HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar gambar
Daftar tabel
BAB I Pendahuluan
1.1.
Latar belakang
1.2.
Rumusan masalah
1.3.
Hipotesis
1.4.
Tujuan penelitian
1.5.
Manfaat penelitian
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.
Identifikasi
2.2.
Anatomi kaki
2.3.
Antropometri
2.4.
Perkiraan tinggi badan
Bab III Kerangka Konsep Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.
Kerangka konsep penelitian
3.2.
Definisi oprasional
Bab IV Metodologi Penelitian
4.1.
Rancangan penelitian
4.2.
Tempat dan waktu penelitian
4.3.
Populasi dan sampel
4.4.
Variabel penelitian
4.5.
Bahan dan alat penelitian
4.6.
Prosedur pengumpulan dan analisa data
Rujukan
Lampiran lampiran
1
2
3
4
5
8
10
10
10
10
11
12
15
17
25
25
26
26
26
28
28
28
31
32
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum, ww.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
Berkat dan RahmatNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian yang berjudul PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN
PANJANG TELAPAK KAKI DI RSUP H ADAM MALIK DAN RSUD DR
PIRNGADI MEDAN sebagaimana telah direncanakan sebelumnya dan dalam
keadaan sehat wal afiat.
Adapun proses pembuatan proposal penelitian ini, diawali dari munculnya
sebuah ide serta pemikiran atas suatu permasalahan yang timbul di dalam kegiatan
pendidikan di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK
USU, dengan harapan dapat ditindaklanjutkan ke dalam kegiatan penelitian ilmiah
yang nyata.
Serta rasa hormat dan terima kasih yang sedalam dalamnya, kepada para
pembimbing dr. Surjit Singh, SpF, DFM, yang telah meluangkan waktu,
pemikiran serta doa selama proses pelaksanaan tesis ini. Kepada para staf
pengajar di Departemen Forensik FK USU yang telah turut serta memberikan
sumbangsih ilmunya kepada penulis, penulis ucapkan terima kasih.
Harapan peneliti semoga bimbingan, pengajaran, serta doa dan restu, akan
tetap terus saya peroleh dalam upaya menjalankan proposal penelitian ini, untuk
menjadi suatu penelitian karya ilmiah yang dapat bermanfaat bagi dunia
pengetahuan kedokteran dan masyarakat.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
10
11
12
12
14
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 1.
Formula Karl Pearsons, untuk tulang yang segar laki laki .........
13
Tabel 2.
13
Tabel 3.
Formula Karl Pearsons, untuk tulang yang lama laki laki ..........
13
Tabel 4.
13
Tabel 5.
Formula Stevenson..........................................................................
14
Tabel 6.
14
Tabel 7.
Tabel 8.
14
Tabel 9.
15
15
Tabel 10. Formula Amri Amir Angka Regresi Hubungan Tinggi Dengan
Ukuran Beberapa Bagian Tubuh Pada Wanita Dan Nilai R2
Untuk Masing Masing Ukuran ......................................................
15
16
16
Tabel 13. Rumus Antropologi Ragawi untuk pria dewasa (jawa) ..................
