Oleh :
Iqrommatul Laila
01.211.6417
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
KARYA TULIS ILMIAH
Pembimbing II
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul PERBANDINGAN EFEK KLOROFIL DAUN KATUK (Sauropus
androgynus) dengan Cu-KLOROFILIN TERHADAP KADAR FERRITIN
(Studi Eksperimental pada Mencit Betina Galur Balb/c yang Diberi Natrium
Nitrit) dengan baik. Karya Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung Semarang.
Penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan, sehingga selama
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,
dorongan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. FK UNISSULA yang telah membiayai penelitian ini melalui dana penelitian
kelompok dengan Nomor kontrak 22/P-KEL/UPR-FK/XI/2013 tahun
anggaran 2013/2014.
2. dr. H. Iwang Yusuf, M.Si, selaku dekan Fakultas Kedokteran UNISSULA.
3. dr. H. Sampurna, M.Kes, selaku dosen pembimbing I dan Suparmi, S.Si.,
M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberi ilmu, saran dan
bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini.
4. dr. Hj. Danis Pertiwi, M.Si Med, Sp.PK dan Dr. Israhnanto Isradji, M.Si.
selaku anggota tim penguji yang telah memberikan masukan sehingga
penyusunan karya tulis ini terselesaikan.
5. Ayah (Alm H. Ayub), ibu (Hj. Siti Maryam), dan adik (Halimatussyadiah)
serta keluarga yang telah memberi banyak dukungan dan doa yang tiada
henti.
6. Muhammad Faisal S.Pd., yang telah memberikan dorongan, bantuan dan doa
sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
7. Saudara seperjuangan (Galuh Dea U., Alvenia, dan Heavin), sahabat sejati
(Desi K W, Ulfa Elsa N, Pipit S, Nurlia W, Ussisti A, Rachmawati P L, Kiki F,
Dina A), asisten Laboraturium Patologi Klinik 2011 dan teman- teman
angkatan 2011 yang selalu memberi semangat dan doa.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis
ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas semua kebaikan serta bantuan yang
telah diberikan dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN...................................................................................
iii
PRAKATA........................................................................................................
iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................
DAFTAR GRAFIK...........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xii
xiv
INTISARI.........................................................................................................
xv
BAB
I PENDAHULUAN ...........................................................................
Latar Belakang.............................................................................
Ferritin........................................................................................
10
Anemia.......................................................................................
11
11
11
13
14
14
14
2.5.1.1.
Karakteristik...............................................
14
2.5.1.2.
Taksonomi..................................................
15
2.5.1.3.
15
2.5.1.4.
16
17
2.5.2.1.
Definisi Klorofil.........................................
17
2.5.2.2.
18
2.5.2.3.
Fungsi Klorofil...........................................
19
Cu-klorofillin..............................................................................
20
20
20
21
21
Hewan Coba...............................................................................
22
Kerangka Teori...........................................................................
24
10 Kerangka Konsep.......................................................................
25
11 Hipotesis.....................................................................................
25
26
26
26
26
26
27
3.3.1. Populasi.......................................................................
27
3.3.2. Sampel.........................................................................
27
28
28
28
28
29
29
10
30
3.4.2.5. Aquades........................................................
30
30
30
31
31
32
33
34
34
34
34
35
35
4.2. Pembahasan............................................................................
36
42
5.1. Kesimpulan.............................................................................
42
42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
43
LAMPIRAN.....................................................................................................
47
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2. Kandungan zat gizi pada daun katuk per 100g..............................
16
35
12
DAFTAR GRAFIK
36
13
DAFTAR GAMBAR
15
Gambar 2.3. Struktur Hemoglobin dengan Fe Pada Atom Pusat, dan Struktur
Klorofil dengan Mg...................................................................
19
14
DAFTAR SINGKATAN
ASI
ROS
NaNO2
RBC
BKKBN
-CH=
Hb
IRPs
Fe
ELISA
IRMA
Mg
Cu
CaCO3
WHO
LD 50
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Na2SO4
PAU
: Natrium Sulfat
: Pusat Antar Universitas
: Lethal Dose 50
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
47
Lampiran 4.
50
Lampiran 5.
51
Lampiran 6.
53
16
Lampiran 7.
53
Lampiran 8.
53
Lampiran 9.
Dokumentasi Penelitian............................................................
