Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI BERMAIN (MEWARNAI)

Oleh :

Kelompok a Stase Anak

1. Hengky Sutomo
2. Rohliana Safitri
3. Hilmiyani
4. Miftahul Jannah
5. Irvan Nursyaputra
6. Rosiana Dewi
7. Yulia Pasha Tirani
8. Nurfadilla
9. Sucita Efendi
10. Rio Sanjaya
11. Pratama Putra

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2022
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN


MEWARNAI DI RUANG IRNA 3A RSUD KOTA MATARAM

Waktu Pelaksanaan
25 November 2022

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi oleh

pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing pendidikan Pembimbing lahan


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak “Mewarnai Gambar”


Hari/tanggal : Jumat, 25 November 2022
Waktu : 15-20 menit (jam 11.00-11.20)
Sasaran :
1. Anak yang dirawat diruang IRNA 3A dan keluarga klien.
2. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat
menghalangi proses terapi bermain
3. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
4. Anak yang mau berpartisispasi dalam terapi bermain mewarnai gambar

A. Analisis Situasi
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan
akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan
menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan
yang diberikan.
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan
dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi
anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-
anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik,
mental dan perkembangan emosinya.
Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress
yang dialami akan terlepas karena dengan melakukan permainan rasa sakit
akan dapat dialihkan (distraksi) pada permainannya dan terjadi proses
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan
B. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan terapi bermain pada anak, maka dapat
meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan terapi bermain pada anak, diharapkan:
1. Anak dapat lebih mengenal nama-nama binatang dan buah
2. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
3. Mengembangkan imajinasi pada anak
D. Metode
Bermain dengan anak (mewarnai gambar) yang telah disediakan
E. Media
1. Buku bergambar
2. Pensil warna
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahapan Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta
Kegaiatan
1 Pembukaan / 1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
pendahuluan
mengucapkan salam. 2. Mendengarkan
3 menit
2. Memperkenalkan diri. 3. Memperatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi 4. Memperhatikan
bermain.
4. Kontrak waktu dengan anak
dan orang tua.
2 Pelaksanaan/ 1. Menjelaskan tata cara 1. Memperhatikan
Penyampaian
pelaksanaan terapi bermain 2. Bertanya
materi
8 menit mewarnai gambar pada anak 3. Antusias saat
2. Memberikan kesempatan menerima peralatan
kepada anak untuk bertanya mewarnai gambar
jika belum jelas. 4. Memulai untuk
3. Membagikan kertas bergambar mewarnai gambar
dan pensil warna kepada anak 5. Mewarnai gambar
4. Fasilitator mendampingi anak dengan warna yang
dan memberikan motivasi cocok
kepada anak. Memperhatikan
5. Meminta anak untuk
menunjukkan gambar yang
telah anak warnai.
6. Memberikan pujian terhadap
anak atas apresiasi anak..
3 Evaluasi dan 1. Memberikan motivasi dan 1. Memperhatikan
terminasi
pujian kepada anak . 2. Gembira
4 menit
2. Mengucapkan terima kasih 3. Mendengarkan
kepada anak dan orang tua 4. Menjawab salam
3. Mengucapkan salam penutup

G. Pengorganisasian Kegiatan Penyuluhan


Pembimbing Ruang IRNA 3A : Ahmad Syarif, S.Kep., Ners
Pembimbing Akademik : Fitri Romadonika, S. Kep, Ners M.Kep
1. Presentator : Hengky Sutomo
2. Moderator : Miftahul Jannah
3. Fasilitator : - Yulia Pasha Tirani
- Hilmiyani
- Nurfadilla
- Rosiana Dewi
4. Observer : Irvan Nursyaputra
5. Notulen : - Rohliana Safitri
- Sucita Efendi
6. Dokumentasi : - Rio Sanjaya
- Pratama Putra
Lampiran 1 : Materi

LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. DEFISINI
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan
tujuan bersenang-senang, yang menungkinkan seorang anak dapat melepaskan
rasa frustasi. Wong tahun 2009 menyatakan bermain merupakan kegiatan anak-
anak yang dilakukan berdasarkan keinginannya sendiri untuk mengatasi
kesulitan, stres dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk
menscapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Bermain dapat
meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial
serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan
pengetahuan serta keseimbangan mental anak ()
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi
dan perilaku anak-anakkarena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam
dalam perkembangan mereka. Anak-anak tidak seperti orang dewasa yang
dapat beromunikasi secara alami melalui kata-kata, mereka lebih alami
mengekspresikan diri melalui bermain dan aktivitas. Vanfleet, et al tahun 2010
menyatakan, terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak,
dimana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal,
sehingga dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka.
Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan untuk
menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai
perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada ().

