Anda di halaman 1dari 42

UJI SENSITIVITAS DAN SPESIFITAS

PEMERIKSAAN SIANIDA IN VIVO


DENGAN METODE ASAM PIKRAT DAN
PRUSIAN BIRU

DRA SUHARTINI, APT., SU


DR. HENDRO WIDAGDO, SP.F
 
 
 
 
Latar Belakang
 1798, sianida berhasil diidentifikasi
oleh ahli kimia yang berasal dari
Swedia, Scheele, yang kemudian
meninggal akibat keracunan sianida di
dalam laboratoriumnya.
 (Availablefrom:www.bordeninstitute.army.mil/cwbw/Ch10.pdf.
Access on: Nov 29, 2006).
 Sianida  dapat masuk kedalam tubuh
melalui ingesti, inhalasi dan diabsorpsi
melalui kulit (Chishiro,T., 2000)
Latar Belakang

 Sianida

 Penyaringan emas dan perak,


metalurgi, anti jamur dan racun tikus
(disalahgunakan untuk meracuni
manusia)

 Kebocoran air dan limbah

 Keracunan
Latar Belakang

Sianida

Kanada dan AS Di Indonesia

Dilarang Dipromosikan

Kasus keracunan

Penyebab kematian
Latar Belakang
 Amerika Serikat 5,000-10,000
kematianmenghirup asap sianida /th
 American Association of Poison Control
Center Toxic Exposure Surveillance
System, 5 dari 242 kasus pada tahun
2007 dan 3 dari 238 pada tahun 2008
merupakan fatal exposures
 RSUP Dr. Sardjito, sianida menempati
urutan kedua sebagai penyebab kematian
setelah intoksikasi alkohol
Latar Belakang

Sianida

 Efek sianida sangat cepat dan


mengakibatkan kematian dalam waktu
beberapa menit, gas HCN beberapa detik

 Pembuktian medis

 Kepentingan Hukum
Permasalahan
 Banyak metode pembuktian sianida tapi
sangat komplek dan lama

 Metode sederhana Asam Pikrat dan metode


Prusian Biru.

 Perlu dicari metode sederhana untuk


pemeriksaan sianida pada jaringan

Perlu diketahui sensitifitas dan



spesifitasnya metode tersebut pada variasi
jaringan dengan interval waktu
pemeriksaan
Tujuan Penelitian

mengetahui perbandingan
sensitivitas dan spesifitas
pemeriksaan Sianida invivo antara
metode Asam Pikrat dengan Prusian
Biru pada jaringan lambung, ginjal,
hati, paru dan otak dengan interval
waktu berturut-turut pada hari ke 1,
hari ke 4, dan hari ke 7.
Tinjauan Pustaka
 Sianida  HCN, Na, K, Ca
 Sumber sianida: fumigans,
insektisida, rodentisida,
penyepuhan logam, proses
fotografi
 Dosis letal: KCN 200-300mg,
HCN 270 ppm
Mekanisme Sianida

CN-
Fe+3
citokrom oksidase
pemanfaatan o stop
2

Produk ATP dalam sel dengan cepat


Mitokondria berhenti kekurangan oksigen

asfiksia
Gejala keracunan sianida
 Dosis besar  sistem syaraf pusat,
kardiovaskuler dan sistem respirasi
menyebabkan kematian dalam
hitungan menit.
 Dosis yang rendah  iritasi mata,
sakit kepala, bingung, mual, muntah
yang diikuti dengan koma bahkan
kematian
Detoksikasi sianida
 Detoksikasi sianida oleh tubuh
adalah lambat, dengan kecepatan
sekitar 0,017 mg/kgBB/menit.
 Produk detoksikasi sianida yaitu
tiosianat diekskresi melalui urin
(Simenova,2004).
Analisis sianida
 metode p- nitrobenzidehida/o-
dinitrobenzen
 metode piridin/asam barbiturat
 metode Prusian Biru
 metode Guignard Tes (metode Asam
Pikrat).
 penurunan tekanan partial oksigen
(PO2) cukup sulit dilakukan karena
waktu paruh sianida yang pendek
METODE PENELITIAN
 Desain penelitian: eksperimental
 Penelitian ini dilakukan di Lab
Farmakologi dan Toksikologi F.Farmasi
dan Lab Toksikologi IKF RSUP DR
Sardjito.
 Subyek penelitian:tikus putih jenis Wistar
diperoleh dari pusat penyediaan hewan
coba UGM.
 Sampel 80 ekor tikus,berat badan antara
100-200 g diberi sianida dosis lethal.
Prosedur Pelaksanaan

