Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ANTROPOMETRI KESEHATAN

Dosen Pengampu: Heny Marlina R, Ners., M.Kep.


Disusun Oleh: Kelompok 2
Feni Ferniansyah Himmatul Maula
Fikri Gunawan Husnul Chatimah
Fitra Aluya Iga Mawarni
Gunawan Febrianto Iin Husnia Depi
Hairul Azmi Ika Candra Ula
Hengky Sutomo Indrawan Prayuda
Heriawan Jinan Estida Hayati Umajan
Hikmah Nurul Aslamiah
Julia Ningsih

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2018
ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada penyusun untuk menyelesaikan
makalah ini. Solawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi
Muhammad SAW yang menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan
keindahan syurga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi
tugas yang diberikan oleh ibu dosen mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan (IDK) 1
dengan judul ”Antropometri Kesehatan”.
Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kerjasama dan
kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan
dengan baik. Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak
seberapa yang masih perlu belajar dalam penyusunan makalah, bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran demi terciptanya karya ilmiah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di
masa yang akan datang.
Besar harapan, semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua orang yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang
Antropometri.

Mataram, 23 Oktober 2018

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1. Pengertian Antropometri dan Perkembangannya 2
2.2. Pengaplikasian Antropometri 2
2.3. Alat-Alat Antropometri 3
2.4. Titik-Titik Anatomis Pada Wajah dan Kepala 4
2.5. Titik-Titik Anatomis Pada Badan 5
2.6. Teknik Antropometri 6
2.7. Teknik Pengukuran 9 Lipatan Kulit Dengan Skinfold Caliper 6
2.8. Tekhnik Pengukuran 13 Lingkar Dengan Pitameter 11
2.9. Teknik Pengukuran 8 Dimensi Vertikal 14
2.10. Teknik Pengukuran Dimensi Horizontal 16
2.11. Daftar Antropometri pada Bayi dan Balita 19
2.12. Penilaian Status Nutrisi Menggunakan Antropometri 31
BAB III PENUTUP 33
3.1. Kesimpulan 33
3.2. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum antropometri memiliki pengertian pengukuran tubuh manusia.


Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh untuk berbagai tingkat umur. Pada saat ini antropometri
sering digunakan untuk melakukan skrining kasus kurang gizi karena
penggunaannya relatif mudah, murah dan praktis. Sekalipun terkesan mudah, ada
banyak hal yang harus diperhatikan agar mendapatkan hasil pengukuran
antropometri yang akurat. Oleh Karena itu kami menyajikan karya ilmiah berupa
makalah yang membahas tentang antropometri. Dengan makalah ini maka
pembaca bisa memahami tentang antropometri. Semoga makalah bermanfaat bagi
kita semua.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Antropometri?
b. Seperti apa alat-alat Antropometri?
c. Apa saja fungsi dari Antropometri?
d. Pemeriksaan status gizi menggunakan antropometri.
1.3. Tujuan
a. Untuk lebih memahami tentang Antropometri.
b. Mengetahui fungsi dan kegunaan dari Antropometri.
c. Mengetahui apa-apa saja yang termasuk dalam alat-alat Antropometri.
d. Mengetahui status gizi seseorang melalaui pemeriksaan Antropometri.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Antropometri dan Perkembangannya

Antropometri berasal dari bahasa Yunani “anthropos” yang berarti


manusia dan “metron” yang berarti mengukur, secara literasi berarti “pengukuran
manusia”. Antropometri semakin berkembang setelah ditunjang oleh ahli
statistika Belgia Adolphe Quetelet, dalam pengukuran data-data yang diperlukan.
Antropometri, mulai dikenal dan digunakan dalam pengukuran tubuh, tulang-
tulang dan prakiraan proporsi tubuh manusia.

Pada 1906 di Monaco dan 1912 di Jenewa, telah dilaksanakan pertemuan


para antropolog untuk menyamakan presepsi mengenai metode dan standar
pengukuran. Hasil kesepakatan yang diperoleh, menyangkut tanda tulang di tubuh
dan penetapan teknik pengukuran. Sejalan dengan penemuan alat-alat ukur yang
lebih presisi, ditunjang dengan statistik yang terperogram, maka sejak tahun
1980an, Antropometri telah distandardisasi berdasarkan Organisasi Standardisasi
Internasional (ISO).

Antropometri dibagi menjadi antropometri hidup dan antropometri skeletal


dental. Tiga tipe ukuran antropometri adalah ukuran vertical, horizontal dan
lingkaran. Pada ukuran gigi, tiga ukuran penting adalah mesiodisal, bukolingual,
dan tinggi mahkota.

2.2. Pengaplikasian Antropometri

1. Antropometri untuk identifikasi

Penentuan laki-laki atau perempuan pada sisa mayat yang hanya


berupa tulang. Contohnya, diameter caput humera dan fosa glenoidea, dan
ukuran-ukuran kepala. Bila panjang fosa glenoidea lebih dari 32 mm,
identifikasi rangka cenderung merujuk pada individu laki-laki.

2
2. Antropometri pada neonatal dan anak-anak menilai status gizi dan
pertumbuhan.
Ukuran penting adalah lingkar kepala, lingkar lengan atas, berat
badan dan tinggi badan. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan besar otak,
maturitas tulang, dan status gizi. Prinsip pertumbuhan anak adalah
cephalocaudal dan proximodistal, contohnya, pertumbuhan otak lebih
dahulu optimal dibanding pertumbuhan organ di sebelah kaudal otak.
Demikian pula truncus lebih optimal pertumbuhannya disbanding tungkai.

3. Antropometri pada remaja menilai pertumbuhan remaja dalam hal


maturitas skeletal dan dental.
Adanya ganggaun trauma/jejas/injuri pada suatu aspek
perkembangan dapat menganggu pertumbuhan fisik danaspek-aspek
lainnya. Antropometri pada dewasa acapkali menilai obesitas, yang
dilakukan dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul, tebal
lipatan kulit (lemak) sentral dan ekstremitas, serta rasio tinggi dan berat
badan dalam indek masa tubuh.

4. Antropometri lanjut usia menilai perubahan yang normal pada


menua meliputi berkurangnya tinggi badan, tinggi duduk, dan panjang
rentang tangan. Sebaliknya, lingkar dada dan dalam dada bertambah pada
lanjut usia.
5. Antropometri teknik/antropometri terapan (Human Engineering)
Pengukuran badan ketika manusia sedang bekerja/memfungsikan
badannya.

