Anda di halaman 1dari 5

menurut penelitian Fatmah (2006), pengukuran TB pada pasien yang tirah baring bisa

menggunakan pengukuran tinggi lutut. Caranya yaitu posisikan klien supine di tempat tidur.
setelah itu paha dan betis kiri membentuk sudut siku-siku 90 derajat. lalu ukur menggunakan
mistar dengan cara menempel. hasil pengkuran yang didapat dari pengukuran betis dalam
bentuk cm dikonversi menjadi tinggi badan menggunakan rumus Chumlea. berikut
rumusnya:

TB laki-laki = 64,19 – (0,04 x usia) + (2,02 X tinggi lutut)


TB perempuan = 84,88 – (0,24 x usia ) + (1,83 X tinggi lutut)

Pengukuran tinggi badan lansia tidak dapat diukur dengan tepat sehingga untuk
mengetahui tinggi badan lansia dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee
height). Tinggi lutut dapat digunakan untuk melakukan estimasi TB lansia. Proses
penuaan tidak mempengaruhi panjang tulang di tangan, kaki, dan tinggi tulang
vertebral.

Referensi :

Fatmah. (2006). Persamaan (eqution) TB Manusia Lansia Berdasarkan Usia dan


Etnis pada 6 panti terpilih DKI Jakarta dan Tangerang. vol. 10, p. 7-16

Saya setuju dengan fifah bahwa  pengukuran TB yang tepat pada usila cukup sulit karena
masalah postur tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang menyebabkan harus duduk di
kursi roda atau di tempat tidur. Beberapa penelitian menunjukkan perubahan TB usila sejalan
dengan peningkatan usia dan efek beberapa penyakit seperti osteoporosis. Oleh karena itu,
pengukuran tinggi badan usila tidak dapat diukur dengan tepat sehingga untuk mengetahui
tinggi badan usila dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee height). Tinggi lutut dapat
digunakan untuk melakukan estimasi TB usila dan orang cacat.

Sedangkan untuk BB: Pada lansia dengan keterbatasan fisik yang tidak memungkinkan dapat
melakukan penimbangan BB secara langsung bisa menggunakan BB estimasi dengan
prediktor ukuran lingkar lengan atas (LILA):

Laki-laki : 2,592 x LILA – 12,902


Perempuan : 2,001 x LILA – 12,203
sumber: http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/download/145/141

Dimana tinggin badan (TB) seseorang secara akurat sangatlah penting untuk menentukan
nilai IMT (Indeks Massa Tubuh).  Namun untuk memperoleh pengukuran TB yang tepat pada
usila cukup sulit karena masalah postur tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang
menyebabkan harus duduk di kursi roda atau di tempat tidur. Oleh karena itu, pengukuran
tinggi badan usila tidak dapat diukur dengan tepat sehingga untuk mengetahui tinggi badan
usila dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee height).

Teknik pengukuran tinggi badan subyek diukur dalam posisi tegak pada permukaan
tanah/lantai yang rata (flat surface) tanpa memakai alas kaki. Ujung tumit kedua telapak kaki
dirapatkan dan menempel di dinding dalam posisi agak terbuka di bagian depan jari-jari kaki,
pandangan mata lurus ke depan, kedua lengan dikepal erat, tulang belakang dan pantat
menempel di dinding, dan bahu dalam posisi relaks. Tinggi badan diukur dengan mikrotoa
yang pembacaannya dilakukan dengan skala 0,1 cm.

Pada penelitian tersebut Tinggi badan diukur dengan alat Microtoise, tinggi lutut diukur
dengan alat Knee Height Caliper dalam posisi duduk dan atau berbaring, dan panjang depa
dengan alat arm span serta disimpulkan bahwa Ada hubungan antara pengukuran tinggi lutut
dengan tinggi badan sebenarnya pada subyek wanita.