B. TUJUAN TERAPI BERMAIN


Wong, et al tahun 2009 menyebutkan, bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan
perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak
sakit atau di rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan
manfaat utama yaitu meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak,
selain itu tujuan terapi bermain adalah untuk menciptakan suasana aman bagi
anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana sesuatu
dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka serta
memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba
sesuatu yang baru.
Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat melanjutkan
fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak
sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Santrock tahun
2007 menyatakan terapi bermain dapat membantu anak menguasai kecemasan
dan konflik. Karena ketegangan mengendor dalam permaianan, anak dapat
menghadapi masalah kehidupan, memungkinkan anak menyalurkan kelebihan
energi fisik dan melepaskan emosi yang tertahan. Permainan juga sangat
mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu diantaranya:
1. Untuk perkembangan kognitif
a. Anak mulai mengerti dunia
b. Anak mampu mengembangakan pemikiran yang fleksibel dan berbeda
c. Anak memiliki kesempatan untuk menemui dan mengatasi
permasalahan–permasalahan yang sebenarnya
2. Untuk perkembangan sosial dan emosional
a. Anak mengembangakan keahlian berkomunikasi secara verbal maupun
non verbal melalui negosiasi peran, mencoba untuk memperoleh akses
untuk permainan yang berkelanjutan atau menghargai perasaan orang
lain
b. Anak merespon perasaan teman sebaya sambil menanti giliran bermain
dan berbagi pengalaman
c. Anak bereksperimen dengan peran orang–orang dirumah, di sekolah,
dan masyarakat di sekitarnya melalui hubungan langsung dengan
kebutuhan–kebutuhan dan harapan orang–orang disekitarnya
d. Anak belajar menguasai perasaanya ketika ia marah, sedih atau
khawatir dalam keadaan terkontrol
3. Untuk perkembangan bahasa
a. Dalam permainan dramatik, anak menggunakan pernyataan–pernyataan
peran, infleksi (perubahan nada/suara) dan bahasa komunikasi yang
tepat
b. Selama bemain, anak belajar menggunakan bahasa untuk tujuan–tujuan
yang berbeda dan dalam situasi yang berbeda dengan orang–orang yang
berbeda pula
c. Anak menggunakan bahasa untuk meminta alat bermain, bertanya,
mengkspresikan gagasan atau mengadakan dan meneruskan permainan
d. Melalui bermain, anak bereksperimen dengan kata – kata, suku kata
bunyi, dan struktur bahasa
4. Untuk perkembangan fisik (jasmani)
a. Anak terlibat dalam permainan yang aktif menggunakan keahlian–
keahlian motorik kasar
b. Anak mampu memungut dan menghitung benda–benda kecil
menggunakan keahlian motorik halusnya
5. Untuk perkembangan pengenalan huruf (literacy)
a. Proses membaca dan menulis anak seringkali pada saat anak sedang
bermain permainan dramatik, ketika ia membaca cetak yang tertera,
membuat daftar belanja atau bermain sekolah–sekolahan
b. Permainan dramatik membantu anak belajar memahami cerita dan
struktur cerita
c. Dalam permainan dramatik, anak memasuki dinia bermain seolah–olah
mereka adalah karakter atau benda lain. Permainan ini membantu
mereka memasuki dunia karakter buku.

C. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan
anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain
aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-
dokteran dan bermain dengan menebak kata.
2. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya
menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan membaca buku.
Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir
sama dengan bermain aktif.