2.3. Alat-Alat Antropometri


1. Sliding Caliper: caliper geser
2. Spreading caliper: caliper rentang
3. Skinfold caliper: caliper tebal lipatan kulit
4. Pitameter: untuk mengukur lingkaran

3
5. Stadiometer: pengukur tinggi badan
6. Scale: pengukur berat badan
7. Antropometer: pengukur panjang dan tinggi
8. Segmometer: pengukur segmen badan (lebar dan panjang)

2.4. Titik-Titik Anatomis pada wajah dan kepala

1. Exocanthion: titik lateral Mata


2. Endocanthion: titik medial mata
3. Nasion: titik pada proksimal hidung
4. Vertex: titik ujung tertinggi kepala
5. Chelion: titik lateral bibir
6. Nasale: titik ujung anterior hidung
7. Gnathion: titik ujung sudut mandibula
8. Zygon: titik pada tulang pipi zygomaticus
9. Euryon: titik pada dahi lateral
10. Tragion: titik pada telinga di tragus, umumnya hampir sejajar lubang
telinga
11. Glabella: titik tengah antara kedua alis
12. Lebrale superior: titik ujung atas bibir
13. Lebrale inferior: titik ujung bawah bibir
14. Stomion: titik temu antar bibir atas dengan bibir bawah
15. Menton: titik terbawah pada dagu
16. Pogonion: titik terbawah dan terdepan pada dagu
17. Crinion: titik garis rambut pada dahi
18. Lambda: titik pada bagian belakang kepala (pada tengkorak adalah titik
pertemuan sutura sagitalis dan lambdoidea)
19. Prostion: titik antara gigi seri pertama atas, pada tepi superior pertemuan
antara mahkota gigi dan gusi.

4
2.5. Titik-Titik Anatomis Pada Badan

1. Suprasternale
2. Akromion: titik pada tepi superior dan lateral prosesus akromialis; tengah-
tengah antara tepi anterior dan posterior otot deltoid, dilihat dari samping.
3. Radiale: titik pada tepi proksimal dan lateral kepala radius
4. Stylon: titik palig distal pada tepi lateral kepala inferior radius
5. Dactylion: ujung jari terpanjang (biasanya jari tengah) ketika lengan
mengarah ke bawah; telapak dan jari tangan membuka ke bawah
6. Symphision: titik pada sympisis pubis, di atas genitalia
7. Tibiale: titik pada tibia (lutut)
8. Trokanterion: titik paling superior pada trokanter mayor femur, bukan titik
paling lateral
9. Acropodion: titik paling anterior ibu jari kaki
10. Spyrion: titik pada malleolus medialis tibia
11. Pternion: titik paling posterior pada tumit
12. Subskapula: ujung paling bawah sudut inferior scapula
13. Xiphoidale: tepi bawah sternum, merupakan ujung bawah xiphion
14. Iliokristale: titik paling lateral tuberkel ilium pada garis ilioaksila
15. Iliospinale: titik paling inferior spina iliaka superior anterior
16. Tibiale mediale: titik paling superior tepi medial kepala tibia
17. Tibiale laterale: titik paling superior tepi lateral kepala tibia
18. Sphyrion: titik paling distal maleolus medialis tibia
19. Mid-akromiale-radiale: titik dengan jarak yang sama (equidistant) dari
akromiale ke radiale
20. Midstylion: titik tengah, pada permukaan anterior pergelangan tangan,
pada garis horizontal, pada level stylion
21. Mesosternale: titik tengah sternum pada level artikulasi antara costae IV
dan sternum
22. Garis ilio-aksila: garis imajiner vertical yang menghubungkan titik tengah
ketiak ke tepi lateral dan superior ilium.

5
2.6. Teknik Antropometri

Berdasarkan tujuan penelitian menggunakan teknik antropometri,


setidak-tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran;
mengetahui kekekaran otot, kekekaran tulang, ukuran tubuh secara umum,
panjang tungkai dan lengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan
di torso. Malina (1988) meringkas antropometri berdasarkan tujuan penelitian
dan ukuran apa yang menjadi variebel,yaitu sebagai berikut;

1. ukuran badan;berat badan dan tinggi badan, indeks massa badan.


2. panjang segmen spesifik; tinggi duduk, tinggi badan minus tinggi
duduk=panjang subischium, atau panjang tungkai atau ekstremitas bawah.
Panjang ekstremitas panjang diukur dari akromio ke dactylion.
3. Lebar skeketal merupakan indikasi kekekaran tulang, ekstremitas; lebar
biepicondilar humerus; lebar bicondilar femur, Trunk/torso; lebar
biakromial, lebar bikristal (atau lebar biiliokristal).
4. Lingkar tungkai (indicator kekekaran otot); lingkar mid-lengan atas ketika
relaks, lingkar betis medial, lingkar lengan tengah ketika tegang (ketika
otot biceps kontraksi maksimal).
5. Tebal lipatan kulit merupakan indicator kandungan lemak di bawah kulit

2.7. Teknik Pengukuran 9 Lipatan Kulit Dengan Skinfold Caliper


( Metode Norton Et Al., 1996)

Titik-titik anatomis untuk kelipatan kulit.

1. Triceps
“Lipatan kulit ini di cubit dengan ibu jari dan jari telunjuk pada linea
mid akromiale-rediale posterior. Lipatannya partikel dan pararer terhadap
garis lengan atas. Lipatan kulit di ambil dari peremukaan paling posterior
lengan di atas muskulus triceps di lihat dari samping. Tempat lipatan kulit
yang ditandai harus dapat di lihat dari samping menandakan bahwa ini
adalah titik paling posterior di atas triceps pada posisi anatomis (setinggi