Referensi :

Fathmah. (2006). Persamaan (Equation) Tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula)
Berdasarkan Usia dan Etnis Pada 6 Panti Terpilih di DKI Jakarta dan Tangerang Tahun 2005.
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-16 7. Retrieved from :
Journal.ui.ac.id

mungkin ini yang saya temukan teman2 ^^

Saya Revina mau mencoba memberikan pendapat bagaimana mengukur TB pada lansia.
menurut jurnal yang saya baca,.. 
Pengukuran tinggi badan usia lanjut tidak dapat diukur dengan prediksi tinggi lutut (knee
height). Tinggi lutut dapat digunakan untuk melakukan estimasi TB usia lanjut. Pengukuran
TB usila melalui beberapa variasi pengukuran yaitu tinggi lutut (knee height), panjang depa
(arm span), dan TB (stature). 

diambil dari Journal: Makara, Kesehatan, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-16 journal.ui.ac.id

Tinggi badan diukur dengan alat Microtoise, tinggi lutut diukur dengan alat Knee Height
Caliper dalam posisi duduk dan atau berbaring, dan panjang depa dengan alat arm
span. Teknik pengukuran tinggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan sehingga
sering digunakan untuk mengestimasi tinggi badan dengan gangguan lekukan spinal atau
tidak dapat berdiri. Tinggi lutut diukur dengan caliper berisi mistar pengukuran dengan mata
pisau menempel pada sudut 900 . Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat
dari kayu. Subyek yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran
dilakukan pada kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 90
derajat . Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang platela.
Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm. (Fatmah, 2006) 

Fatmah. (2006) MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI 2006: 7-16 .
journal.ui.ac.id

Pengukuran tinggi badan lansia tidak dapat diukur dengan tepat sehingga untuk mengetahui
tinggi badan usila dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee height). Tinggi lutut dapat
digunakan untuk melakukan estimasi TB lansia dan orang
cacat. Proses penuaan tidak mempengaruhi panjang tulang di tangan, kaki, dan tinggi tulang
vertebral. Selanjutnya prediksi TB usila dianggap sebagai indikator cukup valid dalam
mengembangkan indeks antropometri dan melakukan
interpretasi pengukuran komposisi tubuh.
Fatmah. (2006). PERSAMAAN ( EQUATION ) TINGGI BADAN MANUSIA USIA
LANJUT ( MANULA ) BERDASARKAN USIA DAN ETNIS PADA 6 PANTI TERPILIH,
10(1), 7–16.

Dari sumber yang saya baca untuk melakukan pengukuran tinggi badan pada lansia tirah
baring biasanya digunakan teknik pengukurang tinggi lutut. Pengukuran tinggi lutut ini
sangat erat hubungannya dengan tinggi badan maka sering digunakan untuk mengestimasi tb
lansia yang tidak dapat berdiri. 

Cara pengukurannya, yaitu :

1. Subjek pengukuran dalam posisi duduk atau berbaring

2. Pengukuran dilakukan pada kaki kiri antara tulang tibia dan tulang paha membentuk sudut
90 derajat.

3. Alat ditempatkan diantara tumit sampai bagian proksimal dari tulang platela

4. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm

5. Hasil dalam cm di konversikan menjadi tb menggunakan rumus chumlea.

Referensi : Fatmah.(2005). Persamaan Tinggi Badan Manusia Usia Lanjut Berdasarkan Usia
dan Etnis Pada 6 Panti Terpilih Di DKI Jakarta dan Tanggerang Tahun 2005. Diambil dari
journal.ui.ac.id

Waalaikumsalam...
Terimakasih Nabilla telah membuka diskusi siang ini!

Selamat Siang teman-teman semua..

Saya Bestari ingin menyampaikan hasil temuan saya terkait cara pengukuran TB dan BB
pada lansia dengan kondisi tirah baring.

Menurut Fatmah tahun 2005, TB lansia dapat diketahui dari prediksi tinggi lutut (knee
height), dan panjang rentang lengan (arm span). Hal yang sama ditemukan bahwa
pengukuran TB lansia dapat dilakukan dengan variabel tulang panjang, yaitu knee height,
arm span, dan demi span (Suzanna, 2003).

saya mencoba menjawab pertanyaan tersebut

Untuk menimbang pasien yang terbaring di tempat tidur, dia harus diangkat ke tempat tidur
timbangan khusus, atau jembatan timbang dapat digunakan dengan syarat tempat tidur atau
troli kosong ditimbang sebelumnya atau sesudahnya. Prosedur ini memakan waktu yang
sangat berharga pada stroke akut. Di banyak bagian kecelakaan dan gawat darurat, dan
bahkan di unit perawatan intensif, tidak ada akses ke timbangan tempat tidur untuk
menimbang pasien terlentang.
sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2095625/