 80 ekor tikus tersebut dibagi 4:


 kelompok 1 kontrol (dibunuh dengan
cara ditenggelamkan), pemeriksaan
sianida dengan metode Asam Pikrat
 Kelompok 2 (diberi sianida dosis lethal),
pemeriksaan sianida dengan metode
Asam Pikrat

 Kelompok 2 kontrol,
Prosedur Pelaksanaan

 Kelompok 3 kontrol (dibunuh


dengan cara ditenggelamkan),
pemeriksaan sianida dengan
metode Prusian Biru
 Kelompok 4 (diberi sianida dosis
lethal) pemeriksaan sianida dengan
metode Prusian Biru (Flanagan,
2000).
Prosedur Pelaksanaan
 Kelompok 1 sampai 4: diambil
jaringan lambung, ginjal, hati, paru
dan otak, kemudian masing-masing
jaringan dibagi 3
 Masing-masing jaringan diperiksa
kadar sianidanya dengan interval
waktu pemeriksaan berturut-turut
pada hari ke 1, hari ke 4, dan hari
ke 7.
Analisa hasil

 Hasilpenelitian akan dianalisa


dengan uji sensitivitas dan
spesifitas serta perbedaan
proporsi yang didapat antara
kedua metode tersebut akan
diuji dengan X2 .
Bagan alur penelitian
Kontrol (Tikus ditenggelamkan kedalam air)
Perlakuan (Tikus diberi Kalium sianida dosis letal
secara oral)
 
otopsi

Jaringan: lambung, ginjal, hati, paru, otak

 
Asam Pikrat Prusian Biru

Hari: ke 1, ke 4, dan ke 7.
 
Pelaksanaan Penelitian
 Permohonan ijin dan ethical clearance
 Pemesanan tikus
 Pemesanan reagen
 Pengadaan alat dan bahan penelitian
 Orientasi pemeriksaan sianida
menggunakan metode asam pikrat
 Orientasi pemeriksaan sianida
menggunakan metode prusian biru
Pembuatan larutan stok Kalium
sianida
 Larutan stok KCN 100mg/100ml
(stok I): 1 mg/ml
 Stok II : 0,1 mg/ml
 Stok III: 0,01 mg/ml
Pemeriksaan sianida dengan
metode asam pikrat
 Alat microdifusi Conway
 Sisi luar sebelah kiri sampel jaringan
dipotong kecil-kecil
 Sisi luar sebelah kanan asam tartrat 10 %
2 ml
 Sumuran bagian tengah Asam Pikrat 1 ml,
ditetesi natrium karbonat 10 % 2 tetes
 Alat ditutup, tunggu 24 jam, amati
perubahan warna pada asam Pikrat
Pemeriksaan sianida dengan metode
prusian biru

 Pembuatan larutan NaOH dalam aquades


(10 g NaOH/100 ml)
 Pembuatan larutan FeSO4 dalam aquades
(10 g FeSO4/100ml) disiapkan secara
segar dalam aquades yang telah
dididihkan dan digunakan dalam keadaan
dingin
 Pembuatan larutan HCl dalam aquades
(10 ml/100ml)
Pembuatan larutan baku kadar sianida
dengan metode prusian biru