6
lenea mid akromio-radiale). Untuk pengukuran, lengan harus relaksi
dengan sendi bahu eksorotasi ringan dan siku ekstensi di samping badan.
2. Subskapula
Subjek harus berdiri tegak dengan lengan di samping. Ibu jari
pengukur meraba sudut inferior skapula untuk menentukan ujung paling
dalam. Lipatan kulit dicubit dengan ibu jari kiri dan jari telunjuk pengukur
pada tempat yang ditandai; 2 cm sepanjang garis yang memanjang secara
lenteral dan oblig ke bawah dari penanda subskapula pada sudut (kurang
lebih 54̊) bahu eksorotasi ringan dan siku ekstensi di samping badan.
3. Biceps
Lipatan kulit dicubit dengan ibu jari kiri dan telunjuk pengukur pada
linea mid akromiale-rediale yang ditandai agar lipatan memanjang vartikel
dan pararel terhadap aksis lengan atas. Subjek berdiri dengan lengan
relaksasi, sendi bahu eksorotasi ringan dan siku ekstensi. Lipatan terletak
pada aspek paling anterior permukaan lengan kanan. Periksa bawah titik
yang telah ditandai pada lipatan kulit biceps benda di permukaan paling
anterior di atas biceps denagan melihat lengan dari samping pada posisi
anatomis. Lipatan kulit yang ditandai harus dapat dilihat dari samping,
menandakan bahwa ini adalah titik yang anterior di atas biceps (setinggi
linea mid akromio-radiale).”
4. Krista Iliaka
“Lipatan kulit dicubit tepat superior terhadap iliokristale pada linea
ilioaksila. Subjek abduksi lengan kanan sampai horizontal atau
menempatkan lengan melintas dada untuk mengistirahatkan tangan kanan
di bahu kiri. Luruskan jari-jari tangan kiri pada penanda iliokristale
dengan melakukan tekanan ke arah dalam sehingga jari-jari berada di atas
krista iliaka. Gantikan jari-jari ini dengan ibu jari kiri dan tempatkan jari
telunjuk pada jarak yang cukup superior terhadap ibu jari sehingga bagian
yang tercubit menjadi lipatan kulit yang akan diukur. Lipatan ini
memanjang agak ke arah bawah terhadap aspek medial

7
badan.”( perhatikanlipatan kulit ini ekuivalen dengan yang dideskripsikan
oleh Durnin dan womersley (1974) sebagai lipatan kulit suprailiaka).
5. Suprasnpinale

Lipatan kulit ini bisa disebut suprailiaka oleh Heath dan Carter (1967)
tetapi sekarang di kenal sebagai supraspinale (Carter and head, 1990).
Lipatan kulit ini juga digunakan untuk penentuan tipe badan
atausomatotipe Head-Carter. “Lipatan ini dicubit di titik tepat pada garis
dari iliospinale ke tepi depan berpotongan dengan garis batas horizontal
superior ilium setinggi iliokristale. Garis batas ini sekitar 5-7 cm di atas
iliospinale, tergantung ukuran subjek dewasa, dan mungkin pada anak
kecil sampai 2cm. Lipatan ini memanjang ke medial bawah dengan sekitar
45 °.

6. Abdominal
Abdominal adalah lipatan vertikal ang dicubit 5 cm (kira-kira di
midline belly rectus abdominis) dari sisi tangan kanan omphalion (titik
tengah napel atau tali pusar). Pada pengukuran ini penting bahwa
pengukuran yakin cubitan pertama kuat dan luas karena sering otot yang
dimaksud kurang berkembang. Hal ini dapat mengakibatkan salah periraan
ketebalan lapisan subkutan jaringan.
7. Paha depan

Pengukur berdiri mengahap sisi kanan subjek pada sisi lateral paha.
Lutut subjek ditekuk pada sudut yang tepat dengan menempatkan kaki
yang benar pada kotak atau kursi. Tempat ini ditandai pararel terhadap
aksis panjang fermur pada titik tengah jarak antara lipatan inguinal dan
batas superior patella (saat tungkai bawah ditekuk). Pengukuran lipatan
kulit dapat dilakukan saat lutut dilekuk atau dengan tungaki bawah lurus.
Sebagai contoh, jika lipatan sulit diangkat, subjek boleh diminta
mengekstensikan ringan sendi lutut dengan menggerakkan kaki ke depan
untuk mengurangi tegangan kulit. Jika masih terdapat kesulitan, subjek

8
dapat membantu dengan mengangkat sisi dalam paha untuk mengurangi
tegangan kulit. Sebagai usaha terakhir untuk subjek yang mempunyai
lipatan kulit yang ketat, pencatat (berdiri pada aspek medial paha subjek)
dapat membantu dengan mencubit lipatan dengan kedua tangan sehingga
akanterdapat sekitar 6 cm antara jari-jari tangan yang mengangkat lipatan
pada tanda anatomis yang benar dan tangan kiri yang mengangkat lipatan
distal. Halifer kemudian diletakkan di antara tangan pencatat, 1 cm dari
ibu jari pencatat dan jari telunjuk tangan kanan.

8. Betis Medial

Dengan subjek duduk atau dengan kaki di atas suatu kotak (lutut
membentuk sudut 90̊) dan dengan betis relaksasi, lipatan vertikal diangkat
pada aspek medial betis setinggi lingkar terbesarnya. Lingkar ii akan
ditentukan selama pengukuran dengan melingkarkan pita ukur dan
ketinggiannya harus diberi tanda pada aspek medial betis selama proses
ini. Lihat tampat yag diberi tanda dari depan untukn meyakinkan bahwa
titik paling medial telah ditentukan dengan benar.

9. Mid-aksila

Merupakan lipatan vertikal pada garis ilio-aksila pada ketinggian


xiphoid pada sternum. Sudah menjai kebiasaan bila subjek mengangkat
lengan tangan sampai membentuk sudut sekitar 90̊ terhadap badan (dengan
tangan subjek diletakkan pada kepala mereka). Mengangkat lengan lebih
jauh dapat menyebabkan kulit sulit untuk dicubit.

