)
• Adanya tanda dan gejala preeklampsia
• Tanda-tanda hemolisis intravaskular: kenaikan LDH, AST, dan bilirubin indirek
• Tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar: kenaikan ALT, AST, LDH
• Trombositopenia ( trombosit ≤ 150.000/ml)
• Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen, tanpa memandang
ada atau tidaknya tanda dan gejala preeklampsia, harus dipertimbangkan sindroma HELLP
• Diagnosis dini sangat penting pada sindroma HELLP. Pengobatan
sindroma HELLP juga harus memperhatikan cara-cara perawatan
dan pengelolaan pada preeklampsia dan eklampsia. Pemberian
cairan intravena harus sangat hati-hati karena sudah terjadi
vasospasme dan kerusakan endotel. Cairan yang diberikan adalah
RD 5%, bergantian RL 5% dengan kecepatan 100 ml/jam dengan
produksi urin dipertahankan sekurang-kurangnya 20 ml/jam. Bila
hendak dilakukan seksio sesaria dan bila trombosit < 50.000/ml,
maka perlu diberi transfusi trombosit. Bila trombosit < 40.000/ml,
dan akan dilakukan seksio sesaria maka perlu diberi transfusi darah
segar. Dapat pula diberikan plasma exchange dengan fresh frozen
plasma dengan tujuan menghilangkan sisa-sisa hemolisis
mikroangiopati.
• Doublestrength dexamethasone diberikan 10 mg IV tiap 12 jam
segera setelah diagnosis sindroma HELLP ditegakkan. Kegunaan
doublestrength dexamethasone ialah untuk (1) kehamilan preterm,
meningkatkan pematangan paru janin, dan (2) untuk sindroma
HELLP sendiri dapat mempercepat perbaikan gejala klinik dan
laboratorik.
• Pada sindroma HELLP post partum diberikan deksametason 10 mg
IV setiap 12 jam 2 kali, disusul pemberiam 5 mg deksametason 2 x
selang 12 am (tappering off).
• Perbaikan gejala klinik setelah pemberian deksametason dapat
diketahui dengan: meningkatnya produksi urin, trombosit >
100.000/ml, menurunnya tekanan darah, menurunnya kadar LDH,
dan AST. Bila terjadi ruptur hepar sebaiknya segera dilakukan
pembedahan lobektomi. Sikap terhadap kehamilan pada sindroma
HELLP, tanpa memandang umur kehamilan, harus segera diakhiri.
Persalinan dapat dilakukan secara pervaginam maupun
perabdominam. Perlu diperhatikan adanya gangguan pembekuan
darah bila hendak melakukan anestesi regional (spinal).
LAPORAN KASUS

• A. IDENTITAS
• Nama : Ny. R H Nama Suami : Tn. S
• Umur : 34 tahun Umur : 35 tahun
• Alamat : Jl. Pramuka no. 4 Alamat : Jl. Tanderante
• Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
• Agama : katolik Agama : Islam
• Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
• Tanggal Pemeriksaan : 8 agustus 2018 Ruangan : ICU RS Budi Agung Palu
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

• Pasien datang melalui IGD Kebidanan RS Budi Agung Palu pukul 22 : 45


dengan keluhan nyeri ulu hati hebat yang dirasakan sejak sore sebelum masuk
rumah sakit, nyeri timbul mendadak dan terasa seperti teriris-iris yang
dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluhkan muntah ± 2x yang di awali
rasa mual, sakit kepala(+), pusing (-), penglihatan kabur (-). Os juga
mengakatan kalau tidak ada nyeri perut tembus belakang (-), pelepasan darah
dari jalan lahir (+) sejak ± 2 minggu yang lalu , lendir (-), air (-), menurut
pasien hal ini baru pertama kali di alami saat kehamilan dan tekanan darah
pasien juga meningkat 1 bulan terakhir ini.
• Riwayat kehamilan dan persalinan: G3P2A0. Kontrasepsi: Hormonal
(Suntikan).
• Pada pemeriksaan fisik, TD:150/110 mmHg, N:88 x/menit, RR:26 x/m, S:
36,80C. Ekstremitas bawah edem (+).
• Pada pemeriksaan obstetrik: pada Palpasi,Leopold I : TFU 1 jari dibawa
umbilikus , Leopold II : Teraba punggung dibagian dextra, Leopold III : Teraba
bagian terbawah janin bulat keras, Leopold IV : Bagian terbawah janin belum
masuk PAP. Pada vaginal touche tidak didapatkan pembukaan, portio tebal,
lunak dan ketuban (+), kepala belum masuk pintu atas panggul, Pelepasan
Darah +. Pada pemeriksaan laboratorium GOT : 56 dan GPT 42
  HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