D. JENIS PERMAINAN
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun.
Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan
prasekolah. Contoh: menendang bola
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi
dan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah
dan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau
hujan. Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

E. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan satu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
F. KLASIFIKASI BERMAIN
1. Berdasarkan isinya
a. Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan
dengan orangtua dan orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah
“cilukba”, berbicara sambil tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan
tangan pada bayi untuk menggenggamnya tetapi dengan diiringi
berbicara sambil tersenyum dan tertawa.
b. Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya dengan menggunakan
pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau benda-benda apa saja
yang dapat dibentuk dengan pasir. Bisa juga dengan menggunakan air
anak akan melakukan bermacam-macam permainan seperti
memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain.
c. Permainan Ketrampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil akan memegang benda-
benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan
anak akan terampil naik sepeda. Jadi keterampilan tersebut diperoleh
melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.
d. Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa.
Misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya sebagai yang ingin ia tiru.
Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di
antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini
penting untuk memproses/mengindentifikasi anak terhadap peran
tertentu.
2. Berdasarkan jenis permainan
a. Permainan (Games)
Permainan adalah jenis permainan dengan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh
anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini
yang dimulai dari sifat tradisional maupun modern seperti ular tangga,
congklak, puzzle dan lain-lain.
b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)
Pada saat tertentu anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa
saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya
atau benda lain. Jadi sebenernya anak tidak memainkan alat permainan
tertenty dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan
sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu
yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dengan onlooker, dimana
anak aktif mengamati aktivitas anak lain.
3. Berdasarkan karakteristik sosial
a. Solitary play. Dimulai dari bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan
sendiri atau independen walaupun ada orang lain disekitarnya. Hal ini
karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif.
b. Paralel play. Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolah
yang masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu sama
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung. Dan karakteristik
khusus pada usia toddler.
c. Associative play. Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok.
Yang mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan
merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas
yang sama tetapi belum teroganisir secara formal.
d. Cooperative play. Suatu permainan yang teroganisir dalam kelompok,
ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia pra
sekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e. Onlooker play. Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain
tetapi tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan
itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
f. Therapeutic play. Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stress, memberikan instruksi
dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip
oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik
dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri.
Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti:
menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan
bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti
pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.

G. FUNGSI BERMAIN
Adapun fungsi bermain:
1. Perkembangan sensorik-motorik: aktivitas sensorik-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual: anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
Misalnya, anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
annak dapat memperbaikinya maka anak telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi, akan
melatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan sosial: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkugannya. Melalui kegatan bermain, anak akan
belajar memberi dan menerima. Bermain denganorang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajr memecahkan dari
hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami lawan bicara, dan belajar tentang
bilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak
usia sekolah dan remaja.
4. Perkembangan kreativitas: berkreasi adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau
kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan kesadaran diri: melalui bermain, anak akan
mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga
akan belajar mengenal kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru
dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Dalam hal
ini, peran orang tua sangat penting untuk menannamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami
dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain. Nilai-niali
moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
6. Bermain sebagai terapi: pada saat anak dirawat di rumah saki, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti:
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa sterssor
yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainan (distraksi).
H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS
BERMAIN
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan à senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi
I. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1. Tahap Eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap Bermain Sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap Melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
J. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN
1. Bayi (1 bulan)
a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm),
gantungkan benda yang terang dan menyolok.
b. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
c. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.
d. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.
2. Bayi (2-3 bulan)
a. Visual : buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa
bayi ke ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
b. Auditori : bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam
pertemuan keluarga.
c. Taktil : memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan
lembut, gosok dengan lotion/bedak.
d. Kinetik : jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.
3. Bayi (4-6 bulan)
a. Visual : bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna
terang.
b. Auditori : anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas
kertas didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil : beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
d. Kinetik : bantu tengkurap, sokong waktu duduk.
4. Bayi (6-9 bulan)
a. Visual : mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri
kertas untuk dirobek-robek.
b. Auditori : panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian
tubuh, beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri
perintah sederhana.
c. Taktil : meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air
mengalir, berenang.
d. Kinetik : letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk
mengambilnya.
5. Bayi (9-12 bulan)
a. Visual : perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat,
bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
b. Auditori : tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara
binatang.
c. Taktil : beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan
hangat.
d. Kinetik : beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.
Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
b. Buku dengan gambar menarik.
c. Balon, cangkir dan sendok.
d. Boneka bayi.
e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.
6. Todler (2-3 tahun)
a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.
b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.
c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.
d. Perhatiannya singkat.
e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
f. Karakteristik bermain “Paralel Play”
g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.
h. Senang musik/irama.
Mainan untuk toddler:
a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.
b. Alat masak.
c. Malam, lilin.
d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat
dipukul, krayon, kertas.
7. Pra Sekolah (4-5 tahun)
a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.
b. Sangat energik dan imaginatif.
c. Mulai terbentuk perkembangan moral.
d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.
e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.
f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.
Mainan untuk pra sekolah:
a. Peralatan rumah tangga.
b. Sepeda roda tiga.
c. Papan tulis/kapur.
d. Lilin, boneka, kertas.
e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.
8. Usia Sekolah (6-12 tahun)
a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama
b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.
c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
d. Karakteristik “Cooperative Play”.
e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.
Mainan untuk anak usia sekolah:
a. 6-8 tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis,
mencatat, sepeda
b. 8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu,
olah raga bersama, sepeda, sepatu roda
9. Remaja (13-18 tahun)
a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.
b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.
c. Membaca majalah, buku.