 Buat seri 5 erlenmeyer: konsentrasi


kalium sianida berturut-turut 0,1 mg/ml,
0,5 mg/ml, 0,10 mg/ml, 0,15 mg/ml, 0.2
mg/ml
Pembuatan larutan baku kadar sianida
dengan metode prusian biru

 Erlenmeyer yang berisi kalium sianida


dengan konsentrasi
tersebut,ditambah 2 ml larutan
natrium hidroksida(NaOH)
(10g/100ml )dan 2 ml larutan FeSO4
(10g/100ml ) tambahkan larutan HCl
(10 ml/100ml) 28 tetes untuk
melarutkan kembali endapan fero
sianida
Hasil pemeriksaan
 Pemeriksaan kadar sianida
menggunakan metode asam pikrat
mulai terdeteksi pada konsentrasi
sianida 0,01 mg/ml
 Pemeriksaan kadar sianida
menggunakan metode prusian biru
mulai terdeteksi pada konsentrasi
sianida 0,1 mg/ml
Tabel 1. Deteksi Sianida dengan metode
Asam Pikrat dan Prusian Biru pada hari ke 1
 
JARI Metode asam Pikrat Metode Prusian Biru
NGAN Positif Negatif Jmlh Positif Negatif Jmlh

Ginjal 2 17 19 19 1 20
Lam 18 1 19 17 3 20
bung
Hati 6 13 19 14 6 20
Otak 2 17 19 18 2 20
Paru 1 18 19 18 2 20
Perbedaan proporsi metode Asam
Pikrat dan metode Prusian Biru hari 1

 uji X2 untuk mengetahui perbedaan


proporsi yang didapat antara
metode Asam Pikrat dan metode
Prusian Biru menunjukkan bahwa
metode Prusian Biru lebih sensitif
secara bermakna dibanding metode
Asam Pikrat (P<0.05),
 X2= 10.9; df=4; α= 0,05; X2 tabel=
9.488; P<0,05
Tabel 2. Deteksi Sianida positif dengan metode
Asam Pikrat dan Prusian Biru terhadap jaringan
pada pemeriksaan hari ke 1

JARINGAN METODE METODE JUMLAH


ASAM PRUSIAN
PIKRAT BIRU

Ginjal 2 19 21
Lambung 18 17 35
Hati 6 14 20
Otak 2 18 20
Paru 1 18 19
Deteksi Sianida dengan metode Asam
Pikrat dan Prusian Biru
pada hari ke 4
 Penurunan konsentrasi sianida
akibat pengaruh pembusukan.
 Kelainan yang ditemukan pada
korban akibat racun biasanya
tergantung dari interval waktu
antara saat korban kontak
dengan racun sampai saat
terjadinya kematian.
Deteksi Sianida dengan metode Asam
Pikrat dan Prusian Biru
pada hari ke 4
 Pada kematian yang terjadi cepat akan
terjadi kelainan kongesti pembuluh
darah dan edema organ-organ dalam.
 Pada kematian yang terjadi lambat
umumnya tidak ditemukan kelainan
spesifik karena bentuk kelainan yang
terjadi hampir mirip dengan kelainan
akibat penyakit-penyakit kronis (Idries
AM, dkk.,1979).
Tabel 3. Deteksi Sianida dengan metode Asam
Pikrat dan Prusian Biru
pada hari ke 4

JARI Metode asam Pikrat Metode Prusian Biru


NGAN Positif Negatif Jmlh Positif Negatif Jmlh

Ginjal 3 8 11 16 4 20
Lam 10 1 11 18 2 20
bung
Hati 3 8 11 18 2 20
Otak 1 10 11 19 1 20
Paru 3 8 11 12 8 20
Perbedaan proporsi metode Asam
Pikrat dan metode Prusian Biru hari 4
 Perbedaan proporsi yang didapat
antara metode Asam Pikrat dan
metode Prusian Biru menunjukkan
bahwa metode Prusian Biru
dibanding metode Asam Pikrat
perbedaannya tidak bermakna
(P>0.05),
 X2= 7.45; df=4; α= 0,05; X2 tabel=
9.488; P>0,05
Tabel 4. Deteksi Sianida positif dengan
metode Asam Pikrat dan Prusian Biru
terhadap jaringan pada pemeriksaan hari ke 4