Hemoglobin 14,0 12-16 gr%

Hematokrit 27,6 40-45 %

Leukosit 9.700 4000-11000 mm3

Trombosit 212.000 150 rb- 400 rb mm3

Protein Urin - - -

HbsAg Non- Reaktif Non-Reaktif  

Anti-HIV Non- Reaktif Non-Reaktif  

Gol Darah O    

GOT : 56
GPT : 42
• DIAGNOSIS
• G3P2A0 UK 26-27 minggu + PEB + Ancaman Partus prematur + Kista ovarium
• PENATALAKSANAAN
• Pemasangan O2 2 liter/menit
• Lab DR, Hbsag, sgot,sgpt, urine rutin
• Injeksi ranitidin 1 ampul/ 12 jam
• Injeksi ondansentron 1 ampul / 12 jam
• Nipedipin 3x10 mg
• Cygest 1x1/400 mg/vagina
• Obs TTV, PPV, Kontraksi, produksi urine
OBSERVASI

• Satu jam pertama (06.00) • 06.50


• Kesadara : Stupor
• Vt : + 100 cc darah
• GCS : 12
• TD : 180/120 mmHg N: 88 x/m RR: 26 x/mS : 36,7oC • 3 cm, portio tipis
• BJF : 152x/ menit • TD : 180/120 mmhg
• Keluhan mengeluh sakit uluhati, mual dan sakit kepala
• Urin bercampur darah kurang lebih 35 cc
•  
• Via telvon : • Kesadaran : Stupor
• Advice : nifedipin lanjut • GCS : 9
• Drips Mgso4 40% 15 cc dalam rl 28 tpm
• Advice : guyur RL 250 cc
• Pasang kateter tetao
• Tanggal 6 agustus 2018 • 12.45
• Keluhan nyeri perut +
• Tolong persalinan 12.45 lahir bayi perempuan
• Kesadaran : Stupor
• GCS : 9
spt lbk bb 650 grm terpasamg O2 ½ lpm
• TD : 200/120 mmHg N: 88 x/m RR: 28 x/m S : 36,7oC • Melahirkan plasenta 12.50
• BJF : 132x/menit • Kesadaran : Stupor KU : lemah
• Urine kurang lebih 100 cc/5 jam warna coklat pekat
• Dopamet 3x500mg
• GCS : 9
• Nifedipin 3x10 mg • TD : 180/100 mmHg N: 86 x/m RR: 28 x/m
• Cek lab urem creatinin S : 36,7oC
• Konsul Interna
• Kontraksi uterus + perdarahan 200 cc
• A : PEB dd Inpending eklampsia
• 14.00 • 18.00
• Advis dokter :
• Konsul dokter interna
• Inj asam tranexamat/ 8 jam/ iv
• Cek GDS dan Ureum creatinin
• Terapi oral lanjut (dopamet dan nifedipin)
• Cefadroxyl 2x1 • Advice :
• Asam mefenamat 3x1 • Lisinopril 10 mg 1x1 malam
• Biosanbe 1x1 • Nifedipin dan dopamet lanjut
•  
• PEMERIKSAAN LAB
• Lapor dr obgyn :
• GDS : 102 mg/dl
• Creatinin : 0,8 • Inj ranitidin, antasida syr 3x1,
• Ureum : 31 MgSo4 lanjut
• Jam 01 00 (tgl 07 agustus) (masuk ICU)
• 11.00
• Os sakit kepala hebat, uluhati dan tidak bisa tidur
• Ku lemah • Lapor dokter interna :
• Kesadara : Stupor
• Ivfd asering 20 tpm
• GCS : 9
• TD : 200/120 mmHg N: 90 x/m RR: 28 x/mS : 36,7oC • Pumpisel 1 mg/12 jam
• Lapor dr obgyn : • Metylprednisolon 1 mg/24 jam iv
• Takar urin dan tensi,jika sistol > 90 layani lasix 1 ampul
• Lasix 1 ampul / 12 jam iv
• Urin pekat hitam
• Lasix diberikan iv pelan • Amlodipin 10 mg malam
• Observasi
• Lisinopril inj pagi
PEMBAHASAN
• pasien ini dengan hasil pemeriksaanya dapat dikatan Hipertensi dalam
kehamilan, namun sesuai dengan instruksi bahwa observasi harus dilakukan
untuk melihat kondisi pasien yang akan berlanjut menjadi preeklamsia dilihat
