LAPORAN
HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI LANSIA
KELOMPOK II BESAR
Adelia GZ1905001
Andi Jumriah T.L GZ1905003
Anjelina GZ1905004
Annisa GZ1905005
Meisy Dwi Clarissa GZ1905008
Nurfadilla GZ1905010
Nursani GZ1905013
Wiansi GZ1905018
Wirdayanti GZ1905019
Yunnike Hiranto Tandingan GZ1905020
b) Tujuan
Tujuan dari pengukuran antropometri lansia ini yaitu untuk mengetahui dari ketiga
pengukuran antropometri yang paling mendekati dari tinggi badan real lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lansia
Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap
berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta
perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Aru, 2009). Lansia merupakan seseorang yang
berusia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja
ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung
kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Tamher, 2009).
B. Pengukuran Antropometri Pada Lansia
Pengukuran antropometri adalah pengukuran tentang ukuran, tinggi badan, berat badan,
dan proporsi tubuh manusia dengan tujuan untuk mengkaji status nutrisi dan ketersediaan
energy pada tubuh serta mendeteksi adanya masalh-masalah nutrisi pada seseorang
(Nurachmah,2001).
Pengukuran antropometri yang dapat digunakan menentukan status gizi pada manusia
meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi lutut, tinggi duduk, dan panjang depa. Cara yang
paling sederhana dan banyak digunakan adalah dengan menghitung indeks massa tubuh
(IMT) (Fatmah, 2010).
Ada beberapa pengukuran antropometri pada lansia sebagai berikut :
1. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, TB tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Tinggi
badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan
sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat, serta dapat digunakan sebagai
ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB factor
umur dapat dikesampingkan.
Tinggi badan diukur dengan alat Microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Teknik
pengukuran tinggi badan subyek diukur dalam posisi tegak pada permukaan
tanah/lantai yang rata (flat surface) tanpa memakai alas kaki. Ujung tumit kedua
telapak kaki dirapatkan dan menempel di dinding dalam posisi agak terbuka di bagian
depan jari-jari kaki, pandangan mata lurus ke depan, kedua lengan dikepal erat, tulang
belakang dan pantat menempel di dinding,
2. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan.
Pengukuran berat badan dapat memberikan gambaran status gizi seseorang dengan
mengetahui IMT.
Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian
0,1 gram. Lansia berdiri tegak dengan dengan memakai pakaian seminimal mungkin,
tidak membawa beban atau benda apapun dan tanpa alas kaki (sandal, sepatu). Mata
menatap lurus kedepan dan tubuh tidak membungkuk. Pembacaan dilakukan pada
alat secara langsung.
3. Tinggi lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan bisa
didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Tinggi lutut
dapat dilakukan pada usia lanjut yang tulang punggungnya mengalami osteoporosis,
sehingga terjadi penurunan tinggi badan (Fatmah, 2006). Dari tinggi lutut dapat
dihitung ti nggi badan sesungguhnya dengan rumus persamaan Chumlea (1988).
Tinggi Badan (laki-laki) = 64,19 – (0,04 – usia dalam tahun) + (2,02 – tinggi
lutut dalam cm)
Tinggi Badan (Perempuan) = 84,88 – (0,24 – usia dalam tahun) + (1,83 – tinggi lutut
dalam cm)
4. Tinggi duduk
Tinggi Duduk Tegak (TDT), mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk
subjek hingga ujung atas kepala.
5. Panjang depa
Panjang depa / arm span. Teknik pengukuran panjang depa dilakukan pengukuran
panjang depa bagi subyek dengan alat mistar panjang 2 meter. Subyek berdiri dengan
kaki dan bahu menempel melawan tembok sepanjang pita pengukuran ditempel di
tembok. Pembacaannya dilakukan dengan skala 0,1 cm mulai dari bagian ujung jari
tengah tangan kanan hingga ujung jari tengah tangan kiri.
BAB III
METODE
Pembahasan tabel
Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa, hasil perhitungan prediksi tinggi badan perempuan
menggunakan panjang depa, yang memiliki hasil lebih mendekati tinggi badan aktual yaitu
terdapat pada lansia perempuan dengan TB aktual 154 cm dan panjang depa 155 cm.
Sedangkan pada lansia laki-laki yang paling mendekati perhitungan prediksi tinggi badan
menggunakan panjang depa memiliki hasil yang sama antara tinggi badan aktual terdapat
pada laki-laki dengan TB aktual 170 cm begitupun dengan panjang depanya. Dengan
memperoleh hasil rata-rata panjang depa seluruh lansia yaitu -5,75
Pembahasan tabel
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 5 orang lansia perempuan dan 5 orang lansia laki-
laki. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 1.2.
Pada penelitian ini, subyek memiliki rentang usia yang cukup jauh, dengan usia minimum
adalah 64 tahun dan maksimum adalah 90 tahun. Tinggi badan pada subyek juga bervariasi,
dengan tinggi badan minimum adalah 138 cm dan maksimum adalah 170 cm. Adanya tinggi
badan yang bervariasi, diperoleh hasil pengukuran tinggi lutut yang juga memiliki rentang
yang besar, yaitu minimum 41 cm dan maksimum adalah 52 cm, dengan rata-rata selisih
9,61.
Pembahasan tabel
Pada penelitian ini, tinggi duduk digunakan sebagai estimasi lain pada lansia yang tidak
dapat berdiri tegak. Adanya tinggi badan yang bervariasi, diperoleh juga hasil pengukuran
duduk yang memiliki rentang yang besar, yaitu minimum 69 cm dan maksimum adalah 86
cm, hasil pengukuran ini sesuai dengan tinggi badan lansia yang paling pendek dengan paling
tinggi. Dengan memperoleh rata-rata selisih -4,59.
A. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan rata rata tinggi badan lansia didapatkan hasil 151,1 dan rata rata
panjang depa lansia adalah -5,73, rata rata tinggi lutut 9,61 serta rata rata tinggi duduk -4,59.
Rata rata Perhitungan Antropometri yang mendekati tinggi badan aktual adalah tinggi lutut.
B. Saran
Disarankan lebih menyediakan alat-alat yang lengkap dan perlu adanya ergonomika yang
disesuaikan dengan antropometri tubuh dari sipengguna sehingga pengguna tidak akan terlalu
banyak menjangkau atau melakukan gerakan paksaan yang dapat menyebabkan cedera.
Praktikan harus memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien serta besungguh - sungguh
dalam melaksanakan praktikum, agar memperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
contoh :
Fatma. 2010. Gizi Lansia. Jakarta : Penerbit Erlangga
Knous BL, Arisawa M. 2002. Estimation of Height ini Elderly Japanese Using Region –Specific
Knee Height Equations. The American J. Human Biology 143 : 300-307.
LAMPIRAN