16
17
17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Identifikasi adalah hal yang utama dari setiap penyelidikan forensik,
apakah itu yang dicurigai sebagai barang bukti di TKP ataukah korban yang
dipotong potong dan hangus. Pengidentifikasian sisa jasad manusia yang
dipotong potong telah menjadi suatu tantangan bagi ahli forensik. Masalah ini
ditemukan pada kasus bencana massal, ledakan dan kasus pembunuhan dimana
tubuh dipotong potong untuk menyembunyikan identitras korban. Ketika kaki
seseorang ditemukan dan dibawa untuk diperiksa dimensi kaki itu, dapat
memberikan informasi yang berharga mengenai tinggi dan jenis kelamin orang
tersebut.1
Pertumbuhan adalah proses pengukuran yang paling penting, dengan
mengukur tinggi badan seseorang, diukur dari panjang tulang tulang tertentu
dan anggota badan lainnya, yang menggambarkan hubungan tertentu dengan
tinggi badan seseorang. Hubungan ini sangat bermanfaat secara antrofologi
biologi untuk membedakan ras dan secara medikolegal hanya bagian bagian
tubuh tertentu yang dijumpai.2
Tinggi badan seseorang secara anatomi seutuhnya meliputi kaki, pelvis,
tulang vertebra dan tengkorak dan kontribusi dari masing masing ini terhadap
keanekaragaman pada individu individu yang berbeda dan juga pada populasi
yang berbeda. Oleh karena itu pada penelitian terhadap sisa jasad manusia, para
ahli antropologi forensik harus memiliki pengetahuan tentang variasi manusia
khususnya pada daerah dan populasi tertentu agar dapat mengidentikasi individu
yang belum dikenal. Populasi didasarkan pada perbedaan yang tampak pada
pengukuran dan bentuk morfologi dari tulang, dan ini telah mengalami perubahan
sepanjang waktu. Oleh karena itu sangat penting bagi ahli antropologi biologi
untuk melakukan penelitian terbaru mengenai kelompok kelompok populasi
yang beragam pada daerah geografik yang berbeda.3
Estimasi tinggi badan melalui ukuran dari berbagai tulang panjang telah
diupayakan oleh beberapa peneliti dengan tingkat keberhasilan yang berbeda
beda. Setiap peneliti telah memperoleh formulanya sendiri untuk memperkirakan
tinggi badan seseorang dari tulang tulang panjang. Meskipun demikian, ukuran
kaki jarang digunakan untuk hal ini. Rutishauser lah (1968) yang pertama sekali
meneliti perkiraan tinggi badan dari panjang kaki adalah setinggi dari tulang
tulang panjang.2
Banyak bagian bagian yang berbeda dari tubuh dapat digunakan untuk
memperkirakan tinggi seseorang. Dalam antropologi forensic, metode umum
mengestimasi tinggi para korban adalah mengukur panjang tulang panjang dan
mengolah data. Ukuran ukuran bagian bagian tubuh lainnya seperti panjang
telapak kaki, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan telapak tangan juga
dapat digunakan. Meskipun ukuran ukuran yang telah disebutkan umumnya
tidak tersedia mengenai pelaku yang didasarkan pada bukti yang tertinggal
ditempat kejadian perkara.4
Proses osifikasi dan maturasi terjadi pada kaki terjadi lebih dini daripada
tulang tulang panjang dan oleh karena itu selama usia remaja, tinggi badan dapat
diperkirakan secara tepat dari ukuran telapa kaki bila dibandingkan dari tulang
tulang panjang.2
Para peneliti telah meneliti hubungan antara tinggi badan dari panjang
telapak kaki yaitu, Rutishauser pada orang Kompala,Uganda (1967),5 Amir A
meneliti hubungan tinggi badan dari tulang tulang panjang di Medan (1989),6
Ritonga Mistar meneliti hubungan tinggi badan dari tinggi hidung di Medan
(1992),7 Singh Amar, meneliti hubungan tinggi badan dari telapak kaki di Medan
(1993),8 Patel S.V. meneliti hubungan tinggi badan dari panjang telapak kaki pada
orang Gujarat India (2007),2 Peneliti selanjutnya meneliti hubungan tinggi badan
dari panjang telapak kaki. P. K Paliwai pada orang Haryana, India (2008).3
Dalam penelitian ini akan dicoba pengukuran panjang telapak kaki dan
tinggi badan, serta menguji dengan memasukkan ke dalam beberapa formula yang
akan dibahas lebih jauh pada hasil penelitian nanti, sehingg didapatkan hubungan
antara panjang telapak kaki dan tinggi badan. Dengan menggunakan metode alat
ukur kaliper geser (untuk mengukur tinggi badan), serta mencari kolerasi dari
perbedaan jenis kelamin.
1.2
Rumusan masalah
Berdasarakan latar belakang yang telah diuaraikan di atas dapat
dirumuskan masalah yaitu : Apakah panjang telapak kaki dapat digunakan untuk
menentukan tinggi badan manusia?
1.3
Hipotesis
Ada hubungan antara panjang telapak kaki dengan tinggi badan manusia
1.4
Tujuan penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan manusia dengan
Tujuan Khusus :
Untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan manusia dengan panjang
Manfaat penelitian
1.
Untuk dapat memberi informasi kepada dokter umum, dokter spesialis dan
mahasiswa kedokteran dalam membantu identifikasi pada korban korban
yang tidak utuh.
2.