9
Perhatikan tabel Titi –titik anatomis untuk pengukuran tebal lipatan kulit
menggunakan caliper (diadaptasi dari Hayward Vivian H & L.M. Stolarczyck.
1996. Aplied Body Composition Assessment. Human Kinetics Books. Canada. Pp.
28-29)

No Lokasi Lipatan kulit Titik anatomis Pengukuran


pengukuran
1 Dada (samping Diagonal Aksila dan Lipatan kulit diukur
dada) puting susu antara aksila dan
puting susu
2 Midaksila Diagonal Pertemuan Lipatan kulit diukur
Xiphisternal, pada garis
titik kartilago midaksilaris (di
coastae pada bawah ketiak) pada
rusuk 5,6 pertemuan
xiphisternal pada
level xiphoidale
sternum. Angkat
lengan keatas dan
istirahatkan di atas
kepala. Hal ini
memudahkan
mencari titik
midaksila
3 Subskapula Horizontal Sudut Lipatan kulit diukur
lateroinferior segaris belahan dada,
skapula di bagian bawah
skapula.
4 Suprailiaka Miring Di atas krista Lipatan kulit diukur
iliaka pada krista iliaka,
segaris dengan
midaksila pada sisi

10
lateral badan.
5 Abdomial Horizontal Umbilicus Lipatan kulit diukur 3
cm di lateral
umbilicus
6 Biceps Vertikal Biceps brachii Lipatan kulitt diukur
di atas biceps brachii
pada lengan depan
atas, dan segaris
dengan triceps di
lengan belakang.
7 Triceps Vertikal Prosesus Lipatan kulit diukur
akromialis di antara akromion
skapula dan dan olekranom, pada
proses lengan belakang atas,
olekranon ulna agak ke lateral.
8 Paha Vertikal Lipatan inguinal Lipatan kulit diukur
dan patella pada tengah paha,
antara inguinal dan
patella.
9 Betis Vertikal Pada lebar betis Pada lebar betis
maksimal terbesar, di tengah
betis, sisi belakang
lateral.

2.8. Tekhnik Pengukuran 13 Lingkar Dengan Pitameter (Diadaptasi Dari


Metode Norton Et Al., 1996)
1. Lingkar kepala

“lingkar kepala”didapatkan pada bidang frankfort horizontal plane


setinggi tepat diatas glabella (titik tengah diantara tonjolan alis) sementara
subjek duduk atu bediri pita harus ditarik kuat untuk menekan rambut.
Gunakan jari tenagah di samping kepala untuk mencegah pita meleset
melingkari kepala. Jangan msukkan telingan dan yakinkan bahwa tidak ada

11
jepit rambut, klip, atau benda-benda sejenis yang menempel dirambut selama
pengukuran.

2. Lingkar Leher

Lingkar leher diukur tepat di superior kartilago thiroid (Adam’s Apple).


Subjek harus menjaga kepala pada bidang frankfort horizontal plane dan bisa
duduk atau berdiri. Penting untuk tidak menarik pita ampai ketat di daerah ini
karena jaringannya mudah tertekan. Pita dipegang tegak lurus dengan akses
panjang leher yang mungkin tidak pada biadang horizontal.

3. Lingkar lengan relaksasi

Lingkar lengan atas (menggantung dalam posisi relaksasi di samping


badan) diukur pada ketinggian mid akromiale-radiale. Pita harus diposisikan
tegak lurus terhadp akses panjang humerus.

4. Lingkar lengan fleksi dan tegang

“merupakan lingkar maksimum lengan atas ya diangkat ke anterior


horizontal dengan lengan bawah kurang lebih 45̊ terhadap lengan atas.
Pengukur berdiri di samping subjek dan dengan pita longgar meminta subjek
untuk memfleksikan biceps sebagian untuk menentukan titik lingkar
maksimal, longgarkan tegangan pada tempat pita, kemudian minta subjek
untuk, mengealkan tinjunya, tangan ke arah bahu sampai siku membentuk
sudut 45 ̊ dan tegangkan biceps sepenuhnya dan tahan, sementara pengukuran
dilakukan.”

5. Linkar lengan bawah

Pengukuran dilakukan pada lingkar maksimum lengan bawah dengan


subjek menahan telapak tangan ke atas sambil merelaksasi otot lengan.
Dengan menggunakan tekhnik tangan menyilang penting untuk menggeser
pita ke atas dan ke bawah lengan bawah dan melakukan pengukuran secara

12
serial dengan tujuan mentukan lingkar maksimal yang benar. Biasanya
letaknya tepat di distal siku.

6. Lingkar pergelangan tangan

Pengukuran lingkar dilakukan di distal prosesus styloideus. Lingkar ini


merupakan lingkar terkecil di regio ini. Geser pita ukur sampai yakin di
dapatkan lingkar minimal.

7. Lingkar dada

Lingkar dada diukur setinggi mesosternale. Antropometris berdiri di


sebelah kanan subjek yang mengabduksikan lengan agar pita ukur dapat
melingkari dada pada bidang yang diusahakan horizontal mengelilingi
punggung subjek.

8. Lingkar Pinggang

Pegukuran ini dilakukan pada titik tersempit antara batar kosta terendah
dan krista iliaka. Jika tidak ada penyempitan yang jelas, pengukuran dapat
dilakukan di pertengahan kedua tanda tersebut. Pengukur berdiri di depan
subjek untuk menempatkan pita pada lingkar terkecil pinggang. Pengukuran
ini dilakukan pada akhir respirasi normal dengan lengan relaksasi di samping.

9. Lingkar panggul

Pengkuran ini dilakukan setinggi protuberantia mayor posterior pantat


(bagian pantat yang paling meninjol) yang biasanya di anterior setara dengan
tinggi simfisis bubis. Pengukur berdiri di samoing subjek untun meyakinkan
bahwa pita berada di bidang horizontal saat pengukuran. Subjek berdiri
dengan kaki menyatu dan tidak boleh menegangkan otot gluteal.

10. Lingkar paha

Lingkar paha diambil 1 cm di bawah lipatan gluteal, tegak luru dengan


aksis pajang paha. Subjek berdidri tegak dengan kaki agak terpisah dan berat

13
badan diistribusikan secara merata pada keua kaki. Biasanya sangat membantu
jika subjek berdiri pada sebuah kotak atau bangku untuk pengukuran ini.
Lingkarkan pita pada bagian bawah paha dan geser pita ke atas sampai bidang
yang benar.

11. Lingkar mid-paha

Merupakan pengukuran lingkar paha kanan yang dilakukan tegak lurus


terhadap aksis panjang paha. Pengukuran ini dilakukan setinggi pertengahan
trokanterion-tibiale laterale. Biasanya sangat membantu jika subjek berdiri di
atas kotak atau bangku selama pengukuran; agar pandangan mata pengukur
setinggi area yang diukur.

12. Lingkar betis

Merupakan ligkar maksimum betis. Subjrk berdiri membelakangi


pengukur pada posisi yang lebih tinggi, misalkan di atas sebuah kotak atau
bangku dengan berat badan didistribusikan secara merata pada kaki. Posisi
yang lebih tinggi memungkinkan mata pengukur sejajar dengan pitameter.
Pengukuran ini dilakukan dari aspek lateral tungkai bawah. Tempatkan pita di
sekitar betis dengan sikap yang ditentukan. Lingkar maksimal di dapatkan
dengan menggunakan jari tengah untuk memanipulsi posisi pita ke atas dan ke
bawah sampai ditentukan lingkar maksimal. Tandai ketinggian ini pada aspek
medial untuk pengukuran kelipatan kulit.