54
INTISARI
Daun katuk (Sauropus androgynus) telah banyak digunakan sebagai bahan
fortifikasi pada produk makanan untuk memperlancar produksi ASI dan
mengobati macam-macam penyakit. Daun katuk kaya akan klorofil sebagai
sumber zat besi nabati dan dapat mencegah dan sebagai penatalaksanaan anemia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan efek klorofil daun katuk
(Sauropus androgynus) dengan cu-klorofilin terhadap kadar ferritin mencit betina
galur balb/c yang diberi natrium nitrit.
Penelitian eksperimental dengan post test only control group design ini
menggunakan sampel 24 ekor mencit betina galur balb/c dibagi menjadi 4
kelompok. K-I diberi pakan standar; K-II diberi pakan standar dan induksi
natrium nitrit; K-III diberi pakan standar, induksi natrium nitrit dan klorofil daun
katuk; K-IV diberi pakan standar, induksi natrium nitrit dan cu-klorofilin.
Pemeriksaan kadar ferritin dilakukan pada hari ke-33.
Rerata kadar ferritin K-I: 62, 71 ng/ml 6, 42, K-II: 63, 22 ng/ml 7, 59, KIII: 67, 45 ng/ml 8, 03, K-IV: 64, 74 ng/ml 7, 80. Data dianalisis
17
menggunakan uji normalitas data kadar ferritin dengan uji Shaphiro Wilk
menunjukkan setiap kelompok perlakuan terdistribusi normal (p>0,05). Uji
homogenitas varian data dengan Levene Test pada kadar ferritin semua kelompok
mencit menunjukkan varian data yang homogen (p>0,05) dan uji statistik
parametrik dengan One-Way Anova didapatkan (p = 0,75 (p>0,05) artinya tidak
ada perbedaan yang bermakna pada kadar ferritin antar kelompok.
Disimpulkan bahwa pemberian klorofil daun katuk secara klinis lebih
meningkat dibandingkan pemberian cu- klorofilin pada kadar ferritin mencit
betina galur balb/c yang yang diberi natrium nitrit, namun secara statistik tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
Kata kunci : Daun Katuk, Klorofil, Cu-Klorofilin, Kadar ferritin, Natrium Nitrit
BAB I
PENDAHULUAN
dan dapat mencegah serta mengobati anemia. Struktur heme pada klorofil
tumbuhan dapat mengikat satu ion magnesium (Mg) berperan sama dengan
satu ion logam besi seperti yang terdapat pada sel tubuh manusia dan hewan
(Kadril, 2012). Suplemen pangan berbasis klorofil salah satunya turunan
klorofil (Cu- klorofilin) yang beredar di Indonesia hampir semuanya
merupakan produk impor dan memiliki harga jual yang cukup tinggi (Nurdin
et al, 2009). Konsumsi Cu berlebihan mengakibatkan keracunan tembaga
(Cu) yaitu diare dengan feses biru hijau hemolisis akut, dan kelainan fungsi
ginjal (Rosmiati 2011). Akan tetapi, belum banyak dilakukan penelitian
tentang perbandingan efek klorofil daun katuk (Sauropus androgynus) dengan
Cu-klorofilin terhadap kadar ferritin pada orang anemia.
NaNO
Natrium nitrit ( 2)
badan
membahayakan
rendah
berdasarkan
perkembangan
umur,
kognitif
dan
penurunan
bahasa,
respon
fisik,
imun,
motorik,
psikologikal anak (Batra dan Sood, 2005). Masalah Gizi remaja putri di
Indonesia adalah anemia defisiensi zat besi yaitu kira-kira 25-40% remaja
putri menjadi korban anemia tingkat ringan sampai berat (Depkes, 2010).
Angka kejadian anemia ibu di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2009
mencapai 57,7% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2012), sedangkan di
Semarang pada tahun 2009 adalah 19,67% (DKK Semarang, 2013).
Depkes (2007) melaporkan bahwa, cakupan pemberian tablet tambah
darah sudah mencapai angka 92,2%, namun prevalensi anemia masih cukup
tinggi dikarenakan kurangnya kepatuhan konsumsi tablet besi disebabkan
oleh berbagai persepsi masyarakat mengenai rasa dan efek sampingnya.
