BAB 1
PENDAHULUAN
Tinggi badan merupakan suatu ciri utama yang digunakan sebagai proses
badan merupakan salah satu dari empat profil biologis utama selain usia, jenis
kelamin, dan ras (Patel, 2012). Tinggi badan merupakan salah satu komponen
untuk menentukan status gizi, dimana penilaian status gizi yang sering dilakukan
adalah penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diukur berdasarkan rasio
berat badan (dalam kilogram) dan kuadrat tinggi badan (dalam meter) (Madden et
badan secara akurat (Murbawani et al., 2012). Cara pengukuran tinggi badan yang
biasa digunakan adalah mengukur dari puncak kepala (vertex) hingga bagian
ujung tumit pada posisi berdiri tegak atau disebut sebagai stature (Duquet dan
Carter, 2009). Jika tinggi badan tidak dapat diukur dengan cara biasa, maka
diperlukan teknik lain salah satunya adalah menggunakan estimasi tinggi badan
(Amalia, 2015).
tinggi badan merupakan langkah utama dalam proses identifikasi suatu subyek
ketika hanya sebagian tubuh saja yang ditemukan. Tinggi badan pada setiap
manusia memiliki variasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
2
(Chikhalkar et al., 2010). Pada proses identifikasi yang hanya sebagian tulang saja
yang didapat, maka dengan mengukur panjang dari panjang tulang tertentu dan
beberapa rumus baku yang menggunakan ukuran dari tulang panjang, seperti
rumus Karl Pearson, Trotter dan Gleser, Dupertuis dan Hadden, juga rumus
salah satu metode yang banyak dipakai karena memiliki hubungan yang baik.
Penentuan tinggi badan berdasarkan tulang panjang ektremitas telah dikenal sejak
ratusan tahun yang lalu dan telah digunakan pada kasus medikolegal (Sulijaya,
2013). Hubungan antara tinggi badan dengan panjang tulang ektremitas atas
ataupun bawah seperti tibia, fibula, radius, ulna, humerus, dan femur telah banyak
Salah satu bagian tulang panjang bagian ektremitas yaitu humerus yang
merupakan bagian tulang panjang ektremitas atas adalah bagian tulang panjang
panjang tulang humerus dengan tinggi badan . Hal ini dikarenakan tulang humerus
yang lain, dan disebutkan juga bahwa ukuran panjang tulang salah satunya
memperkirakan tinggi badan manusia. Tulang humerus juga merupakan salah satu
3
penentuan tinggi badan selain tulang panjang yang lainnya seperti femur, radius,
ulna, tiba dan fibula. Di indonesia penelitian tentang hubungan panjang tulang
humerus dengan tinggi badan sudah pernah dilakukan oleh Kuntoadi (2008) dan
hubungan yang berbanding lurus dengan tinggi badan. Kedua penelitian tersebut
populasi Suku lampung dan penelitian Amalia (2015) dilakukan pada populasi
dengan jenis kelamin laki-laki di Suku Jawa dan Lampung. Penelitian tentang
estimasi atau perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang humerus masih
Pemilihan suku Aceh sebagai populasi penelitian karena pada suku aceh
humerus belum pernah dilakukan dan belum adanya data untuk ukuran
rawan bencana, sehingga datanya nanti sangat membantu, terutama pada bidang
ilmu kedokteran forensik yang selalu membutuhkan identifikasi pada setiap kasus
yang ada, dan suku aceh sendiri rata-rata memiliki perawakan yng pendek. Hal ini
di dukung dari status sosio-ekonomi yang rendah dan status gizi yang buruk.
Mahasiswa dapat menjadi subjek yang ideal karena rata-rata berusia di atas 21
tahun, Pusat kalsifikasi pada ujung-ujung tulang atau dikenal dengan “Epifise
Line” akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang,
penutupan dari garis epifise line tersebut rata-rata sampai dengan umur 21 tahun.
4
Hal inilah yang menjadi dasar peneliti menetapkan usia subjek penelitian di atas
21 tahun agar tidak terjadi bias yang besar pada pengukuran, oleh karena
pertumbuhan tulang yang masih berlanjut bila dilakukan di bawah usia 21 tahun.
Berdasarkan dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti estimasi antara
ataupun sudah meninggal. Tinggi badan merupakan langkah utama dalam proses
identifikasi suatu subyek ketika hanya sebagian tubuh saja yang ditemukan. Tiap
suku memiliki memiliki ciri fisik yang berbeda. Tinggi badan dapat diukur secara
namun pada beberapa keadaan seperti kasus kematian, tinggi badan seseorang
tidak dapat diukur karena tubuhnya tidak utuh lagi. Tetapi ada beberapa teori yang
dapat memudahkan dalam perihal pengukuran tinggi badan, salah satunya melalui
korelasi dengan bagian tubuh, yaitu tulang panjang. Pusat kalsifikasi pada ujung-
ujung tulang atau dikenal dengan “Epifise Line” akan berakhir seiring dengan
pertambahan usia, dan pada setiap tulang, penutupan dari garis epifise line
tersebut rata-rata sampai dengan umur 21 tahun. Salah satu bagian tulang panjang
yaitu humerus yang merupaka bagian tulang panjang yang merupakan indikator
5
suku Aceh?
2. Dapat dijadikan salah satu referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti
menentukan tinggi badan manusia pada tubuh yang tidak lagi utuh atau sudah