dari tanda dan gejala pasien yaitu mual, muntah, nyeri uluhati dan sakit kepal.
Tatalaksana yang diberikan yaitu ranitidin dan ondansentron untuk mual
muntah simptomatik, nipedifin diberikan sebagai lini pertama hipertensi dalam
kehamilan (antihipertensi diberikan jika tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan atau
tekanan diastolik ≥ 110 mmHg) melihat diastolik dari pasien dan sistolik yang
setiap menit bisa berubah. Pemberian cygest preparat progesteron untuk
mempertahankan kandungan dengan gejala yang dikeluhkan yaitu perdarahan 2
minggu.
• Observasi setelah pasien masuk Satu jam pertama (06.00)Kesadaran : Stupor,
GCS : 12, TD : 180/120 mmHg, N: 88 x/m RR: 26 x/m, S : 36,7oC, BJF : 152x/
menit, Keluhan mengeluh sakit uluhati, mual dan sakit kepala, Via telvon :
Advice : nifedipin lanjut, Drips Mgso4 40% 15 cc dalam rl 28 tpm, Pasang
kateter tetap, 06.50, Vt : + 100 cc darah 3 cm, portio tipis , TD : 180/120
mmhg, Urin bercampur darah kurang lebih 35 cc, Kesadaran : Stupor, GCS : 9,
Advice : guyur RL 250 cc.
• Menurut teori preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Sehingga
pasien ini sudah berlanjut pada preeklamsia berat sehingga pada tatalaksana
diberikan Mgso4 untuk mencegah terjadinya eklamsia, pemberian dilakukan
meintenance melihat produksi urin yang bercampur darah dan kehamilan
preterm.
• Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
• Harus tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukonas 10 %=1 gram (10 % dalam 10 cc) diberikan i.v. 3
menit.
• Reflex patella (+) kuat
• Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda
distressnapas.
• Jumlah urin 0,5 ml/kgBB/jam atau 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
• Tanggal 6 agustus 2018 Keluhan nyeri perut , Kesadaran : Stupor, GCS : 9, TD : 200/120
mmHg, N: 88 x/m RR: 28 x/m, S : 36,7oC, BJF : 132x/menit, Urine kurang lebih 100 cc/5 jam
warna coklat pekat, Dopamet 3x500mg, Nifedipin 3x10 mg, Cek lab urem creatinin, Konsul
Interna, A : PEB dd Inpending eklampsia, (12.45) Tolong persalinan (12.45) lahir bayi
perempuan spt lbk bb 650 grm terpasamg O2 ½ lpm, Melahirkan plasenta (12.50), Kesadaran :
Stupor KU : lemah, GCS : 9, TD : 180/100 mmHg, N: 86 x/m RR: 28 x/m, S : 36,7oC, Kontraksi
uterus + perdarahan 200 cc, 14.00 Advis dokter : Inj asam tranexamat/ 8 jam/ iv Terapi oral
lanjut (dopamet dan nifedipin) Cefadroxyl 2x1, Asam mefenamat 3x1, Biosanbe 1x1, 18.00
Konsul dokter interna Cek GDS dan Ureum creatinin, Advice : Lisinopril 10 mg 1x1 malam,
Nifedipin dan dopamet lanjut, Lapor dr obgyn : Inj ranitidin, antasida syr 3x1, MgSo4 lanjut.
• PEMERIKSAAN LAB
• GDS : 102 mg/dl
• Creatinin : 0,8
• Ureum : 31
• Pada keadaan ini pasien mengalami krisis hipertensi sehingga nifedipin
ditambahkan atau dikombinasikan dengan dopamet. Setelah pasien partus
pasien dikonsulkan ke dokter interna untuk mengetahui komplikasi dari