Konsumsi tablet besi dengan dosis besar dan dalam waktu lama dapat
menyebabkan kerusakan pada lapisan usus, shock, dan kegagalan hati
(Fatimah, 2009). Penelitian yang di lakukan Puslitkes Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia bekerja sama dengan Micronutrient
Initiative Indonesia 2012 di empat kecamatan di Kabupaten Lebak dan
NaNO2
. Pemberian
NaNO2
dilakukan
selama 18 hari per oral dengan dosis 0,3 ml/ekor sebagai perlakuan patologis
sampai mencit menjadi anemia (Sianturi et al, 2012). Kadar ferritin plasma
darah mencit anemia diperiksa setelah pemberian klorofil daun katuk dan
CU-Klorofilin merek K-Liquid Chlorophyll dengan dosis 0,7 ml/ekor selama
14 hari.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah klorofil daun katuk (Sauropsus androgynus) dengan Cuklorofilin mempunyai perbedaan efek terhadap kadar ferritin plasma darah
mencit betina galur BALB/c yang diberi Natrium Nitrit (NaNO2)?
selama 18 hari dan diberi klorofil daun katuk sebanyak 0,7 ml/cc
per ekor setiap hari selama 14 hari.
3. Mengetahui kadar ferritin plasma darah mencit betina galur
BALB/c yang diberi NaNO2 sebanyak 0,3 ml/ekor setiap hari
selama 18 hari dan diberi Cu-klorofilin merek K-Liquid
Chlorophyll sebanyak 0,7 ml/ekor setiap hari selama 14 hari.
4. Membandingkan kadar ferritin plasma darah mencit dari berbagai
kelompok perlakuan tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1.4.1 Manfaat teoritis
Sebagai bahan informasi dan bahan penelitian lebih lanjut mengenai
efek klorofil daun katuk sebagai pengobatan anemia.
1.4.2 Manfaat praktis
Mendorong pemanfaatan klorofil daun katuk sebagai obat anemia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ferritin
2.1.1. Definisi dan Fungsi Ferritin
Ferritin adalah protein yang diproduksi oleh setiap sel tubuh.
Bentuk molekul ferritin besar, dimana setiap molekul dapat
menampung 4.500 atom zat besi (Iron Disorder Institute Nanogram,
Pemeriksaannya
dapat
dilakukan
dengan
metode
ng/ml
25 200
200 600
50 200
7 140
15 200
12 150
10
11
12
13
a. Jika sel darah merah lebih kecil dari normalnya disebut anemia
mikrositik. Penyebab utama dari jenis ini yaitu defisiensi besi dan
thalasemia. Anemia defisiensi besi yaitu kekurangan pasokan zat
gizi besi (Fe) yang merupakan inti molekul hemoglobin sebagai
unsur utama sel darah merah. Akibat anemia defisiensi besi terjadi
pengecilan ukuran hemoglobin, kandungan hemoglobin rendah,
serta pengurangan jumlah sel darah merah (Citrakesumasari,
2012). Penyebab dari anemia defisiensi besi jika asupan besi
terbatas, asupan diet buruk, perdarahan kronis (kanker usus besar,
wasir). Kehilangan darah kronis diikuti kehilangan besi dari tubuh
karena besi merupakan bagian dari darah.
b. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran dan rendah
dalam jumlahnya ini disebut anemia normositik contohnya seperti
anemia karena penyakit kronis, anemia karena penyakit ginjal.
c. Jika sel darah merah lebih besar dari normal yaitu anemia
makrositik. penyebabnya karena kekurangan vitamin B12
mengakibatkan anemia pernisiosa, anemia berhubungan dengan
alkoholisme.
2.2.3. Hubungan Anemia Defisiensi Besi Dengan Kadar Ferritin.
Serum ferritin merupakan petunjuk kadar cadangan besi dalam
tubuh. Pemeriksaan kadar serum ferritin sudah rutin dikerjakan untuk
menentukan diagnosis defisiensi besi, karena terbukti bahwa kadar
14
15
16
Tanaman
katuk
dengan
nama
latin
Sauropus
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Sauropus
17
Spesies
Jumlah
11
4.8
1
204
83
2.7
10.371
0.1
239
81
59
18
a. Pelancar Asi
Daun katuk populer karena manfaatnya dalam
melancarkan ASI. Senyawa aktif bernama laktagagum
berperan penting dalam proses tersebut. Selain itu,
kandungan steroid dan polifenolnya juga berperan dalam
meningkatkan kadar prolaktin. Kadar Prolaktin yang
tinggi berfungsi meningkatkan, mempercepat, dan
memperlancar produksi ASI.
b. Mencegah Osteomalaisi.