3.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Identifikasi
Pada tahun 1882, M. Alphonse Bertillon, seorang dokter berkebangsaan
digunakan pada orang dewasa, karena didasarkan pada prinsip bahwa usia setelah
dua puluh satu tahun ukuran ukuran tubuh manusia tidak berbeda. 9
Menentukan identitas atau jati diri atas seorang korban tindak pidana yang
berakibat fatal, relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan penentuan jati diri
tersangka pelaku kejahatan. Hal tersebut oleh karena pada penentuan jati diri
tersangka pelaku kejahatan semata mata didasarkan pada penentuan secara
visual, yang sudah tentu banyak faktor faktor yang mempengaruhinya sehingga
hasil yang dicapai tidak memenuhi harapan.10
Identifikasi dari tubuh tak dikenal, baik yang masih hidup ataupun mati,
dapat dilakukan bagi kepentingan penyidikan perkara perkara pidana dan bagi
tugas tugas kepolisian yang lain, seperti misalnya pada peristiwa bencana alam,
kecelakaan yang mengakibatkan korban missal (mass disaster). 11
Pada korban yang meninggal, identifikasi boleh dilakukan apabila
keseluruhan tubuhnya didapati ataupun jika hanya sisa sisa tubuhnya saja yag
dijumpai. Untuk mengenal pasti identitas korban (mayat), maka beberapa cirri
antemortem ataupun ciri khusus yang terdapat pada korban dibandingkan dengan
data ciri ciri yang terdapat pada rekam medik yang dipunyai korban sewaktu
hidup.12
Salah satu informasi penting yang dapat digunakan untuk melacak
identitas seseorang adalah informasi tentang tinggi badan. Oleh sebab itu pada
pemeriksaan jenazah yang tak diketahui identitasnya perlu diperiksa tinggi
badannya. Memang tidak mudah mendapatkan tinggi badan yang tepat dari
pemeriksaan yang dilakukan sesudah mati, meskipun yang diperiksa itu jenazah
utuh. Perlu diketahui bahwa ukuran orang yang sudah mati biasanya sedikit lebih
panjang (sekitar 2,5 cm) dari pada tinggi waktu hidup.13
Dalam penentuan tinggi badan berdasarkan panjang tekapak kaki telah
diteliti oleh ahli forensik, tetapi seringkali tidak dapat diterapkan di Indonesia,
oleh karena itu terdapat perbedaan tinggi badan orang Indonesia dengan orang
India.
Rumus Patel S.V
Penelitian dilakukan tahun 2007 di Gujarat, India. (5)
Formula Regresi
Pria
Wanita
Anatomi kaki
Kaki manusia merupakan gabungan bentuk dan fungsi yang sempurna.
Kaki manusia terdiri dari 26 tulang, 2 tulang sesamoid, 33 sendi, 19 otot dan
107 ligamen. Kaki dibagi menjadi 3 bagian yaitu : forefoot (kaki depan), midfoot
(kaki tengah), hindfoot (kaki belakang).14
1.
Forefoot
Forefoot terdiri dari 5 metatarsal dimulai dari metarsal I sampai metatarsal
V, dan 5 jari kaki yang masing masing terdiri dari 3 tulang (kecuali jempol kaki
terdiri dari 2 tulang). Tulang dari masing masing jari terdiri dari phalang
proksimal, middle phalang distal (kecuali jempol kaki hanya memiliki bagian
proksimal dan distal).
Sendi yang menghubungkan antara metatarsal dan phalang proksimal jari
kaki disebut sendi MTP (sendi metatarsal phalang). Sendi PIP (sendi proksimal
interphalang) antara phalang proksimal dan phalang tengah masing masing jari
kaki disebut sendi PIP (sendi proksimal interphalang). Sendi DIP (sendi distal
interphalang) antara phalang tengah dan phalang distal pada masing masing jari
kaki disebut sendi distal interphalang. Jari jempol hanya mempunyai 1 sendi
antara 2 phalang dan oleh karena itu sendi ini disebut sendi interphalang yang
besar. Kepala metatarsal merupakan ujung metatarsal yang bersambungan dengan
sendi pada tulang yang berdekatan (secara umum digunakan untuk menjelskan
Midfoot
Midfoot terdiri dari 5 tulang dengan permukaan artikular yang banyak
(permukaan yag dihubungkan dengan sendi sendi dan tulang lain) yaitu :
navicular, cuboid, 3 tulang cuneiform : medial, middle dan lateral. Di ujung distal,
metatarsal IV dan V bersambungan dengan tulang cuboid. Metatarsal I, II, III
berhubungan dengan tulang cuneiform secara berturut turut. Masing masing
dari tulang ini mempunyai kapsul sendi individual tetapi semuanya dibungkus
dalam 1 kapsul yang besar sehingga membentuk sendi tarso metatarsal (sendi
Lis Franc). Di bagian proksimal, sendi talonavicular dan calcaneocuboid bersama
sama membentuk persambungan sendi midtarsal yang terkombinasi (Chopart).14
Hindfoot
Tibia bersambungan dengan kubah talus dan dengan demikian
mengantarkan tekanan dari kaki ke tumit. Umumnya disebut sendi tibialtalar atau
secara sederhana disebut sendi pergelangan kaki. Kemudian talus bersambungan
dengan calcaneus. Tulang kaki yang menyokong berat badan (dan yang terbesar)
yang dihubungkan dengan sendi subtalar. Sendi subtalar dikenal sebagai sendi
ketangkasan, merupakan sendi kunci pada pergelangan kaki. Sendi ini
mempunyai 3 permukaan dari persambungan dengan sendi facet yang terpisah.