K. MANFAAT BERMAIN
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan
organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar
anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan
kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
L. ALAT PERMAINAN EDUKATIF
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk:
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan
halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang
ditarik dandidorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok,
lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah,
radio, tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat.Contoh alat permainan :
alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dan
lain-lain.
M. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN
1. Bermain atau alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan anak dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memeaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permanian terlalu banyak atau sedikit.
N. TUJUAN TERAPI BERMAIN KETIKA ANAK HOSPITALISASI
Tujuan kegiatan terapi bermain pada anak:
1. Memberikan informasi
2. Memicu normalisasi
3. Menggunakan sistem pendukung yang dikenal
4. Mengidentifikasi teknik koping
O. PRINSIP BERMAIN DI RUMAH SAKIT
Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat
untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih sederhana.
2. Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang. Permainan
harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa
nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka
yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa je tempat tidur
di malam hari, mainan tidak membuat anak tersedak, tidak mengandung
bahan berbahaya, tidak tajam, tidak membuat anak terjatuh, kuat dan tahan
lama seta ukurannya menyesuaikan usia dankekuatan anak.
3. Sesuai dengan kelompok usia: pada rumah sakit yang mempunyai tempat
bermain, hendaknya perlu dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia
karena kebutuhan bermain berlainan antara usia yang lebih rendah dan
yang lebih tinggi
4. Tidak bertentangan dengan terapi: terapi bermain harus memperhatikan
kondisi anak. Bila program terapi mengahruskan anak untuk istirahat, maka
aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat tidur. Permainan tidak
boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak.
Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat
dilakukan ditempat tidur, dan ank tidak boleh diajak bermain dengan
kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
5. Perlu keterlibatan orang tua dan keluarga: Wong tahun 2009 menyatakan,
keterlibatan orang tua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini
disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk tetap
melangsungkan upaya stimulus tumbuh kembang pada anak walaupun
sedang dirawat di rumah sakit. Anak yang dirawat di rumah sakit
seharusnya tidak dibiarkan sendiri. Keterlibatan orang tua dalam perawatan
anak di rumah sakit digharapkan dapat mengurangi dampak hospitalisasi.
Keterlibatan orang tua dan anggota keluarga tidak hanya mendorong
perkembangan kemampuan dan ketrampilan sosial anak, namun juga akan
memberikan dukungan bagi perkembangan emosi positif, kepribadian yang
adekuat serta kepedulian terhadap orang lain.
P. BERMAIN MEWARNAI GAMBAR
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar
diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar.
Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreaktif untuk
mengurangi stres dan kecemasan, serta meningkatkan komunikasi pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Saputro Heri dan Fazrin Intan. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit:
Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat dan
Pelaksanaannya. Ponorogo:Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)
Adang, dkk. 2014. Satuan Acara Penyuluhan Terapi Bermain.
https://olhachayo.files.wordpress.com/2014/11/satuan-acara-penyuluhan-
anak-wirosaban.doc diakses pada tanggal 23 April 2019

Anda mungkin juga menyukai