di Odisha.
Abstrak
Tinggi merupakan unit dasar dalam menilai pertumbuhan dan nutrisi, untuk menghitung luas
permukaan tubuh dan memprediksi fungsi paru-paru seseorang. Namun, pengukuran tinggi dapat
terhambat oleh kelemahan otot, deformitas sendi atau tulang belakang. Maka dari itu, diperlukan
beberapa metode alternatif untuk mengukur tinggi seorang individu dalam kasus-kasus tersebut.
Demikian juga ketika fragmen manusia yang terpotong-potong ditemukan dalam adegan-adegan
tertentu dari bencana massal, tinggi badan seseorang harus dihitung sesuai sudut pandang
identifikasi. Selain itu, estimasi tinggi badan dari fragmen skeletal merupakan hal yang menarik
dalam ilmu forensik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persamaan regresi yang
dapat menghitung tinggi badan individu dengan tepat dan dapat direproduksi dari panjang kakinya.
Sebanyak 300 siswa (M = 206, F = 94) dengan kisaran usia antara 18-25 tahun tanpa cacat yang
belajar di SCB Medical College, Cuttack digunakan sebagai sampel. Tinggi dan panjang kaki
sampel diukur. Persamaan prediksi untuk tinggi badan diperoleh dengan menggunakan metode
persamaan linier.
Pendahuluan
Antropometri adalah serangkaian teknik pengukuran sistematis yang mengungkapkan
dimensi tubuh manusia dan kerangkanya secara kuantitatif. Antropometri sering dipandang
sebagai alat antropologi biologis yang tradisional dan mendasar. menemukan penggunaan
peningkatan dalam ilmu kedokteran khususnya dalam disiplin kedokteran forensik. Hubungan
yang ada antara bagian tubuh dan tinggi yang berbeda telah menarik minat bagi para antropolog
selama bertahun-tahun. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah kejadian bencana yang
menyebabkan kematian massal yang membutuhkan identifikasi korban dari sisa-sisa tubuh
manusia yang terpotong-potong.
Footprint atau jejak kaki memiliki makna yang sangat berharga dalam membangun
identitas pribadi para penjahat dalam pemeriksaan forensik. Pemeriksaan pada kaki telanjang
merupakan hal yang penting, terutama di negara-negara berkembang seperti India di mana
sebagian besar penduduk pedesaan kerap berjalan tanpa alas kaki karena alasan sosial-ekonomi
dan iklim (S.R. Qamra et al., 1980; B.R. Sharma, 1990). Analisa jejak kaki membantu
memperkirakan perawakan seseorang karena adanya korelasi positif yang kuat antara ukuran dan
ukuran kaki seseorang; jejak kaki juga dianggap sebagai indikator kerangka dan struktur tubuh
seseorang. Gayer (1904) mungkin merupakan orang pertama yang melakukan studi terperinci
mengenai jejak kaki saat bekerja di Perserikatan Provinsi (sekarang di Uttar Pradesh) di India dan
menerbitkan hasilnya dalam bentuk buku.
Sebelumnya, berbagai penelitian telah dilakukan secara individual. Semua penelitian ini
menunjukkan berbagai cara pemanfaatan jejak kaki dalam pemeriksaan forensik. Penelitian
sebelumnya oleh Robbins (1984 & 1986), Barker dan Scheuer (1998), Topinard (1876), Martin
(1914), Martin dan Saller (1959), Pales (1976), Jasuja (1987), memberikan sejumlah persentase
panjang kaki / perawakan tinggi untuk berbagai populasi. Akan tetapi, model ini menghasilkan
kesalahan estimasi yang sangat tinggi. Kemudian, berbagai penulis (O.P. Jasuja, 1987; V.K.
Sharma et al., 1978; T.A. Philip, 1990; H. Ozden et al., 2005) memanfaatkan persamaan regresi
dalam memperkirakan perawakan dari dimensi kaki / tapak.
Dalam penelitian ini, sejumlah upaya telah dilakukan untuk memperkirakan tinggi dari panjang
kaki pada masyarakat Odisha.
Tabel 2 menunjukkan rata-rata panjang kaki pria yang memiliki tinggi berkisar antara 150-180 cm
yang dibagi lagi menjadi enam sub-kelompok yang masing-masing memiliki jarak 5 cm. Standar
deviasi dan standar error dihitung. Persamaan regresi dari tabel di atas dihitung menjadi:
Y = -27.77 + 7.695x
-27.77 = Intersep
7.695 =Kemiringan
Y = 77,85 + 3,58x
77.85 = Intercept
3,58 = Kemiringan
Dari Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa, ketika ketinggian meningkat, panjang kaki pria dan wanita
juga meningkat. Perbedaan ditemukan meningkat hingga sub-kelompok 160-165 cm kemudian
menurun pada kelompok berikutnya. Dalam kelompok 170-175 cm panjang tangan lebih tinggi
daripada pria. Tidak ada sampel wanita yang ditemukan pada kelompok tinggi badan 175-180 cm.
Pembahasan
Semenjak Pearson memperkirakan tinggi badan berdasarkan tulang tungkai,
banyak persamaan regresi estimasi tinggi badan yang telah dikembangkan. Akan tetapi, terdapat
perbedaan pada metode pengukuran dan tulang yang digunakan untuk mendapatkan persamaan
regresi. Dalam penelitian ini, usia rata-rata subjek berkisar antara 18-25 tahun. Hal ini dapat
dikaitkan dengan fakta bahwa panjang kaki rata-rata pria dewasa dicapai pada usia 16 tahun (M.
Anderson et al, 1956;. M.M. Blais et al, 1956.). Menurut Roche (1986), umumnya perawakan
berusia 18 tahun diterima sebagai orang dewasa, meskipun terdapat sedikit peningkatan perawakan
tinggi setelahnya. Usia rata-rata untuk mencapai tinggi badan pada pria adalah 21,2 tahun dengan
pertumbuhan berlanjut pada 10% pria hingga 23,5 tahun (A.F. Roche dan G.H. Davila, 1972).
Meski begitu, seiring bertambahnya usia, kehilangan perawakannya lebih tampak. Sebuah studi
oleh Friedlaender et al., (1977) menunjukkan bahwa penurunan perawakan tidak dimulai hingga
dekade kelima kehidupan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Young Young Choi dan lain-lain,
terdapat perbedaan rasial pada rata-rata tinggi badan dewasa dan panjang tulang ekstremitas antar
populasi. Misalnya, rata-rata tinggi badan pria dewasa Korea lebih besar daripada di Meksiko
(Romero, 1952). Setiap panjang tulang tungkai lebih kecil daripada yang dimiliki oleh orang
Amerika berkulit putih (Trotter dan Glesser, 1952) dan koefisien korelasi semua panjang tulang
tungkai kurang dari orang kulit putih Amerika. Oleh karena itu, untuk membandingkan persamaan
regresi, persamaan yang diinduksi dari populasi yang sama dengan subjek harus dipilih.
Estimasi tinggi dari berbagai panjang tulang, kepala dan tangan telah dicoba oleh
banyak pekerja. Akan tetapi, dimensi kaki belum sering digunakan untuk ini. Penelitian ini juga
berkaitan dengan pengamatan pada korelasi tinggi berdiri total dengan panjang kaki.
Macdonnel (1901) mempelajari 3000 penjahat Inggris dan formula regresi
turunan untuk estimasi perawakan tubuh berdasarkan panjang kaki, 166.457 + 4.031 (kaki-25.688)
+/- 2.9 cm. Namun, jenis kelamin dan sisi tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini.
Qamra et al., (1980) menghitung persamaan regresi linier untuk memperkirakan
perawakan baik dari panjang kaki atau lebar kaki 1015 subjek antara usia 17-32 tahun. Setelah
menguji validitas persamaan, panjang kaki ditemukan lebih cocok.
Ibinado et al., (2009) melakukan penelitian terhadap 477 subyek dan
menemukan bahwa nilai rata-rata untuk panjang kaki kanan pria = 26,92 ± 1,02 sedangkan untuk
wanita = 25,00 ± 1,33. Nilai rata-rata untuk panjang kaki kiri pria = 26,92 ± 0,13 cm dan untuk
wanita = 24,75 ± 0,17 cm. Dalam penelitian kami, ditemukan bahwa rata-rata panjang kaki pria =
26,47 ± 0,12 cm dan untuk wanita = 23,21 ± 0,21 cm.
