Anda di halaman 1dari 12

Soal no 1

Peran Arsitek Dalam Konservasi :

Internal :

1. Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau


memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau
bernilai arsitektural tinggi
2. Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan
pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse
3. Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu
dilestarikan.
External :

1. Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi
arsitektur
2. Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi
(Urban Design Guidelines
3. Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai
arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan
bentuk konservasi arsitekturalnya.
4. Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang
bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan
daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial
Soal no 2
Berdasarkan Perda No. 9 Tahun 1999 Tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Cagar Budaya,
bangunan cagar budaya dari segi arsitektur maupun sejarahnya dibagi dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :

1.Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan A


2.Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan B
3.Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan C
Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan A

1. Bangunan dilarang dibongkar dan atau diubah


2. Apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan
pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
3. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama / sejenis atau memiliki
karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada
4. Dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian / perubahan fungsi sesuai rencana kota yang
berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya
5. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang
menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama
Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan B
1. Bangunan dilarang dibongkar secara sengaja, dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak
layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya
2. Pemeliharan dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap, dan warna, serta
dengan mempertahankan detail dan ornamen bangunan yang penting.
3. Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan tata ruang dalam asalkan tidak mengubah
struktur utama bangunan
4. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu
kesatuan yang utuh dengan bangunan utama
Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan C

1. Perubahan bangunan dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan pola tampak muka, arsitektur utama dan bentuk
atap bangunan
2. Detail ornamen dan bahan bangunan disesuaikan dengan arsitektur bangunan disekitarnya dalam keserasian
lingkungan
3. Penambahan Bangunan di dalam perpetakan atau persil hanya dapat dilakukan di belakang bangunan cagar budaya
yang harus sesuai dengan arsitektur bangunan cagar budaya dalam keserasian lingkungan
4. Fungsi bangunan dapat diubah sesuai dengan rencana Kota
Soal no 3
Rekomendasi tindakan dapat berupa perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan.
PERLINDUNGAN dapat didetailkan sebagai tindakan :

A. Pemeliharaan
Yaitu upaya untuk mempertahankan dan menjaga serta merawat agar kondisi bangunan gedung cagar
budaya tetap lestari
B. Pemugaran
Yaitu upaya pelestarian yang terdiri dari :

1. Rekonstruksi, upaya membangun kembali keseluruhan atau sebagian bangunan gedung cagar budaya yang
hilang dengan menggunakan konstruksi baru agar menjadi seperti wujud sebelumnya pada periode tertentu.
2. Konsolidasi, upaya penguatan bagian bangunan gedung cagar budaya yang rusak tanpa membongkar
seluruh bagunan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
3. Rehabilitasi, upaya pemulihan kondisi suatu bangunan gedung cagar budaya agar dapat dimanfaatkan
secara efisien untuk fungsi kekinian dengan cara perbaikan atau perubahan tertentu dengan tetap menjaga
nilai kesejarahan, arsitektur dan budaya.
4. Restorasi yaitu upaya mengembalikan kondisi bangunan gedung cagar budaya secara akurat sesuai
keasliannya dengan cara menghilangkan elemen/komponen dan material tambahan atau mengganti
komponen yang hilang agar menjadi seperti wujud sebelumnya pada periode tertentu.

Anda mungkin juga menyukai