Kandungan
menyerupai
isoflavonoid
esterogen
dan
pada
mampu
daun
katuk
memperlambat
19
20
21
kemudian
heme
yang
mengandung
besi
lainnya
sebagai
suplemen
makanan
yang
22
2.6.1. Definisi
Turunan klorofil (Cu- klorofilin) adalah klorofil alami yang
telah kehilangan ion magnesium dan digantikan oleh mineral lain. Cuklorofilin merupakan logam pengompleks karena tingkat stabilitas
kompleks Cu dengan cincin porfirin klorofil lebih tinggi dibandingkan
Mg, stabilitas klorofil dapat dicapai apabila Mg diganti dengan Cu
(Rosmiati, 2011). Penyerapan klorofil alami oleh sel juga relatif lebih
rendah dibandingkan dengan turunan klorofil. Penyerapan klorofil
alami dari puree bayam hanya sebesar 5-10% sedangkan Na-Cuklorofilin sebesar 45-60%. (Nurdin et al, 2008).
2.6.2. Mekanisme Kerja
Tembaga (Cu) merupakan salah satu zat gizi mikro essensial
yang berfungsi sebagai bagian dari enzim dalam tubuh dan berperan
dalam
absorbsi
besi.
Tembaga
dalam
seruloplasmin
(suatu
23
24
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Mus
Spesies
: M. musculus
25
pendek,
halus,
NaNO2
Klorofil daun
Katuk Merek K-Liquid Chlorophyll
Cu-Klorofilin
Hemoglobin
Nitrose hemoglobin
Oksidasi Fe2menjadi Fe3
Atom
Mg
Kadar Hemoglobin
Atom
Cu
Methemoglobin
Kadar Ferritin
26
27
2.11. Hipotesis
Terdapat perbedaan efek klorofil daun katuk (Sauropus androgynus)
dengan Cu-klorofilin terhadap kadar ferritin plasma darah mencit betina
galur BALB/c yang diberi Natrium Nitrit (NaNO2).
BAB III
METODE PENELITIAN
28
untuk
menghindari
reaksi
oksidasi,
29
Skala : Rasio
3.3. Populasi Dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian yang digunakan adalah mencit betina (Mus
musculus) galur Balb-c yang dipelihara di UD. Wistar Peternakan
Hewan Uji Jl.Parangtritis KM 11 Bantul Yogyakarta.
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian dengan menggunakan mencit betina (Mus
musculus) galur Balb-c sebanyak 24 ekor yang diambil secara random
dari populasinya. Umur mencit lebih dari 1 bulan, berat badan 25 30
gram. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok, masing- masing terdiri dari
6 ekor. Hal ini berdasarkan pada ketentuan WHO yang menyebutkan
batas minimal hewan coba yang digunakan dalam penelitian
eksperimental 5 ekor tiap kelompok penelitian (WHO, 1993).
30
f. Mikropipet
g. Rak dan tabung reaksi
h. Sentrifuge
3.4.2. Bahan Penelitian Ini
3.4.2.1. Klorofil Daun Katuk
Faktor konversi manusia dengan berat badan 70 kg ke
mencit dengan berat badan 20 g adalah 0,0026 (Soeharjono,
1990; Wardani, 2010). Dosis takaran klorofil untuk manusia
adalah 1-3 kali sehari 1 sendok makan.
Dosis klorofil
= 1 sendok makan = 8 ml dalam 250 ml
= 8.000 l 0,0026 = 20,8 l
= 250.000 l 0,0026 = 650 l
Total volume sonde
= 20,8 l + 650 l
= 670,8 l
= 0,67 ml
Klorofil daun katuk diberikan dengan dosis 0,67
ml/ekor/hari dibulatkan menjadi 7 ml/ekor/hari untuk
memudahkan pemberian melalui sonde lambung selama 14
hari.
3.4.2.2. Cu- klorofilin merek K-Liquid Chlorophyll
31
NaNO2
mencit = Kadar
NaNO2
tikus
X mg = 250 mg
30 g
1000g
X mg = 30 g x 250 mg
1000 g
= 7,5 mg
Perlakuan patologis anemia yang efektif yaitu,
1
LD50 = 2
x 7,5 mg
= 3,75 mg
32
mencit
lengkap
dengan
tempat
pakan
dan
minumnya.
3.5.1.6. Menyiapkan timbangan hewan dan timbangan analitik.
3.5.1.7. Menyiapkan alat dan bahan untuk mengambil darah yaitu
mikrohematokrit, alkohol 70% dan kapas.
3.5.1.8. Menyiapkan sentrifuge untuk sampel plasma darah.
33
tabung
mikrohematokrit
dan
tabung
penampung darah.