penyakit ini, melihat produksi urin yang sedikit dan warna coklat pekat, pasien
diperiksa creatinin dan ureum untuk melihat fungsi ginjal. Tatalaksana dari
interna ditambahkan lisinopril sebagai ACE inhibitor, sehingga penurunan
sekresi aldosteron yang membuat ekresi air dan natrium.
• Jam 01 00 (tgl 07 agustus) (masuk ICU), Os sakit kepala hebat, uluhati dan tidak bisa tidur, Ku
lemah,Kesadara : Stupor, GCS : 9, TD : 200/120 mmHg N: 90 x/m RR: 28 x/m S : 36,7oC,
Lapor dr obgyn : Takar urin dan tensi, jika sistol > 90 layani lasix 1 ampul Urin pekat hitam,
Lasix diberikan iv pelan Observasi .11.00 Lapor dokter interna : Ivfd asering 20 tpm, Pumpisel
1 mg/12 jam, Metylprednisolon 1 mg/24 jam iv, Lasix 1 ampul / 12 jam iv, Amlodipin 10 mg
malam, Lisinopril inj pagi.
• HELLP syndrome terminologi ini diperkenalkan oleh Weinsten tahun 1982 yang merupakan
kumpulan gejala multisistem dengan karakteristik anemia hemilitik, mikroangiopati, gangguan
fungsi hepar dan trombositopenia. Sindroma ini terdapat pada 10% dari pasien PE. 8
• Hemolisis belum diketahui penyebabnya, kemungkinan disebabkan oleh kerusakan sel hati
yang mengakibatkan kenaikan kadar produk penghancuran fibrin, menyebabkan penurunan
kadar dari faktor pembekuan darah di plasma dan terjadinya trombositopenia ataupun hemolisis
disebabkan eritrosit mengalami trauma sehingga berubah bentuknya dan cepat mengalami
hemolisis.8
• Kenaikan dari kadar enzim hepar akibat dari nekrosis hemoragia periportal pada bagian lobulus
hepar. Perdarahan dari lesi ini dapat meluas ke bawah kapsula hepar dan membentuk
hematoma subkapsuler dapat berlanjut menjadi ruptur dari kapsul hepar yang fatal dan
memerlukan tindakan bedah. Trombositopenia akibat dari vasospasme berat menyebabkan
pecahnya lapisan endotel yang disertai dengan perlengketan trombosit dan penimbunan fibrin
ataupun akibat dari proses imunologis. Trombositopenia berat <100.000 per μl merupakan
tanda buruk bagi ibu hamil.8
• Selain terjadinya HELLP syndrome pada pasien ini, sudah terjadi acute kidney
injury dilihat dari hasil creatini dan ureum yang tinggi.
• Pagi 8 agustus 2018TD : 115/70 N : 66 kali, A : P3A0 post partum prematur
+ hellp syndrome + Hipoalbumin, P : dexamethason 2 gr/ 8 jam iv, Hb : 6,6,
Transfusi 2 kantong prc + Channa 3x1 tab, Albumin infus 100 cc
• Pada sindroma HELLP post partum diberikan deksametason 10 mg IV setiap
12 jam 2 kali, disusul pemberiam 5 mg deksametason 2 x selang 12 jam
(tappering off).
• Perbaikan gejala klinik setelah pemberian deksametason dapat diketahui
dengan: meningkatnya produksi urin, trombosit > 100.000/ml, menurunnya
tekanan darah, menurunnya kadar LDH, dan AST.

• Pada akhirnya pasien dirawat kurang lebih 3 minggu dan dipulangkan dengan
kondisi yang baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai