Anda di halaman 1dari 25

Kelompok 4 :

Andi Tenri A
Faadhillah K
Nur Amida NA
Sintiya Ayu CK

~Kesehatan Reproduksi~
Penyakit radang panggul
(PELVIC INFLAMMATORY
DISEASE – PID)
A. Pengertian

Penyakit Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease -


PID) adalah infeksi pada alat genital atas. Proses
penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopii,
ovarium, miometrium, parametria, dan peritonium
panggul. PID adalah infeksi yang paling penting dan
merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang
paling biasa
(Sarwono,2011; h.227)
B. Etiologi

Radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Bakteri penyebab tersering
adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan
dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim
maupun vagina menginfeksi daerah tersebut.
Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya
lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta
menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
C. Faktor Resiko
 Terdapat beberapa faktor resiko PID, namun yang utama adalah aktivitas seksual. PID yang
timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas seksual berjumlah sekitar 85%
sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnya AKDR atau kuretase.

PID juga sering timbul pada wanita yang


pertama kali berhubungan aseksual. Pemakaian
Aktivitas seksual AKDR meningkatkan resiko PID 2 – 3 kali lipat
pada masa remaja pada 4 bulan pertama setelah pemakaian, namun
kemudian resiko kembali menurun.
Berganti” Wanita yang tidak berhubungan seksual
secara aktif dan telah menjalani sterilisasi tuba,
pasangan seksual memiliki resiko yang sangat rendah untuk PID.

Pernah menderita
PMS
D. Patofisiologi

PID di sebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden


ke traktus genital atas dari vagiana dan serviks. Mekanisme pasti yang
bertanggung jawab atas penyebaran tersebut tidak diketahui, namun
aktifitas seksual mekanis dan pembukaan serviks selama menstruasi
mungkin berpengaruh.
Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap :
• Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagina atau infeksi
servikal. Penyakit menular seksual yang menyebabkan mungkin
asimptomatik.
• Tahap Kedua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung
mikroorganisme dari vagina dan serviks.
BEBERAPA JENIS INFLAMASI YANG
TERMASUK PID YANG SERING
E. Jenis – Jenis PID DITEMUKAN ADALAH
1. SALPINGITIS
2. ABSES TUBA OVARIUM
1. Salpingitis

 Mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea dan C trachomatis.


Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki pasangan seksual yang multiple dan tidak
menggunakan kontrasepsi
2. Abses Tuba Ovarium

 Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering karena infeksi adnexa yang
berulang.pasian dalam keadaan asimtomatik atau dalam keadaan septic syok, bitemukan 2
minggu setelah menstruasi denga nyeri pelvis dan abdomen, mual, muntah, demam dan
takikardi. Seluruh abdomen tegang dan nyeri
F. Gejala dan Diagnosis
1. Gejala biasanya muncul segera setelah
siklus menstruasi. 5. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan
penderita PID, SEPERTI :
- Keluar cairan dari vagina dengan warna,
2. Biasanya infeksi akan menyumbat konsistensi, dan bau yang abnormal
tubafallopi. - Demam
- Pendarahan menstruasi yang tidak teratur atau
spotting (bercak – bercakkemerahan di celana
3. Infeksi biasanya menyumbat ke stuktur dalam)
- Kram karena menstruasi
di sekitarnya. - Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
- Pendarahan setelah melakukan hubungan
seksual
4. Di dalam tuba fallopi, ovarium maupun - Nyeri punggung bagian bawah
panggul bisa terbentuk abses (penimbunan - kelelahan
nanah).
GEJALA
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan
lainnya yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaaan darah lengkap
b. Pemeriksaan cairan dari serviks
c. Kuldosentesis
d. Raparoskopi
e. USG Panggul
Diagnosis

Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut : (ketiga tiganya
harus ada)
1. Nyeri gerak serviks
2. Nyeri tekan uterus
3. Nyeri tekan adneksa
Kriteria diagnosis PID sangat spesifik meliputi :
• Bipsi endometrium desertai bukti histopatologis endometritis
• USG transvaginal atau MRA memperlihatkan tuba menebal penuh berisi cairan
dengan atau tanpa cairan bebas di panggul atau kompleks tubo – ovarial atau
pemeriksaan dopler menyarankan infeksi panggul (missal hiperemi tuba)
• Hasil pemeriksaan laporoskopi yang konsisten dengan PID
G. Klasifikasi Klinik PID
SINDROM KLINIS PENYEBAB

PID akut (Durasi ≤ 30 hari) Patogen servikal (N.gonorrhoeae, C. trachomatis, dan M. genitalium)

  Patogen bakteri vaginosis (Peptostreptococcus.sp, M. hominis dan


Clostridia.sp)

  Ptogen respiratori (H, influenza, S. pneumonia, streptococcus grup A, dan


S. aureus)

  Patogen enteric (E. Coli, Bracteroides fragilis, Streptococcus grup B, dan


Campylobacter.sp)

PID Subklinis C.trachomatis dan N. gonorrhoeae

PID kronik (durasi > 30 hari) Mycobacterium tuberculosis dan Actinomyces.sp


H. KOMPLIKASI PADA KEHAMILAN
Penelitian telah menunjukkan bahwa menunda pengobatan sedikitnnya 2-3 hari dapat
menyebabkan peningkatan resiko infertilitas. Pengobatan segera dilakukan terkait dengan
PID dan tingkat keparahannya
• Infertilitas : resiko infertile setelah terkena PID jumlah dan tingkat keparahannya
• Kehamilan ektopik
• Nyeri panggul kronis
• Perihepatitis ( sindrom fitz- hugh Curtis ) : menyebabkan nyeri kuadran kanan atas
• Abses tubo ovarium
• Reiter’s syndrome ( reaktif arthritis )
• Pada kehamilan : PID dikaitkan dengan peningkatan persalinan prematur, dan
morbiditas ibu dan janin
• Neonatal : transmisi perinatal C. trachomatis atau N. gonorrhoeae dapat menyebabkan
ophthalmia neonatorum pneumonitis clamidia juga bisa terjadi
I. Penatalaksanaan
A. Pada Wanita Tidak Hamil
Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral mempunyai daya guna klinis
yang sama. Rekomendasi terapi dari CDC
a. Terapi perenteral
1. Rekomendasi terapi parenteral A
 Sevotetan 2 g intavena setiap 12 jam atau
 Sevoksitin 2 g intravena setiap 6 jam di tambah
 Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12 jam
2. Rekomendasi terapi parenteral B
 Klindamisin 900 mg setiap 8 jam di tambah
 Gentamicin dosis muatan intravena atau intramuskuler ( 2mg / kg BB) diikuti dengan dosis pemeliharaan
( 1,5 mg / kg BB) Setiap 8 jam. Dapat di ganti denagn dosis tunggal harian.
3. Terapi parenteral alternative
 Tiga terapi alternatif telah di coba dan mereka mempunyai cakupan spektrum yang luas
 Levofloksasin500 mg intravena 1X sehari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg
intravena setiap 8 jam atau
 Ofloksasin 400 mg intravena stiap 12 jam dengan atau tanpa metronidazole 500 mg
intraven setiap 8 jam atau
Ampisilin/sulbaktam 3 mg intavena setiap 6 jam di tambak Doksisiklin 100 mg oral atau
intravena etiap 12 jam.
b. Terapi oral
Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk penderita PID atau sedang
karena kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang
mendapat terapi dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus dire-
evaluasi untuk memastikan diagnosisnya dan diberikan terapi parenteral baik
dengan rawat jalan maupun inap.
4. Rekomendasi terapi A
 Levofloksasin 500 mg oral 1X setiap hari selama 14 hari atau ofloksasin 400 mg 2x
sehari selama 14 hari dengan atau tanpa
 Metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari
5. Rekomendasi terapi B
 Seftriakson 250 mg intramuscular dosis tunggal di tambah doksisiklin oral 2x sehari
selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari
atau
 Sefoksitin 2 g intramuscular dosis tunggal dan probenosid di tambah doksisiklin oral
2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehari
selama 14 hari atau
Sefalosporin generasi ketiga (missal seftizoksim atau sefotaksim) di tambah doksisiklin
oral 2x sehari selam 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehari
selama 14 hari
B. Pada Wanita Hamil
Pada ibu hamil yang terkena radang panggul tidak boleh di berikan
antibiotic.Dan kemungkinan akan di lakukan terminasi.

C. Pada Ibu Menyusui


Pada ibu menyusui yang terkena radang panggul boleh di berikan antibiotic,
seperti
1. Ceftriaxone : Di anggap aman untuk digunakan selama menyusui oleh
American Academy of pediatric.
2. Doksisiklin : Dapat menyebabkan noda gigi atau menghambat
pertumbuhan tulang. Produsen obat klaim serius potensi efek samping.
3. Metromidazol : Potensi resiko pertumbuhan tulang.
J. Pencegahan
1. Edukasi focus pada metode pencegahan penyakit menular seksual, termasuk setiap
terhadap satu pasangan, menghindari aktifitas seksual yang tidak aman, dan
menggunakan pengamanan secara rutin.
2. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu di lakukan untuk mencegah penularan
kepada wanita.
3. Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual harus di
terapi hingga tuntas, dan terapi juga di lakukan terhadap pasangannya untuk
mencegah penularan kembali.
4. Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16 tahun atau
lebih.
5. Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID
6. Semua wanita berusia 25 tahun ke atas harus di lakukan penapisan terhadap
chlamidya tanpa memandang faktor resiko.
K. Pengobatan
a. PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita
tidak perlu dirawat
b. Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita
harus dirawat di rumah sakit
c. Antibiotik diberikan secara intravena lalu diberikan peroral
d. Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, perlu
diakukan pembedahan
e. Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan
secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika
melakukan hubugan seksual, pasangan penderita sebaiknya
menggunakan kondom.
Kasus Real
Kamis, 23 Juli Winda Viska: Divonis Radang Panggul, Mengancam Suster Karena Takut Jarum Suntik
Winda Viska: Divonis Radang Panggul, Mengancam Suster Karena Takut Jarum Suntik
Sabtu, 15 Pebruari 2014 19:51:00 WIB | Wayan Diananto
JELANG Tahun Baru Imlek pada 31 Januari kemarin, Winda Viska (30) diuji dengan penyakit radang panggul
yang nyaris "melumpuhkan" sel telur.
Ia lolos dari radang, kembali aktif bekerja meski dokter memberi sejumlah catatan. Di antaranya, rajin check
up dan minum banyak obat.
"Radang panggul. Kalau tidak segera ditanggulangi, bisa menyumbat sel telur. Berakibat pada susah punya
anak. Saya dirawat tiga hari di rumah sakit," aku salah satu sindenOpera Van Java. Gelaja yang paling
kentara, sakit di perut bagian bawah. Awalnya Winda berpikir sakit perut biasa atau mag. Apalagi kalau
syuting Opera Van Java ia selalu memakai korset ketat.
Dugaan semula, penggunaan korset yang terlalu kencang sampai menekan organ dalam perut. Saat korset
dilepas, sakit masih menggelayut. Lalu susah berdiri. Sampai di sini, Winda berpikir hanya mag atau
keseleo. Juri Idola Cilik mulai berubah pikiran ketika tubuhnya menggigil dan mual. Mual pun awalnya dikira
pertanda baik: hamil. Akhirnya Winda dan suami konsultasi ke dokter kandungan.
"Dalam perjalanan ke rumah sakit saya mulai memikirkan hal yang buruk misalnya kena kista, hamil
anggur, atau penyakit dalam lain. Radang dipicu bakteri. Sejak itu, suami memperhatikan ritme kerja
saya. Kami berpikir, bakteri masuk, kok ya bisa menyusup sampai ke area panggul?” lanjutnya. Ini
kali pertama Winda sakit berat sampai menginap di rumah sakit beberapa hari.
"Kali pertama inap di rumah sakit dan diinfus, saya mengancam suster: Pokoknya kalau sampai saya
ditusuk-tusuk pakai jarum, saya akan teriak. Saya enggak mau tahu!" kenang Winda. Takut, suster
lantas memanggil seorang teman untuk memegangi tubuh Winda.
"Rasanya menjengkelkan. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Memainkan ponsel pun enggak bisa.
Kalau posisi tangan menengadah darah akan berbalik arah, bercampur dengan cairan infus,"
sambungnya.
Setelah dirawat intensif selama tiga hari, Winda diizinkan pulang. Pemeran Saschya di komedi situasi
Office Boy ini dibekali dokter beberapa obat untuk dikonsumsi sepuluh hari ke depan. Sempat ada
masalah karena salah satu obat memicu reaksi mual di perut. Beruntung, reaksi negatif ini segera
dicarikan solusi berupa obat pengganti dengan fungsi sama.
Terakhir, Winda check up bersama suami pada Minggu (26/1). Ibarat pepatah, bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian. Setelah penyakit teratasi, Winda menjemput bahagia, merayakan
Imlek bersama suami dan keluarga besar di Tanjung Pinang.
Hubungan seksual dilarang untuk dilakukan saat isteri sedang menstruasi.
yaitu terdapat dalam al-Qur’an Surat: 222.
Yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh
itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.
Dalam al-Qur’an telah dilarang bersetubuh dengan istri yang sedang haid,
bukanlah sekedar larangan, Allah melarang hal tersebut karena banyak
sekali akibat yang akan terjadi kepada umat, yang terutama pada faktor
kesehatan fisik dan mentalnya.

Anda mungkin juga menyukai