Pergerakan yang besar pada pergelangan kaki terjadi pada sendi ini sisa gerakan
lain terjadi pada sendi tibialtalar. Fascia pada telapak kaki merupakan pengatur
keseimbangan yang penting pada kaki. Dimana kelainan kaki banyak terjadi.
Fascia telapak kaki berasal dari permukaan calcaneus telapak kaki dan melekat
kepermukaaan plantar dari kelima kepala metatarsal dan phalang proksimal jari
kaki. Fascia plantar membantu mempertahankan bagiian dari kaki dan sebagai
anti pronasi. Dalam fungsinya mempertahankan kesesuaian hubungan antara
calcaneus dan kepala metatarsal. Fascia plantar menhan pergerakan torsi dari
tempat yang berhubungan dengan Hind foot selama pronasi. Kebanyakan eversi
dari pronasi terjadi pada midfoot dan fore foot dimana calcaneus tetap stabil pada
hindfoot.14
2.3.
Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti orang dan metron
yang berarti ukuran. Jadi ilmu yang mempelajari tentang ukuran ukuran tubuh
manusia dikenal dalam bidang ilmu Anthropometri.15
Johan
Sigismund
Elsholtz
(1654)
adalah
orang
yang
pertama
identitas seseorang adalah informasi tentang tinggi badan. Oleh sebab itu pada
pemeriksaan jenazah yang tak diketahui identitasnya perlu diperiksa tinggi
badannya. Memang tidak mudah mendapatkan tinggi badan yang tepat dari
pemeriksaan yang dilakukan sesudah mati, meskipun yang diperiksa itu jenazah
yang utuh.17
Trotter dan Glesser (1952, 1958) berhasil menemukan formula yang lebih
dapat dipercaya untuk penentuan perkiraan tinggi badan seseorang, bagi pria dan
wanita kulit putih dan Negro.18
Trotter dan Glesser (1958) menemukan bahwa dari 855 mayat ada
pengurangan panjang / tinggi badan 1, 2 cm untuk setiap 2 dekade pada usia
di atas 30, pengurangan tinggi badan setara dengan 0,6 mm pertahun setelah
dekade ke 4. Dari investigasi yang sama ditujukan bahwa panjang mayat
2, 5 cm lebih panjang daripada yang diketahui ketika dia hidup.19
Gambar 5. Kaki
(Dikutip dari Stature Estimation Based on Hand Lenght and Foot Lenght. Journal
clinical anatomy 18: 589 596 (2005)
Untuk menentukan tinggi badan, tidak perlu melalui pengukuran badan secara
utuh. Pengukuran dari bagian tubuh masih dapat menentukan tinggi seseorang
secara kasar dengan:
a. Jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan sama dengan tinggi badan.
b. Panjang lengan dikali 2, ditambah 34 cm (= 2 Kali panjang clavicula)
ditabah lagi 4 cm ( lebar sterum).
c. Panjang dari puncak kepala (vertex) sampai symphisis pubis dikali 2.
d. Panjang dari lekuk di atas sternum samapai symphisis pubis dikali 3, 3.
e. Panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon dikali 3,7.
f. Panjang femur dikali 4.
g. Panjang humerus dikali 6.
Angka di atas harus ditambah 2 4 cm bila pegukuran dilakukan pada tulang
tulang saja, yaitu sebagai tambahan jarak sambungan sendi.20
dan Gleser, yang merupakan formula-formula untuk manusia yang termsuk ras
Mongoloid.21
2.5.
1.
Tibia
Tibia
Tibia
2.
Formula Stevenson
Tabel 5. Formula Stevenson 21
TB = 61,7207 + 2,4378 x F 2,1756
TB = 81,5115 + 2,8131 x H 2,8903
TB = 59,2256 + 3,0263 x T 1,8916
TB = 80,0276 + 3,7384 x R 2,6791
3.
4.
Tabel 7. Angka Regresi Hubungan Tinggi Dengan Tulang Panjang Pada Laki
Laki Dengan R2 Untuk Masing Masing Tulang.6
regresi
r2
No Tulang
Rumus
1.
Humerus
1,34 x H + 123,43
0,22
2.
Radius
3,13 x Ra + 87,91
0,45
3.
Ulna
2,88 x U + 91,27
0,43
4.
Femur
1,42 x Fe + 109,28
0,30
5.
Tibia
1,12 x T
+ 124, 88
0,23
6.
Fibula
1,35 x Fi
+ 117,20
9,29
Rumus regresi
r2
1.
Rentang Tangan
0,64 x RT + 56,98
0,62
2.
Lengan
0,99 x L
0,46
3.
Lengan bawah
1,81 x LB + 83,65
0,52
4.
Symphisis kaki
1,09 x SK + 71,65
0,62
5.
Dagu vertex
2,47 x DV + 104, 53
0,14
6.
Clavicula
2,27 x C
0,14
+ 0,46
+ 130,30
Tabel 9. Angka Regresi Hubungan Tinggi Dengan Tulang Panjang Pada Wanita
Dan Nilai R2 Untuk Masing Masing Tulang.6
No. Tulang
Rumus regresi
r2
Humerus
1,46 x H + 111,33
0,32
2.
Radius
1,50 x Ra + 119,58
0,30
3.
Ulna
2,85 x U + 86,75
0,46
4.
Femur
0,79 x Fe + 124,67
0,17
5.
Tibia
1,33 x T + 110, 70
O,26
6.
Fibula
1,71 x Fi + 99,20
0,36
Tabel 10. Angka Regresi Hubungan Tinggi Dengan Ukuran Beberapa Bagian
Tubuh Pada Wanita Dan Nilai R2 Untuk Masing Masing Ukuran.6
No. Bagian Tubuh
Rumus regresi
r2
1.
Rentang tangan
0,64 x RT + 53,64
0,69
2.
Lengan
0,87 x L + 92,65
0,39
3.
Lengan bawah
1,83 x LB + 78,36
0,44
5.
4.
Symphisis kaki
0,98 x SK + 76,92
0,56
5.
Dagu Vertex
0,49 x DV + 143, 30
0,02
6.
Clavicula
2,15 x C
0,27
+ 124,58
6.
Melalui suatu peenlitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi
dewasa muda di Indonesia :
Tabel 14. Rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia 22.
Pria
TB = 72,9912 + 1,7227 (tib) + 0,7545 (fib) ( 4,2961 cm)
TB = 75,9800 + 2,3922 (tib) ( 4,3572 cm)
TB = 80,8078 + 2,2788 (fib) ( 4,6186 cm)
Tabel 15. Rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia22:
Wanita
TB = 71,2617 + 1,3346 (tib) + 1,0459 (fib) ( 4,8684 cm)
TB = 77,4717 + 2,1869 (tib) ( 4,9526 cm)
TB = 76, 2772 + 2,2522 (fib) ( 5,0226 cm)
Tulang yang diukur dala keadaan kering biasanya lebih pendek 2 mm dari tulang
yang segar, sehingga dalam menghitung tinggi badan perlu diperhatikan.22
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka konsep
Pada kerangka konsep di atas menunjukkan lembaran permasalahan
Tinggi Badan
Jenis kelamin
3.2
Definisi operasional
No
Defenisi
Cara penilaian
1.
Panjang
telapak kaki
adalah panjang
yang diukur
mulai dari
tumit kaki
bagian
belakang
(pterion),
hingga ujung
ibu jari kaki.
Tinggi badan
adalah diukur
dari puncak
kepala (vertex)
sampai ke
tumit (heel)
Pengukuran
dilakukan pada
posisi berdiri
tegak sempurna
2.
Posisi tubuh
tegak lurus
sempurna dan
kepala berada
tepat di daerah
dataran
Frankfurt
Alat
ukur
Diukur
dengan
alat
kaliper
geser
Skala
penilaian
Numerik
ratio
Satuan
Ukur
Cm
(sentimeter)
Diukur
dengan
alat
Stature
2 M.
Numerik
ratio
Cm
(sentimeter)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan penelitian
Metode penelitian ini merupakan suatu penelitian analitik, yang bertujuan
a.
Tempat penelitian
Dilakukan di Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK USU
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Umum
Dr. Pirngadi Medan.
b.
Waktu penelitian
Dilaksanakan dalam periode waktu 3 bulan (18 Juli 2011sampai dengan
15 Oktober 2011).
4.3
a.
Populasi
1.
Populasi target
Semua mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik
di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan.
2.
Populasi terjangkau
Semua mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik
b.
Sampel
Setiap mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani kepaniteraan klinik
ilmu kedokteran forensik dan medikolegal di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik dan Rumah Sakit Umum Dr. PirngadiMedan, yang bersedia dijadikan objek
penelitian dalam keadaan sehat fisik dan mental serta diketahui berumur (Usia
lebih 20 tahun), serta bersedia tidak menggunakan penutup kepala saat dilakukan
penelitian.
a.
Kriteria inklusi
1.
Kasus kasus dari pemeriksaan antemortem pada setiap orang (laki laki
dan perempuan ) yang memenuhi kriteria sebagai objek penelitian.
2.
Subjek yang diambil berusia lebih dari lebih dari 20 tahun, sehat fisik dan
mental,yang tidak pernah mengalami patah tulang, memiliki cacat fisik
(kelainan tulang bawaan sejak lahir) serta tidak mengalami penyakit tulang
seperti polio, agar tidak merancukan proses dan hasil penelitian.
b.
Kriteria eksklusi
Didasarkan pada orang orang yang memilki ukuran tinggi badan yang
tidak normal, seperti manusia kerdil / cebol, setiap orang yang tidak mampu
berdiri dengan sempurna (karena usia, sakit, atau hal lain), atau setiap orang yang
menggunakan penutup kepala dimana tidak dapat ijin untuk dibuka di muka orang
lain (berjilbab), sehingga tidak dapat diukur tinggi badan dengan benar.
c.
4.4
Variabel penelitian
a.
Variabel bebas
b.
4.5
a.
Bahan
Alat
1.
2.
Kaliper geser (sliding caliper ) : alat ukur telapak kaki yang terdiri dari
sebatang mistar yang berskala milimeter, serta dua batang jarum, dimana yang
satu tetap pada titik skala 0 dan yang lain dapat digeser. Kedua jarum ini pada satu
ujung agak tajam (dipakai untuk pengukuran pada tulang), dan pada ujung yang
lain agak tumpul (untuk mengukur manusia hidup). Panjang mistar umumnya 2
cm. Alat ini dipakai pada ukuran jarak lurus yang tidak terlalu besar.
3.
4.6
a.
Editing
Memeriksa ketepatan dan kelengkapan semua data yang diperoleh. Data
yang beleum lengkap atau ada kesalahan dilengkapai dengan mewawancarai ulang
subjek penelitian.
b.
Coding
Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
Entri
Cleaning Data
Memeriksa semua data yang telah dimasukkan ke dalam program
Saving
f.
Analisa Data
Data dianalisis dengan menggunakan tehnik komputerisasi, menggunakan
program SPSS 17,0 (Statistic Product and Service Solution) dan akan disajikan
dalam distribusi frekwensi.
RUJUKAN
1. Moudgil Rohan, Kaur Ramneet, Menezes RG, et all. Foot index : Is it a tool
for sex determination ? Jurnal: Forensic and Legal Medicine 15.
India: 2008. P. 223 226.
2. Patel VS, Patel MS, Shah VG. Estimation of Height from Measurements of
Foot Lenght in Gujarat Region. Jurnal Anatomi. India : 2007. P. 1,
25 27.
3. Paliwal PK. Jakhar Jitender Kumar. Pal Vijay. Estimation of Height from
Measurements of foot Lenght in Haryana Region. Jurnal : India
Acad Forensic Med. India : 2008. P. 32 (3) ; 231 23.
4. Rohren AM, Brenda. Estimation of Stature from foot and Shoe Lenght :
Applications in Forensic Science. Jurnal : Forensic Science. USA :
2007. P. 1 15.
5. Rutishauser E. H Ingrid. Prediction of Height from Foot Lenght : Use Of
Measurement in Field Surveys. Arch. Dis. Child. Uganda : 1968. P.
43; 310 312.
6. Amri A. Laporan Hasil Penelitian Tinggi Badan Dari Tulang Panjang dan
Ukuran. Beberapa Bagian Tubuh. Lembaga Penelitian. Medan :
1989. Hal 1 57.
7. Ritonga M, Singh A Laporan Penelitian Penentuan Tinggi Badan
Berdasarkan. Formula G.S.Kler Dengan menentukan Tinggi Hidung
Pada Mahasiswa / wi Fakultas Kedokteran USU Dan UISU.
Lembaga Penelitian, Medan : 1992. Hal.1 24.
8. Singh A. Laporan Penelitian Penentuan Persamaan Regesi (Regression
Equation) Untuk Tinggi Tubuh Dari Besarnya Telapak Kaki Bagi
Orang Orang Indonesia. Lembaga Penelitian. Medan : 1993.
Hal.1 29.
9. Franklin CA. Personal Identity. In
10. Idries AM. Identifikasi. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.
Binarupa Aksara. Jakarta : 1997. Hal. 31 52.
11. Dahlan S. Identifikasi. Ilmu Kedokteran Forensik. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang : 2004. Hal. 149 158.
12. Wahid SA. Identifikasi. Patologi Forensik. Dewan Bahasa dan Pustaka. Kuala
Lumpur : 1993. Hal. 13- 48.
13. Hamdani N. Identifikasi Mayat. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 1992. Hal. 83 88.
14. http : // www. Footmaxx.com / uploaded / product- category pdf- 19 pdf
(Accessed 24 juni 2011).
15. Parikh CK. Personal Identity, Identification in Mass Disaster. Medical
Jurisprudence and Toxicology. Bombay : 1989. P : 29 82,
118 123.
16. Glinka J, Artaria MD, Koesbardiati T. Latar Belakang. Dalam Metode
Pengukuran Manusia. Airlaangga University Press. Surabaya :
2008. Hal. 1 10.
17. Dahlan S. Identifikasi. Ilmu Kedokteran Forensik. Badan Penerbit Uiversitas
Diponegoro. Semarang : 2004. Hal. 149 158.
18. Nandy A. Identification of An Individual. In: Principles of Forensic Medicine.
1st. New Central Book Agency (P) Ltd. Calcutta : 1996.
P. 47 109.
19. Knight Bernard. The estabilishment of identity of Human remains. In Forensic
Pathology. Second Edition. Oxford University Press, New York :
1996. P. 95 132.
20. Amir A. Identifikasi. Dalam Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi
kedua. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK USU, Medan :
2005. Hal. 178 203.
21. Idries AM. Tjiptomartono AL. Pemeriksaan Tulang. Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensk dalam Proses Penyidikan. Edisi Revisi. CV
Sagung Seto. Jakarta : 2008, Hal. 177 190.
LAMPIRAN
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN PENENTUAN TINGGI
BADAN BERDASARKAN PANJANG TELAPAK KAKI
Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Medan..................2011
(...............................)
Lampiran 3
LEMBARAN KEGIATAN BIMBINGAN HASIL PENELITIAN
Dosen Pembimbing
TANGGAL
MATERI DISKUSI
MATERI DISKUSI
PARAF
BERIKUTNYA
Lampiran 4
JADWAL KEGIATAN
JADWAL PENELITIAN
NO. JENIS
KEGIATAN
1.
JULI
5-10
AGUSTUS
11-17
18-24
25-31
1-7
8-14
15-21
22-3
OKTOBER
1-5
6-12
Proposal
penelitian
2.
Persiapan
3.
Pelaksanaan
Penelitian
4.
Penyusunan
Laporan
5.
Laporan
Penelitian
Lampiran 5
Biaya penelitian
Biaya penelitian menggunakan biaya pribadi peneliti dengan perkiraan dan rincian
biaya sebagai berikut :
1. Biaya proses pembuatan dan penyusunan
proposal penelitian
: Rp 1.500.000,-
: Rp
: Rp 5.000.000,-
: Rp 1.000.000,-
: Rp 1000.000,-
Sub total
: Rp 9.000.000,-
:Rp
: Rp 9.900.000,-
500.000,-
900.000,-