13. Lingkar pergelangan kaki

Lingkar minimum pergelangan kaki dilakuka pada titik tersempit superior


terhadap sphyrior tibiale. Pita perlu dimanipulasi ke atas dan ke bawah sampai
diperoleh lingkar minimal.

2.9. Teknik Pengukuran 8 Dimensi Vertikal (Panjang/Tinggi)


Titik-titik anatomis untuk panjang/tinggi
1. panjang akromiale-radiale

14
Merupakan panjang lengan atas tempat jarak diukur antara kedua titik
tersebut. Subjek berdiri tegak dengan telapak tangan agak menjauh dari paha.
Satu lengan caliper berada pada akromiale, semntara lengan lainnya berada
pada radiale. Bila subjek mempunyai otot deltoideus yang besar, gunakan
antropometer untuk menghindari melengkungnya segmometer.
2. panjang radiale-stylion
Merupakan panjang lengan bawah atau jarak antara radiale dan stylion saat
subjek pada posisi anatomis. Satu lengan caliper menempel di radiale dan
lengan satunya berada di titik stylion. Caliper diposisikan agar memanjang
pararel terhadap aksis panjang radius.
3. panjang midstylion-dactylion
Merupakan panjang tangan. Pengukuran ini dilakukan pada jarak
terpendek antara garis midstylion sampai dactylion. Subjelk menempatkan
tangannya pada posisi supinasi (telapak tangan menghadap ke atas) dan jario-
jari ekstensi penuh (bukan hiperekstensi). Salah satu ujung caliper
ditempatkan pada garis midstylion, sementara ujung yang lain ditempatkan
pada titik paling distal digiti III.
4. tinggi iliospinale
Diukur tinggi dari puncak otak sampai iliospinale. Subjek berdiri dengan
kaki menyatu menghadap kotak sehingga jari-jari kaki subjek berada di bagian
tepi kotak. Dasar caliper ditempatkan sama rata pada puncak kotak dan caliper
mengarah vertical ke atas dengan lengan yang dapat digerakkan di posisikan
pada iliospinale. (catatan: tinggi yang penting adalah tinggi dari lantai sampai
titik iliospinale. Hal ini didapatkan dengan mnambah tingi kotak sampai tinggi
yang tercatat pada data proforma, untuk tinggi kotak iliospinale.)
5. tinggi trokanter
Mrupakan tinggi dari puncak kotak sampai trokanterion. Subjek berdiri
dngan kaki menytatu dan aspek lateral tungkai kanan menempel pada kotak.
Dsar caliper ditempatkan sama rata pada puncak kontak dan caliper mengarah
vertical ke ats dengan lengan yang dapat digerakkan diposisikan di
trokanterion. (catatan: tinggi yang pnting adalah tinggi dari lantai sampai titik

15
trokanterion). Hal ini diproleh dengan menambah tinggi kotak sampai
ketinggian yamg tercatat pada proforma tinggi kotak-trokanterion.
6. panjang trokanterion-tibiale laterale (segmometer)
Merupakan panjang paha. Jarak dari trokanterion sampai tibiale laterale
diukur saat subjek bnerdiri di atas kotak dengan sisi kanan menghadap
antropometris. Satu ujung caliper ditempatkan pada trokanterion dan ujung
lain ditempatkan pada tibiale latrale.
7. tinggi tibiale laterale (antropometer)
Merupakan panjang tungkai bawah, yaitu jarak dari lantai (misalnya,
puncak kotak bila subjek berdiri di atas kotak) sampai titik tibiale laterale.
Biasanya subjek berdiri di atas sebuah kotak, semntara dasar caliper berada di
puncak kotak dengan lengan yang dapat digerakkan ditemp[atkan pada titik
tibiale laterale. Caliper harus dijaga pada bidang vertical. Tinggi dari tibiale
laterale sampai puncak kotak kemudian diukur.
8. tibiale mediale-sphyrion tibisle (segmometer)
Merupakan panjang tibia, mengukur panjang antara tibiale mediale dan
sphyrion mediale. Subjek harus duduk di atas sebuah kotak untuk pengukuran
ini dan pergelangan kaki kanan melewati dan diletakkan di lutut kiri. Hal ini
akan memperlihatkan aspek medial tungkai pada bidang yang hampir
horizontal. Satu ujung caliper ditempatkan pada tibiale mediale dan ujung
lainnya pada titik sphrion.

2.10. Teknik Pengukuran Dimensi Horizontal (Lebar)


Pengukuran dilakukan saat caliper ada di tempat, dengan tekanan diatur
sepanjang jari telunjuk.
1. Lebar biakromial
Merupakan jarak antara titik paling lateral prosesus akromion. Situs ini
diukur dengan lengan caliper geser yang ditempatkan pada titik paling
lateral prosesus akromion. Biasanya tidak berhubungan dengan titik
akromiale yang sudah ditentukan sebelumnya, yang khas superior, medial,
anterior terhadap titik-titik lateral ini. Subjek berdiri dengan lengan

16
menggantung di samping, dan pengukur, berdiri di belakang subjek dngan
membawa bilah antropometer ke prosesus akromion pada sudut sekitar
45 ° mengarah ke atas. Tekanan kuat harus dilakukan untuk menekan
jaringan yang ada.
2. Lebar biliokristal

Merupakan pengukuran jarak antara titik paling lateral (iliokristale)


pada tuberkulum iliaka. Cabang antropometer di pertahankan sekitar 45 °
mengarah ke atas dan pengukur berdiri di depan subjek. Tekanan kuat
harus dilakukan oleh antropometris untuk menguranmgi efek jaringan
yang ada.

3. Panjang telapak kaki

Merupakan jarak antara jari kaki terpanjang (mungkin phalanx pertama


atau kedua) sampai titik paling posterior tumit kaki saat subjek brdiri
dengan berat badan didistribusikan secara merata pada kedua kaki. Caliper
harus dijaga pararel terhadap aksis panjang kaki dan dilakukan tekanan
minimal. Akan lebih nyaman bagi pengukur jika subjek berdiri di atas
sebuah kotak selama pengukuran.

4. Tinggi duduk

Tinggi dari meja atau kotak (tempat subjek duduk) sampai vertex saat
kepala ditekankan pada bidang Frankfort Horizontal Plane. Pengukur
menempatkan tangan sepanjang rahang subjek dengan jari-jari mencapai
prosesus mastoideus. Subjek diinstruksikan untuk menarik nafas dalam
dan mnahannya. Sementara menjaga kepala pada bidang Frankfort
Horizontal Plane, antropometris pengukuran mengangkat rahang perlahan
ke atas melalui prosesus mastoideus. (catatan: tinggi duduk diukur dengan
teknik yang sama seperti pada pengukuran tinggi badan).

17
5. Lebar dada transversal
Diukur jarak antara aspek thoraks paling lateral saat aspek superior
skala caliper diposisikan pada ketinggian mesostrnale (di depan) dan bilah
diposisikan pada sudut 30° mengarah ke bawah dari horizontal. Hal ini
akan mencegah caliper meleset di antara kosta. Pengukuran berdiri di
depan subjek yang mungkin berdiuri atau duduk. Harus hati-hati untuk
menghindari inklusi otot pectoral atau latissimus dorsi. Pengukuran
dilakukan pada akhir ekspirasi tidal.
6. Kedalaman dada anterior-postrior
Merupakan jarak yang diukur antara cabang-cabang lengkung pada
wide-spreading caliper saat diposisikan setinggi mesosternale. Pengukur
menggunakan caliper melewati bahu kanan subjek yang duduk tegak dan
diinstruksikan untuk brnafas normal. Cabang bagian belakang caliper
harus diposisikan pada prosesus spinosus vertebra setinggi mesos ternale.
7. Lebar biepisondilar humerus
Merupakan pengukuran jarak antara epicondilus latralis dan medialis
humerus saat lengan diangkat ke anterior horizontal dan lengan bawah
fleksi pada sudut yang tepat tehadap lengan atas. Dengan caliper geser
kecil yang digenggam dengan benar, gunakan jari tengah untuk
mempalpasi epicondilus humerus dimulai dari proksimal sampai situs.
Titik tulang yang pertama terasa adalah epicondilus. Caliper ditempatkan
langsung pada epicondilus sehingga lengan caliper mengarah ke atas pada
sudut sekitar 45 ° terhadap bidang horizontal. Atur tekanan kuat dengan
jari telunjuk selama nilai dibaca. Karena epicondilus medialis lebih rendah
dari pada epicondilus, lateralis jarak yang diukur mungkin bisa oblik.
8. Lebar biepicondilar femur

Merupakan pengukuran jaraknantara epicondilus medialis dan lateralis


femur saat subjek duduk dan tungkai fleksi pada lutut untuk membentuk
sudut yang tepat terhadap paha. Dengan subjek duduk dan caliper pada
tempatnya gunakan jari tengah untuk mempalpasi epicondilus sehinga

18
lengan caliper mengarah ke bawah pada sudut sekitar 45 ° terhadap
horizontal. Atur tekanan kuat dengan jari telunjuk sampai nilainya dibaca.
(Etty Indriati. Antropometri untuk kedokteran, keperawatan, gizi dan
olahraga. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. 2010. Hal 1-10)

2.11. Daftar antropometri pada bayi dan balita (bayi; 0-2 tahun)
1. Berat badan bayi.
2. Panjang badan bayi.
3. Panjang dari kepala sampai pantat pada bayi (crown-rump length)= tinggi
duduk.
4. Tinggi kres (crotch) bayi.
5. Panjang pantat ke telapak kaki bayi.
6. Panjang lutut ke telapak kaki bayi.
7. Panjang pantat ke telapak kaki bayi.
8. Panjang pundak ke siku bayi.
9. Panjang lengan bawah bayi.
10. Lebar tangan bayi.
11. Panjang kaki bayi.
12. Lebar kaki bayi.
13. Panjang kelingking bayi.
14. Diameter klingking bayi.
15. Panajng jari tengah bayi.
16. Diameter jari tengah.
17. Diameter ‘’lubang minimul’’ yang dapat dilalui genggaman tangan Jari.
18. Diameter ‘’genggaman luar’’
19. Diameter ‘’genggaman dalam’’ bayi.
20. Lebar kepala bayi.
21. Lebar pundak bayi.
22. Lebar dada bayi.
23. Lebar pinggang bayi.
24. Panjang vertex-stemum.

19
25. Lebar torso bawah bayi.
26. Panjang kepala bayi,anak, dan dewasa.
27. Dalam dada bayi.
28. Dalam pantat bayi.
29. Lingkar kepala bayi.
30. Lingkar leeher bayi.
31. Lingkar dada bayi.
32. Lingkar pinggang bayi.
33. LIngkar lengan bawah bayi.
34. Lingkar lengan atas bayi.
35. Lingkar paha tengah bayi.
36. Lingkar betis maksimal bayi.
37. Lingkar pergalangan kaki bayi.

Cara mengukur bayi (dibawah 2 tahun), metode Snyder et al . (1977)

No Bagian yang Cara Mengukur Alat Ukur Nilai


diukur Rata-
rata
1 Berat badan Bayi diletakkan dalam Timbangan bayi -
timbangan klinik dan digital
ditimbang sampai
ukuran terdekat 0,1 kg.
2 Panjang Bayi berbaring Antropometer 56,3 cm
crown-sole terlentang dengan
tungkai ekstensi, kepala
segaris dengan FHP
relatif terhadap torso
yang diluruskan, wajah
menghadap ke depan.
Ukur jarak dari vertex
ke tumit kaki kanan.

20
Tungkai perlu dipegang
agar stabil ekstensinya
3 Panjang Bayi berbaring Antropometer 39,1 cm
crown-rump terlentang dengan kaki
kanan fleksi 90⁰
terhadap torso sehingga
rotasi pelvis minimal,
kepala segaris dengan
FHP, kepala
menghadap ke depan.
Ukur dari vertex ke
permukaan pantat
kanan ketika tungkai
fleksi 90⁰
4 Lingkar kepala Kepala bayi dipegang, Pitameter 38,5 cm
sebaiknya dalam posisi
duduk dengan
pandangan mata bayi
ke depan, lalu ukur
lingkar kepala pada
level sedikit di glabella
ke opisthocranion,
tegak lurus dengan
bidang mid-sagital
5 Leher kepala Bayi diletakkan dalam Kaliper geser 10,4 cm
posisi duduk, ukur
lebar kepala diatas dan
dibelakang telinga
6 Panjang kepala Bayi sebaiknya dalam Kaliper geser 13,4 cm
posisi duduk, ukur dari
glabella ke
opisthocranion

21
7 Lebar pundak Bayi berbaring Kaliper geser 16,7 cm
terlentang dengan
lengan atas di samping
badan, ukur lebar
pundak kanan ke kiri
8 Panjang Bayi berbaring Kaliper geser 10,9 cm
pundak-siku terlentang dengan
lengan atas kanan di
samping badan dan siku
kanan fleksi 90⁰. Ukur
jarak dari permukaan
superior pundak knana
ke permukaan inferior
siku kanan paralel
terhadap aksis panjang
lengan atas.
9 Lingkar lengan Bayi berbaring Pitameter 11,8 cm
atas terlentang dengan
lengan ekstensi. Ukur
dengan pitameter
lingkar lengan atas
kanan, tegak lurus
terhadap aksis panjang
lengan atas;
pertengahan antara
pundak dan siku
10 Panjang siku- Bayi berbaring Kaliper geser 14,9 cm
tangan terlentang dengan siku
kanan fleksi 90⁰ dan
tangan kanan serta jari
kanan ekstensi. Ukur

22
jarak dari permukaan
posterior lengan atas
kanan, di atas siku, ke
ujung jari tengah
tangan kanan, paralel
terhadap aksis panjang
lengan bawah
11 Lingkar lengan Bayi berbaring Pitameter 11,8 cm
bawah terlentang, lengan
ekstensi, ukur lingkar
maksimum (sedikit
dibawah siku), lengan
bawah tegak lurus
terhadap aksis panjang
lengan
12 Lingkar Bayi berbaring Pitameter 9,1 cm
pergelangan terlentang dengan
tangan lengan ekstensi. Ukur
lingkar minimal
pergelangan tangan
kanan di atas prosesus
styloid ulnaris.
13 Panjang Tangan kanan ekstensi, Kaliper geser 6,8 cm
tangan telapak tangan
menghadap ke atas.
Ukur jarak dari
pergelangan tangan ke
ujung jari tengah,
paralel terhadap jari –
jemari
14 Lebar tangan Tangan kanan ekstensi, Kaliper geser 3,7 cm
telapak tangan

23
menghadap ke atas, ibu
jari menjauh dari
keempat jari lain
(abduksi). Ukur lebar
maksimal telapak
tangan dari persendian
metacarpal-phalanx II
dan V
15 Clearance Jari-jari tangan kanan Board berlubang- 33,9 cm
tangan ekstensi dan diletakkan lubang
minimal bersama-sama sampai
membentuk konfigurasi
menyempit. Ukur
diameter terkecil,
dengan pengukur yang
dapat menarik tangan
kanan bayi
16 Lebar tangan Lengan tangan kanan Kaliper geser 4,2 cm
mengenggam bayi ekstensi dan
maksimum tangan kontraksi
membentuk kepalan
tinju dengan ibu jari
diluar keempat jari lain,
tidak di dalam. Ukur
lebar maksimum
kepalan tangan kanan
horizontal dari
kelingking ke ibu jari
17 Diameter ibu Ibu jari tangan kanan Board berlubang- 8,6 cm
jari bayi ekstensi. Ukur lubang
diameter maksimal ibu

24
jari, dengan sendi
pertama ibu jari tidak
dapat melewati lubang
board
18 Diameter jari Jari tengah tangan Board berlubang- 7,2 cm
tengah kanan bayi ekstensi. lubang
Ukur diameter
maksimal jari tengah,
dengan sendi pertama
jari tengah tidak dapat
melewati lubang board
19 Lingkar dada Bayi berbaring Pitameter 37,1 cm
terlentang. Ukur lingkar
dada pada level puting
susu selama bernapas
normal
20 Lebar dada Bayi berbaring Kaliper geser 12.2 cm
terlentang dengan
lengan mengarah ke
samping menjauhi
dada. Ukur lebar dada
pada level puting susu
21 Lingkar Bayi berbaring Pitameter 34,4 cm
pinggang terlentang dengan
tungkai ekstensi penuh.
Ukur lingkar pinggang
sedikit dibawah level
krista iliaka dan di atas
level trokanter mayor,
dalam bidang tegak
lurus terhadap torso
22 Lebar Bayi berbaring Pitameter 11,6 cm

25
pinggang terlentang dengan
tungkai ekstensi penuh.
Ukur lebar pinggang
sedikit diatas level
krista iliaka dan di atas
level trokanter mayor
23 Panjang rump- Bayi duduk bertumpu Antropometer 23,1 cm
sole pada tungkai kiri yang
ditekuk/fleksi, pinggul
fleksi 90⁰ dan tungkai
kanan ekstensi penuh.
Ukur dari permukaan
posterior pantat kanan
ke tumit kaki kanan
24 Panjang rump Bayi berbaring Antropometer 13,9 cm
–lutut terlentang dan tungkai
kiri ekstensi, pinggul
fleksi 90⁰, dan tungkai
kanan fleksi 90⁰ pula.
Ukur dari permukaan
posterior pantat kanan
ke permukaan anterior
lutut kanan
25 Lingkar Bayi berbaring Antropometer 36,8 cm
pinggul terlentang dengan
kedua tungkai ekstensi
penuh. Ukur lingkar
maksimum pinggul
dalam bidang tegak
lurus terhadap torso.
Pada level sedikit di

26
bawah tengah-tengah
antara navel dan genital
26 Lebar pinggul Bayi berbaring Antropometer/kalipe 13,2 cm
terlentang dengan r geser
kedua tungkai ekstensi
penuh. Ukur lebar
maksimal melintang
pinggul
27 Lingkar paha Bayi berbaring Pitameter 16,9 cm
tengah terlentang dengan
kedua tungkai ekstensi
penuh. Ukur lingkar
tungkai kanan di tengah
antara lipatan kulit
(flexure crease)
abdomen-paha dan
lutut
28 Kedalaman Bayi berbaring Antropometer/kalipe 5,2 cm
paha tengah terlentang dengan r geser
tungkai kanan diangkat.
Ukur tebal
anteroposterior paha
tengah kanan, di
tengah-tengah antara
lipatan kulit abdomen-
paha ke lutut
29 Panjang lutut Bayi berbaring Antropometer/kalipe 14,9 cm
-sole terlentang dengan lutut r geser
kanan fleksi 90⁰. Ukur
jarak dan permukaan
superior lutut kanan ke
tumit kanan

27
30 Lingkar betis Bayi berbaring Pitameter 13,7 cm
terlentang dengan
tungkai kanan ekstensi.
Ukur lingkar betis
maksimal pada level
protrusi posterior
terbesar betis
31 Lingkar Bayi berbaring Pitameter 10,2 cm
pergelangan terlentang dengan
kaki tungkai kanan ekstensi.
Ukur lingkar minimal
pergelangan kaki pada
level diatas maleolus
medialis
32 Lebar Bayi berbaring Kaliper geser 3 cm
pergelangan terlentang dengan
kaki tungkai kanan ekstensi.
Ukur lebar minimal
pergelangan kaki diatas
maleolus medialis
33 Panjang kaki Bayi berbaring Kaliper geser 8,2 cm
terlentang. Ukur
panjang kaki dari ujung
tumit ke jari kaki
terpanjang paralel
terhadap aksis panjang
kaki
34 Lebar kaki Bayi berbaring Kaliper geser 3,6 cm
terlentang. Ukur lebar
maksimal kaki,
melintang medio-lateral

28
Nilai rata-rata antropometri neonatal (Dangerfield, 1995: 17)

Bagian yang diukur Laki-laki (mm) Perempuan (mm)

Panjang lengan atas 84,3 83,7


Panjang lengan bawah 74,5 72,5
Panjang lengan bawah dan 133,6 131,8
tangan 62,2 62,1
Panjang dorsal tangan 103,8 105,1
Panjang tungkai atas 87,7 87,5
Panjang tibia 77,8 77,3
Panjang kaki

Teknik Antropometri

38. Berat badan: subjek berdiri di atas timbangan klinik dengan pakaian
minimal atau pakaian renang. Berat badan diukur sampai kedekatan 100 g.
39. Tinggi badan: subjek berdiri tegak dengan kepala berorientasi sejajar FHP
dan lengan menggntung di samping badan. Ukuran dari vertex ke lantai di
tempatnya kaki berdiri, kaki rapat. Alat antropometer. Nilai rata-rata 126,5
cm pada umur 8,5-9,5 tahun.

Tabel Standar Lingkar Lengan Atas (LLA) Dewasa Kaukasid

Persen deviasi standar LLA Laki-laki (cm) LLA Perempuan (cm)


¿ 120 % Standar 35,6 34,2
Standar 29,3 28,5
90% Standar 26,3 25,7
90 – 60% Standar 26,3 – 17,6 25,7 – 17,1
60% Standdar 17,6 17,1

29
Tabel 4.5 B Tinggi badan dan berat badan pada perempuan dan laki-laki
(diadaptasi dari Boyd, 1980: 325)
Umur Tinggi badan Berat badan Tinggi badan Berat badan
(cm) (kg) (cm) (kg)
Laki –laki Perempuan
Lahir 49,6 3,20 48,3 2,91
1 tahun 69,6 10,00 69,0 9,30
2 tahun 79,7 12,00 78,0 11,40
3 tahun 86,0 13,21 85,0 12,45
4 tahun 93,2 15,07 91,0 14,18
5 tahun 99,0 16,70 097,4 15,50
6 tahun 104,6 18,04 103,2 16,74
7 tahun 111,2 20,16 109,6 18,45
8 tahun 117,0 22,26 113,9 19,82
9 tahun 122,7 24,09 120,0 22,44
10 tahun 128,2 26,12 124,8 24,24
11 tahun 132,7 27,85 127,5 26,25
12 tahun 135,9 31,00 132,7 30,54
13 tahun 140,3 35,32 138,6 34,65
14 tahun 148,7 40,50 144,7 38,10
15 tahun 155,9 46,41 147,5 41,30
16 tahun 161,0 53,39 150,0 44,44
17 tahun 167,0 57,40 154,4 49,08
18 tahun 170,0 61,26 156,2 53,10
19 tahun 170,6 63,32 _ _
20 tahun 171,1 65,00 157,0 54,46
25 tahun 172,2 68,29 157,7 55,08
30 tahun 172,2 68,90 157,9 55,14
40 tahun 171,3 68,81 155,5 56,65
50 tahun 167,4 67,45 153,6 58,45
60 tahun 163,9 65,50 151,6 56,73
70 tahun 162,3 63,03 151,4 53,57
80 tahun 161,3 61,22 150,6 51,52

2.12. Penilaian Status Nutrisi Menggunakan Antropometri

1. Pengukuran

a. Tinggi badan (cm): ……………………………


b. Berat badan (kg): ……………………………...

30
c. % lemak badan (BIA): ………………………..
d. Tebel lipatan kulit Triceps (Tr) (mm): ……….
e. Lingkar lengan tengah (MAC) (cm): …………

2. Perhitungan indeks

a. Indeks masa badan = berat badan (kg)/tinggi badan (m)2 = ………….


b. Area otot lengan (cm)2 = (MAC – [(Tr × 0.1) (П)] )2 /4 π = …………
Koreksi untuk area humerus; laki-laki minus 10 cm2 dan perempuan
minus 6,5 cm2 ……………….
c. Perkiraan densitas badan dari tebal lipatan kulit triceps (J.V.A Durnin
da,n J.Womersley 1974. British Journal of Nutrition,32;77-97)
Densitas badan diperkirakan dengan menghitung melalui rumus =
Density = c- [m × log (triceps)]
Dengan:

Seks C m

Laki-laki

17-19 tahun
1,1252 0,0625

20-29 tahun 1,1131 0,0530

Perempuan
16-19 tahun 1,1159 0,0648

20-29 tahun 1,1319 0,0776

4.Perkiraan presentase lemak:

%lemak =100 × [ (4,95/D) – 4,5] =


Dengan D= Densitas Badan

31
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

32
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo Kuswana, Wowo. 2015. Antropometri Terapan untuk perancangan


system kerja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Indriati, Etty. 2010. Antropometri Untuk Kedokteran, Keperawatan, Gizi,


dan Olahraga. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.

33

Anda mungkin juga menyukai