Patel et al., (1964) melakukan studi pada siswa dari wilayah Gujurat untuk mengetahui korelasi
antara panjang kaki dan tinggi. Persamaan regresi untuk
Pria = 75,45 + 3,64 x Panjang Kaki
Wanita = 75,41 + 3,43 x panjang Foot
Koefisien korelasi antara tinggi dan panjang kaki adalah 0,65 pada pria dan 0,80 pada wanita, dan
merupakan yang paling signifikan. Perbedaan yang kami temukan antara penelitian ini dan
penelitian kami adalah mungkin karena variasi pada ras diantara subjek yang termasuk orang
Gujurat dalam studi yang dilakukan oleh Patel et al dan Odiyas dalam penelitian ini.
Giles et al., (1991) juga berpendapat bahwa panjang kaki menunjukkan
hubungan biologis dengan tinggi dan yang terakhir dapat diperkirakan dari panjang kaki.
Gordon et al., (1992) memperkirakan perawakan tubuh dari dimensi kaki dan
model yang terdiri dari panjang dan lebar kaki ditemukan secara signifikan lebih baik daripada
yang hanya memuat kaki panjang saja. Dalam penelitian ini, hubungan yang kuat didirikan antara
panjang kaki / boot.
Singh dan Phookan (1993) meneliti populasi pria Thailand di Assam dan memaparkan bahwa
panjang kaki untuk menjadi indikator perawakan kaki yang lebih baik daripada lebar kaki.
Untuk sisi kanan, Perawakan tubuh = 47,93 + 1,083 (Panjang kaki maksimum) + 0,788 (Panjang
sepatu x 1,083 (Nomor sepatu)
Untuk sisi kiri: Perawakan tubuh = 47,33 + 1,139 (Panjang kaki maksimum) + 0,593 (Panjang
sepatu) x 1,94 (Nomor sepatu)
KESIMPULAN
Perawakan tubuh jelas merupakan elemen yang penting dalam deskripsi populasi manusia,
atau individu, untuk penelitian fisik, antropologis dan biomekanik. Panjang beberapa tulang
ekstremitas panjang ditemukan sangat berkorelasi dengan perawakan [Bach, 1965; Breitinger,
1937; Rosing, 1983; Telkka, 1950]. Dengan demikian, beberapa persamaan regresi telah
diusulkan dimana stature dapat diperkirakan dengan panjang tulang yang panjang. Dalam
penelitian ini baik pengukuran kaki kiri dan kanan telah diberikan pertimbangan dan baik pada
pria maupun wanita. Persamaan regresi linier diturunkan untuk memperkirakan tinggi badan yang
andal dan akurat yang akan menjadi nilai besar dalam bidang deteksi kejahatan. Perawakan,
panjang kaki dan lebar kaki secara positif dan signifikan berkorelasi satu sama lain.
Saat menghitung persamaan regresi, ditemukan bahwa terdapat hubungan linear antara
tinggi dan panjang kaki yang menguatkan dengan pekerja sebelumnya. Akan tetapi, terdapat
beberapa perbedaan dalam kemiringan dan intercept dari persamaan yang mungkin disebabkan
oleh variasi rasial dari subjek. Penelitian dilakukan pada kelompok populasi dengan individu yang
termasuk kelompok populasi yang berbeda yang tinggal / belajar di Cuttack. Persamaan regresi
yang diturunkan dalam penelitian ini dapat digunakan secara akurat dan andal untuk perkiraan
perawakan dalam kelompok populasi yang beragam. Oleh karena itu, dimungkinkan untuk
menentukan ketinggian seseorang dengan menggunakan data dan rumus yang berasal dari
pekerjaan ini cukup akurat dalam perkiraan standar error yang dapat diterima dari pertimbangan
biologis dalam menentukan ketinggian penampang yang diketahui dari populasi.