JARINGAN METODE METODE JUMLAH


ASAM PRUSIAN
PIKRAT BIRU
Ginjal 3 16 19
Lambung 10 18 28
Hati 3 18 20
Otak 1 19 20
Paru 3 12 15
JUMLAH 20 82 102
Hasil pemeriksaan sianida dengan
metode Asam Pikrat pada hari ke 7

 Pada jaringan : hati positif (45.5 %),


paru (18.2 %), ginjal, lambung dan
otak 9.1 %.
 Banyaknya sianida yang ditemukan
pada jaringan hati pada hari ke 7
mungkin ada kaitannya dengan
metabolisme sianida
Penurunan konsentrasi sianida
 Ballantyne, B. J. E. dkk, 1974 dalam
penelitiannya tentang tingkat
penurunan konsentrasi sianida terukur
dalam berbagai jaringan kelinci yang
dibunuh dengan potasium sianida.
 Penelitian tersebut membandingkan
tingkat transformasi sianida dalam
jaringan yang disimpan sampai 3
minggu setelah pengangkatan jaringan
tidak lama setelah kematian.
Tabel 5. Deteksi Sianida dengan
metode Asam Pikrat dan Prusian Biru
pada hari ke 7

JARI Metode asam Pikrat Metode Prusian Biru


NGAN Positif Negatif Jmlh Positif Negatif Jmlh

Ginjal 1 10 11 6 14 20
Lam 1 10 11 7 13 20
bung
Hati 5 6 11 5 15 20
Otak 1 10 11 6 14 20
Paru 2 9 11 5 15 20
Perbedaan proporsi metode Asam
Pikrat dan metode Prusian Biru hari 7

 Metode Prusian Biru dibanding


metode Asam Pikrat tidak berbeda
bermakna (P>0.05),
 X2= 4.84; df=4; α= 0,05; X2 tabel=
9.488; P>0,05
Tabel 6. Deteksi Sianida positif dengan
metode Asam Pikrat dan Prusian Biru
terhadap jaringan pada pemeriksaan hari ke 7

JARINGAN METODE METODE JUMLAH


ASAM PRUSIAN
PIKRAT BIRU
Ginjal 1 6 7
Lambung 1 7 8
Hati 5 5 10
Otak 1 6 7
Paru 2 5 7
JUMLAH 10 29 39
Spesifitas metode Asam Pikrat dan
metode Prusian Biru
 Jumlah sampel untuk pemeriksaan
sianida pada hari ke 4 dan ke 7
baru 11, dimungkinkan didapat
hasil yang berbeda apabila sudah
mencapai 20 sampel
 Spesifitas kedua metode tersebut
untuk mendeteksi adanya sianida
pada jaringan adalah sama, karena
kontrol hasilnya negatif terhadap
sianida.
KESIMPULAN DAN SARAN
 Kedua metode menunjukkan spesifitas
yang tinggi untuk pemeriksaan sianida,
metode Prusian Biru pada pemeriksaan
sianida hari ke1 lebih sensitif secara
bermakna dibanding metode Asam
Pikrat, sedang hari ke 4 dan ke 7 kedua
metode tersebut tidak menunjukkan
perbedaan sensitifas secara bermakna.
KESIMPULAN DAN SARAN
 Metode Prusian Biru dapat diterapkan
untuk pemeriksaan sianida pada
jaringan korban diduga keracunan
sianida.
 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
aplikasi kedua metode tersebut pada
jaringan manusia dengan variasi waktu
yang lebih lama, sehingga hasilnya
diharapkan dapat sebagai gold standar
pemeriksaan sianida pada jaringan.

Anda mungkin juga menyukai