3.5.3.2. Menusukkan mikrohematokrit pada vena opthalmicus yang
terdapat di plexus retroorbita.
3.5.3.3. Memutar mikrohematokrit perlahan-lahan sampai darah
keluar.
34
tabung
eppendrof
ke
alat
sentrifuge,
kemudian
disentrifuge
dengan
kecepatan
3000 rpm selama 10
Mencit betina
galur
Balb/c
24 ekor
menit agar didapatkan serum darah yang terpisah dari bekuan
darah.
Randomisasi
K-I
K-II
K-III
K-IV
Normal 0,3 ml/ekor selama
0,318
ml/ekor
hari selama
0,3
18ml/ekor
hari
selama 18 hari
K-II
K-III
K-IV
Aquades 0,7Klorofil
ml/ekordaun
selama
katuk
14 0,7
hari
Cu-Klorofilin
ml/ekor selama
0,7 ml/ekor
14 hariselama 14 hari
35
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian post-test only control
group design. Penelitian dilakukan terhadap 24 ekor mencit. Pada tahap
37
adaptasi, 1 ekor mencit mati pada tiap kelompok, sehingga jumlah total
mencit yang mati adalah 4 ekor dan tiap kelompok memiliki 5 ekor mencit.
Hal ini sesuai dengan ketentuan WHO yang menyebutkan batas minimal
hewan coba yang digunakan dalam penelitian eksperimental 5 ekor tiap
kelompok penelitian (WHO, 1993).
Kadar ferritin pada kelompok dengan pemberian Natrium Nitrit(
NaNO2
ferritin pada kelompok kontrol. Rerata kadar ferritin mencit yang diberi daun
NaNO2
38
80
70
62.71
63.22
KI
K II
67.45
64.74
60
50
40
30
20
10
0
K III
K IV
Kelompok perlakuan
39
uji One-Way Anova didapatkan (p= 0,75 (p>0,05), artinya H0 diterima dan
H1 ditolak yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar
ferritin antar kelompok.
4.2. Pembahasan
Pemberian natrium nitrit (NaNO2) tidak dapat menurunkan kadar
ferritin. Hal ini dibuktikan dengan kadar ferritin meningkat pada kelompok
yang hanya mendapatkan NaNO2 (kelompok II) dibandingkan dengan
kelompok yang tidak mendapatkan NaNO2
NaNO2
selama perlakuan dengan tanda perubahan kulit dan bulu yang mengelupas
serta mata mencit yang mengeluarkan nanah (Endreswari, 2000). Munawaroh
NaNO2
106 /mm3 .
106 /mm3
menjadi 4,3
membran eritrosit akibat ion nitrit dan metabolisme nitrit serta produk
peroksidasi lipid bereaksi dengan gugus sulfhydryl dari lapisan lemak dan
komponen protein membran eritrosit.
Nitrit menyebabkan radikal bebas karena dapat merangsang oksidasi
ion besi pada oksihemoglobin membentuk methemoglobin sebagai ROS
40
free
erytrhrocyte
porphyrin
(FEP)
dan
sTfR
meningkat
41
dimanfaatkan
sebagai
antioksidan
karena
mampu
mencegah
42
essensial yang berfungsi sebagai bagian dari enzim dalam tubuh dan berperan
dalam absorbsi besi. Tembaga dalam seruloplasmin (suatu glikoprotein yang
disentesis dalam hati) berperan pada proses oksidasi Fe menjadi
Femetaloprotein tembaga lainnya adalah sitokrom oksidase, tironase,
monoamin oksida-se, superoksida dimutase dan lisil oksidase sebelum
ditransportasikan ke dalam plasma (Rosmiati, 2011).
Pemberian klorofil daun katuk dan Cu-klorofilin sama-sama dapat
meningkatkan kadar ferritin mencit yang diberi natrium nitrit (NaNO2).
Struktur heme pada pigmen fotosintesis (klorofil) tumbuhan sama dengan
hemoglobin pada manusia, tetapi berbeda ion logamnya. Heme terbentuk bila
terjadi penambahan ion ferro (besi) pada protoporfirin IX. Porfirin ini disebut
juga metalloporfirin karena mengikat satu ion logam ferro seperti yang
terdapat pada sel tubuh manusia dan hewan, tetapi pada tumbuhan hanya
mengikat satu ion magnesium (Kadril, 2012). Struktur hemoglobin dengan Fe
pada atom pusat, dan struktur klorofil dengan Mg (Fatimah, 2009). Pada
semua tanaman hijau, sebagian besar klorofil berada dalam dua bentuk yaitu
klorofil a dan klorofil b. klorofil a bersifat kurang polar dan berwarna hijau
biru hijau, sedangkan klorofil b bersifat polar dan berwarna kuning hijau.