Saya ingin mencoba menjawab untuk pengukuran tinggi badan lansia dengan tirah baring
Pengukuran tinggi badan dapat diukur menggunakan ketinggian lutut berdasarkan rumus
Longitudinal Aging Study Amsterdam (LASA)

pria = 74,48 + [2.03 × tinggi lutut] - [0.15 × usia]


wanita = 68.74 + [2.07 × tinggi lutut ] - [0,16 × usia])
Tinggi lutut diukur dengan caliper berisi mistar yang  terbuat dari kayu.  Pengukuran
dilakukan pada kaki kiri antara tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 90 derajat

Sumber lain menyebutkan tinggi badan diukur menggunakan rumus Chumlea

TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm cm)
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm cm)
 

referensi:

Ancum, et al. (2017). Muscle Strength and Muscle Mass in Older Patients during
Hospitalization: The EMPOWER Study. Gerontology. Vol 63 No 6.

Fatmah. (2006). Persamaan (equation) tinggi badan manusia usia lanjut (manula) berdasarkan
usia dan etnis pada 6 panti terpilih di dki jakarta dan tangerang tahun 2005. Makara
Kesehatan. Vol 10 Nomor 1.

Izin menjawab teman-teman

Beberapa aspek kehidupan pada orang dengan lansia memiliki perubahan seperti terjadinya
perubahan-perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan
atau munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan tersebut. Beberapa perubahan
komposisi tubuh yang terjadi seiring pertambahan usia adalah penurunan massa tulang dan
gangguan nutrisi. Untuk mengukur berat badan dan nutrisi yang diperlukan oleh lansia, maka
dapat melakukan penilaian melalui pengkajian MNA. Seperti menanyakan apakah terdapat
penurunan nafsu makan, kehilangan berat badan selama 3 bulan terakhir, jenis makanan yang
telah dikonsumsi oleh lansia dalam sehari, jenis asupan protein, lingkar lengan atas (LLA),
dan lingkar betis. interpretasi LLA kurang dari 21 cm, LLA antara 21-22 cm, dan  LLA lebih
dari 22 cm. Serta interpretasi lingkar betis yang kurang maka kurang dari 31 cm dan lingkar
betis lebih dari 31 cm. 

Pengukuran berat badan dan tinggi badan ini sangat diperlukan bagi lansia untuk mengetahui
status gizi dan kebutuhan nutrisi lansia.

Apakah teman-teman ada yang ingin ditambahkan?


 

Referensi : Kemenkes RI. (2017). Instrumen Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Available from :
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/INSTRUMEN%20P3G.pdf

Berdasarkan sumber yg saya baca, untuk mengukur Tb pada lansia tirah baring, dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu
1. Di ukur menggunakan tempat tidur (hospital bed) khusus yang dilengkapi dengan
timbangan berat badan elektronik atau bed scale untuk pasien yang tidak dapat berdiri. Akan
tetapi, harganya sangat mahal dan tidak dimiliki oleh semua rumah sakit. Oleh karena itu,
dapat dilakukan dengan cara kedua

2. Menggunakan instrumen yang bisa mengukur secara akurat dan tersedia secara luas di
rumah sakit. Instrumen yg bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan rumus Jung.
pengukuran lingkar lengan atas dan tinggi lutut yang kemudian dimasukkan kedalam rumus
estimasi berat badan lansia Jung. Caranya yaitu dengan melakukan pengukuran lingkar
lengan atas dan tinggi lutut yang kemudian dimasukkan kedalam rumus estimasi berat badan
lansia Jung. Berdasarkan penelitian yang saya baca, rumus jung memiliki validititas yang
baik terhadap timbangan elektronik pada pengkuruan berat badan pasien stroke lansia. Untuk
lebih jelasnya mungkin teman2 bisa dibaca langsung dari sumber di bawah ini yaa

Jabar, Prayitno, & Pancarini. (2018). 174Uji Validitas, Realibilitas Hasil Pengukuran Berat
Badan Menggunakan Rumus Jung dengan Timbangan Elektronik Pada Pasien Stroke Lanjut
Usi. Diambil dari http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/277/257

Anda mungkin juga menyukai