Pigmen merupakan suatu porfirin yang mengandung cincin dasar
tetrapirol. Keempat cincinnya berikatan dengan ion Mg 2+. seperti pigmen
lainnya, klorofil juga mudah terdegradasi akibat paparan panas, cahaya,
oksidator, dan kondisi lingkungan. Panas mempercepat reaksi feofitinasi,
43
44
anemia akibat anemia hemolitik pada fase laten. Keterbatasan penelitian ini
adalah tidak dilakukannya pemeriksaan kadar ferritin pada anemia stadium
laten.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
5.1.1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efek klorofil daun
katuk (Sauropus androgynus) dengan Cu-klorofilin terhadap kadar
45
ferritin plasma darah mencit betina galur BALB/c yang diberi Natrium
Nitrit (NaNO2).
5.1.2. Rerata kadar ferritin plasma darah mencit betina galur BALB/c diberi
NaNO2
normal.
5.1.3. Rerata kadar ferritin mencit yang diberi daun katuk setelah pemberian
NaNO2 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mencit yang
mendapat Cu-klorofilin setelah pemberian NaNO2 tetapi tidak ada
perbedaan yang bermakna.
5.1.4. Rerata kadar ferritin dari berbagai kelompok mengalami perbedaan
tetapi tidak ada yang bermakna.
5.2.
Saran
Pada penelitian selanjutnya perlu melakukan pemeriksaan kadar ferritin
pada anemia stadium laten.
DAFTAR PUSTAKA
46
Masalah
dan
DepkesRI.,
2010,
Sistem
Kesehatan
Nasional,
Jakarta,
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_lapora
n/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf,
Dikutip tanggal 28 Juni 2014.
Depkes RI, 2012, Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun
2012/2013,
http://www.depkes.go.id/Kes.Prov.JawaTengah_2012.pdf,
Dikutip Tanggal 28 Juni 2014.
Dinkes Kabupaten Semarang, 2013, Profil Dinas Kesehatan
Kab.Semarang,
www.dinkes.Kab.Semarang.go.id.acced,
Dikutip tanggal 28 juni 2014.
47
Manusia,
48
dan
Anemia
kehamilan,
49
50
51
Lampiran 2.
52
Lampiran 3.
53
54
55
Case Processing Summary
Cases
Valid
perlakuan
Ferritin
Missing
Percent
Total
Percent
Percent
kontrol
100.0%
.0%
100.0%
anemia
100.0%
.0%
100.0%
Katuk
100.0%
.0%
100.0%
sinergis
100.0%
.0%
100.0%
56
Descriptives
Perlakuan
Ferritin
kontrol
Statistic
Mean
62.7120
54.7343
5% Trimmed Mean
62.4767
Median
62.7100
Variance
41.281
Std. Deviation
anemia
2.87335
70.6897
6.42500
Minimum
56.78
Maximum
72.88
Range
16.10
Interquartile Range
11.02
Skewness
1.118
.913
Kurtosis
1.239
2.000
Mean
63.2220
3.39619
53.7927
5% Trimmed Mean
63.1372
Median
60.1700
Variance
57.670
Std. Deviation
72.6513
7.59411
Minimum
54.24
Maximum
73.73
Range
19.49
Interquartile Range
13.56
Skewness
.452
.913
-.741
2.000
Mean
67.4560
3.59199
57.4830
5% Trimmed Mean
67.7011
Median
66.9500
Variance
64.512
Kurtosis
katuk
Std. Error
Std. Deviation
77.4290
8.03194
57
Statistic
kontrol
anemia
katuk
sinergis
.247
.256
.233
.225
df
Shapiro-Wilk
Sig.
5
5
5
5
Statistic
df
Sig.
.891
.364
.949
.730
.914
.494
.905
.437
.200
.200
.200
.200
df1
df2
Sig.
Based on Mean
.152
16
.927
Based on Median
.078
16
.971
.078
15.034
.971
.148
16
.929
58
ANOVA
Ferritin
Sum of Squares
Between Groups
Df
Mean Square
68.116
22.705
Within Groups
897.367
16
56.085
Total
965.483
19
Sig.
.405
.752
dengan blender
59
F. Pengeringan Klorofil